02- Cemburu

Kening Zahra sontak berkerut banyak lipatan. Matanya menatap tajam ke arah wanita berambut panjang lurus itu. Hatinya jengah sekaligus bosan melihat pemandangan yang tak asing lagi.

'Huh, drama kelebaian cewek gatel mulai, deh,' gerutu Zahra dalam hati kemudian memilih menunduk, hendak membaca setiap kata yang tertulis dalam buku di hdapannya.

Rena, gadis yang sangat ngefans kepada Farid. Fans satu ini begitu terang-terangan menyatakan suka bahkan seperti tergila-gila. Tak ada kata bosan mendekati laki-laki itu meski terus ditolak.

"Astaga ngapain, sih kamu kemari?" bisik Farid tampak begitu kesal.

Bukannya bersedih, Rena malah cengengesan. "Kangen kamu," ucap Rena manja, sembari mengerjap-erjapkan kedua matanya menatap Farid.

Farid tampak menepuk jidatnya. "Pergi nggak kamu dari sini?"

Rena mengangguk. "Asalkan sama kamu ya."

"Dasar cewek gila." Farid berusaha menahan diri agar tak mengumpat dengan suara keras. Tampak ia menghirup udara cukup panjang, lalu mengembuskannya perlahan.

"Rena Agustina. Kalau kamu nggak pergi dari sini sekarang. Aku bakalan laporin kamu ke petugas perpus karena udah bikin rusuh di sini," ucap Faris dengan suara pelan tapi tetap tegas.

Rena hanya diam, tanpa berkedip ia terus menatap wajah ganteng Farid. Sama sekali tak menyadari, jika netra wanita di seberang meja tepat di hadapan Farid sesekali menatapnya dengan muka cemberut dan kesal.

'Huh, apa-apaan sih, nih cewek. Begitu amat natap pacar aku.'

Farid yang awalnya jengah, memutar bola matanya malas. Tak sengaja saat menoleh ke depan melihat sang kekasih yang tampak cemburu.

Ide jail seketika terlintas dalam benaknya. Melihat wanitanya cemburu ternyata bikin dirinya gemas.

"Kok kamu masih diem?" tanya Farid heran karena ancamannya yang biasanya ampuh mengusir cewek yang menurutnya gila itu, ternyata kali ini sama sekali tak ampuh.

"Aku rela dimarahin petugas perpus, yang penting bisa natap kamu lebih lama. Dua hari nggak ketemu, rinduku padamu benar-benar menggunung Farid cakep tak ada duanya di seantaro kampus ini," ucap Rena lirih. Namun, mampu didengar rekannya yang duduk tak jauh dari dirinya.

"Huek." Tiba-tiba terdengar respon cowok yang berada tepat di belakang.

"Ish apaan sih, Kamu. Iri ya?"
Cowok itu menoleh sebentar lalu kembali menatap buku yang berada di hadapannya tanpa melontar satu kata pun.

"Mulai sekarang kamu jangan lagi gangguin aku. Karena aku sudah punya pacar," ucap Farid sembari sesekali melirik ke arah Zahra.

Zahra yang mendengar perkataab Farid pun melotot. Sebagai kode dirinya sama sekali tidak setuju jika ada satu orang saja yang mengetahui status keduanya.

Melihat Farid yang malah senyum-senyum. Zahra pun bergegas bangkit, ia panik dan berniat meninggalkan laki-laki itu sebelum semuanya terbongkar.

Ekspresi Rena pun sama terkejutnya dengan Zahra. Sosok gadis cantik berbulu mata lentik itu menggeleng-geleng. "Tidak! Kamu pasti bercanda, kan?" Tanpa bisa dicegah lagi, karena dahsyatnya gemuruh hati akibat cemburu. Lisan Rena berteriak kencang, sehingga rekan mahasiswa yang tadinya tenang dan fokus membaca langsung menyorot ke sumber suara yang menggelegar.

Sungguh, apa yang terjadi tak sesuai ekspetasi Farid. Saat menoleh ke depan, kekasihnya tak nampak lagi. Ia pun mengira jika Rena akan langsung melesat tanpa kata. Namun yang terjadi malah teriakan yang menggelegar. Sungguh demi apa pun kini ia begitu malu dengan apa yang terjadi.

"Sudahlah, terserah kamu percaya atau tidak."

Farid pun berlalu dan langsung menuju keluar ruangan perpustakaan, sebelum petugas perpus datang menyeret mereka berdua keluar, karena menjadi biang kegaduhan. Bukankah hal itu hanya akan membuatnya semakin malu?

Dengan cepat Farid melangkah, tak pedulikan Rena yang mengejarnya. "Farid, Farid. Sorry ... sorry, jangan marah ya sama aku." Rena meraih lengan Farid. Namun laki-laki itu langsung menghempaskannya, lalu kembali melangkah semakin jauh dengan wajah yang terlihat marah.

Rena terdiam, selama ini ia tak pernah membuat laki-laki itu marah. Ia semakin takut, karena ulahnya kali ini membuat ia semakin sulit mendapatkan cowok yang sangat dicintainya itu.

---***---

[Zahra ... Please. Maafin aku ya]

Entah pesan ini telah berapa kali masuk dan hanya Zahra baca, tanpa berniat sama sekali untuk membalasnya.

Zahra yang baru sampai di rumah. Setelah menyapa Bundanya tadi, langkahnya lanjut menuju kamar. Di luar cuaca begitu terik, membuat gadis itu tampak semakin lelah akibat hati yang juga merasa letih akibat kesal dengan apa yang terjadi tadi.

"Huuffft, helaan napas keluar dari mulut gadis itu. Ia melepas kerudung yang sejak tadi menutup sebagian kepalanya, lalu menghempaskan tubuhnya sendiri ke kasur.

"Sepertinya tidur menjadi solusi yang tepat saat ini," ucap Zahra lirih seraya memejamkan mata.

Belum juga gadis itu terlelap. Terdengar gawainya yang ia letakkan di meja kecil dekat lampu tidurnya berdering. Zahra pun membuka mata, ia tengok layar gawainya yang menyala. Sontak ia beringsut kembali merebahkan kepalanya di bantal, saat mengetahui nama Farid lah yang tertera di situ.

Berusaha tak menggubris, tetapi bunyi itu terus mengganggu. Meski Zahra telah menutup telinganya dengan bantal.

"Ish, ganggu banget, sih. Nggak nyerah-nyerah juga. Emang nggak capek selama dua jam ngechat telepon, ngechat telepon mulu." Zahra menggerutu seraya terpaksa bangkit, lalu meraih benda pipih itu.

Bukannya menekan gambar telepon warna hijau, ia malah memilih yang warna merah.

[Please angkat, Zahra Fitriani. Aku akan jelasin semuanya.🙏🙏🙏😰]

Melihat emoticon di akhir kalimat, Zahra tampak menghela napas cukup panjang.

Hatinya pun mulai luluh, hingga ia pun akhirnya menerima panggilan yang baru saja masuk.

"Alhamdulillah .... Terimakasih, Ra udah mau angkat."

"Heem."

"Ra, apa yang terjadi tadi murni hanya sebagai cara mengusir Rena, kok. Nggak ada sama sekali aku bermaksud membuka rahasia kita berdua."

Farid berhenti bicara karena ingin memdengar respon Zahra. Namun, meski detik terus berlalu tetap saja tak ada suara Zahra yang terdengar.

"Please jangan marah ya dan kamu harus percaya sama aku. Selama aku belum siap menghalalkan cinta kita. Aku nggak akan pernah mengatakan kepada siapapun mengenai status yang kita jalani saat ini. Aku cinta sama kamu, Ra. Aku nggak mau kamu marah sama aku. Kita ini sudah jarang ketemu. Eh, ketemu-ketemunya malah kayak gini. Huh, Rena, sih. Ini semua terjadi gara-gara dia."

Zahra terdiam. 'Ngapain aku marah, ya. Toh dia tak sedikit pun tadi menyebut namaku sebagai pacarnya. Astaga ....' Zahra menepuk jidatnya sendiri saat menyadari dirimya yang begitu nudah marah dengan sebab tak jelas.

"Zahra ... Ra. Kamu masih di situ, kan?"

"Heem."

"Masih marah?"

"Enggak ... enggak."

"Syukurlah. Tapi aku bahagia lo, tadi lihat kamu cemburu. Bikin gemes lihatnya."

Zahra yang ketahuan tampak menahan senyum, pipinya pun langsung merona akibat tersipu malu.

Emosi begitu mudah bangkit, saat kecemburuan melanda hati. Namun emosi itu mudah runtuh bahkan lenyap, saat suatu yang membahagiakan menyerang hati.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top