SELANJUTNYA
Kemarin bicaramu melemahkanku, seakan menyuruhku menunggumu di ujung jalan tempat kita bertemu. Bergegas aku mendatangimu, begitupun kamu. Lalu, seseorang memanggilmu dari belakang, kamu pun menoleh dan berbalik badan, seolah terlupa padaku, kamu kembali berpegang padanya.
Kita dua insan yang sama-sama sering menoleh kebelakang, bedanya aku tak kembali, hanya menatapnya sembari maratapi banyak penyesalan. Sedangkan kamu? kamu juga menoleh kebelakang, berbalik badan, lalu berlari menghampiri sesuatu yang dulu pernah menjadi milikmu.
Sekarang, rasaku seperti debu yang menerpa ibu kota, sesuatu yang tak pernah di inginkan, namun terus tumbuh besar tanpa diminta. Kita punya banyak kesamaan, entah sengaja atau tidak, kesamaan itu banyak mencipta kebersamaan. Mungkin bukan yang kamu inginkan, tapi ini yang ku harapkan. Dan jika rasamu padaku tak sama seperti rasamu pada masa lalumu, aku mengerti. Bahkan jika kanvas yang kau punya telah penuh oleh lukisannya, aku juga mengerti. Itu sesuatu yang wajar, tapi apa arti baikmu selama ini? hanya sekedar ingin menyapa tak begini caranya.
Tapi ini bukan salahmu, harapku saja terlalu melaju pada hal pilu. Sikapmu kepadaku mungkin hanya sapaan merdu, yang tetap tak bisa menggantikan merdunya masa lalumu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top