9 - Masha bertanya pada Papa
Nb - Selama puasa, CI slow update, ya ^,^. Selamat berbuka. Sankyu :*
♥♥♥
"Nggak kekenyangan lagi, Dek?" tanya Ken ketika Caca sudah siap taraweh setelah tragedi ikan pepes.
"Kemarin udah diceramahin sama Papa dari sahur sampai subuh. Ajib!"
Ken langsung tersenyum membayangkan Caca mendengarkan tanpa jeda. Gimana mau jeda, kalau baru akan berdiri langsung mendapat tatapan tajam dari papa. Beruntung kemarin Ken ikut acara sahur on the road. Bebas!
"Makanya lain kali itu ka--"
"Stop! Stop! Stop! Udah cukup ceramahnya tadi pagi," potong Caca cepat. Sudah cukup ceramah panjang dari papanya, tidak perlu ditambah dari Ken lagi.
"Mama sama Papa kok lama, sih? Caca duluan ya, Kak!" pamit Caca sambil berjalan cepat.
"Bareng, Ca! Mereka kayaknya lagi mau pacaran," ujar Ken dengan menyamakan langkah.
Caca akhirnya memperlambat jalan. Sayangnya tidak lama kemudian Fari muncul dan langsung bicara seru dengan Ken. Fix, dia jadi obat nyamuk.
"Ca, katanya mau ngenalin sama Mas Fari?" ujar Sofi menagih janji kepada Caca.
"Cancel, Sof. Takutnya kamu terlalu berharap dan menunggu datang gelap, hingga nanti suatu saat tak ada cinta kau dapat."
Sofi langsung merenggut, tapi kalimat Caca yang menirukan lirik lagu akhirnya membuat dia tersenyum.
"Kok gitu?"
"Siapalah kita, Sof? Masih bocah bau kencur sementara Mas Fari udah mapan dan suami-able. Kita mah nggak bakal dilirik."
Caca menggunakan ceramah Ken dulu dengan versi kalimatnya sendiri.
"Iya juga, sih, ya. Aku mundur deh kalau gitu. Atau aku nunggu dilamar Mas Ken aja yang udah tahu luar dalam."
Caca langsung memutar bola mata mendengar kalimat Sofi. Dia nggak rela punya kakak ipar seumuran. Akhirnya obrolan mereka terhenti ketika semua sudah siap untuk tadarus.
***
"Ma, kok lauknya banyak banget? Udah masak ayam kok masih mau masak juga? Ada telur lagi. Menunya mau apa, sih?" tanya Caca yang hari ini sibuk membantu di dapur untuk menyiapkan makanan buka bersama.
"Ayam rica-rica pesanan Papa. Ikan bumbu kuning pesanan Bila. Terus Om Fakhri kemarin minta telur ceplok disambal."
Caca melongo, tidak mengerti kenapa mamanya mau menyiapkan makanan berbagai macam tersebut. Tamu memang raja, tapi seharusnya tidak melonjak.
"Terus nanti kalau ada Om Revan nambah lagi menunya, Ma? Belum Ayah sama Bunda, Om Eza, Om Rezky, Kak Ave. Bisa-bisa cuma buat buka bersama kita harus masak sepuluh macam makanan. Ckckck."
Karen tersenyum mendengar pertanyaan Caca. Dia baru akan menjawab ketika Caca kembali bersuara.
"Kenapa mereka nggak bawa makanan dari rumah masing-masing aja, Ma? Di sini tinggal makan, kan enak."
"Bukan gitu, Ca. Tapi, ini tuh udah kesepakatan. Barangsiapa jadi tuan rumah harus siap repot, soalnya tuan rumah nggak perlu perjalanan panjang tinggal duduk manis tamu datang, kalau yang lain kan lintas daerah, kota malah."
Caca mengangguk paham. Kesepakatan yang masuk akal. Suara tidak asing dari halaman depan mengalihkan perhatian.
"Itu suara Masha bukan, Ma?"
"Iya, tadi Ken jemput mereka."
Caca langsung tersenyum lebar, "Caca ke depan dulu, ya, Ma?"
Karen menggeleng tidak setuju, Caca langsung menurunkan bahu tanda tidak semangat.
"Kalau memgerjakan sesuatu itu gimana, Ca?"
"Selesaikan apa yang sudah kamu mulai. Jadi, Caca baru boleh ke depan kalau udah selesai potong-potong ini, kan?" jawab Caca yang sudah hafal nasehat Karen di luar kepala.
"Pa? Kenapa sih Kak Maca halus nggak makan, puasa nahan lapal? Telus kenapa halus belajal baca iqo sama talawih di masjid?"
Caca tergelak mendengar suara sama pertanyaan dari Masha. Seketika sebuah lirik lagu seperti berdendang di telinga.
Ada anak bertanya pada bapaknya,
buat apa berlapar-lapar puasa?
Ada anak bertanya pada bapaknya,
tadarus tarawih apalah gunanya?
Lapar mengajarmu rendah hati selalu.
Tadarus artinya memahami kitab suci.
Tarawih mendekatkan diri pada Ilahi.
Lihathah langit keampunan yang indah,
membuka luas dan anginpun semerbak.
Nafsu angkara terbelenggu dan lemah, bunga ibadah dalam ikhlas sedekah.
"Yess! Selesai, Caca nyamperin Masha bentar, Ma! Nanti aku bawain pasukan ke dapur," ujar Caca semangat langsung berjalan cepat ke ruangan depan.
Caca langsung celingak-celinguk mencari keberadaan Bila. Dia langsung berjalan menyalami Daffa.
"Kak Bila mana, Kak?"
"Baru ke kamar."
Caca mengangguk paham, lalu mengambil posisi dekat papanya yang memangku Masha. Dia mendengus, Masha dan papanya sudah seperti partner tidak terpisahkan kalau ketemu. Dia jadi orang ketiga. See, Masha hanya meliriknya sekilas.
"Udah tanya Ayah kenapa?" jawab Alvin menanggapi Masha.
Masha mengangguk cepat, tiga kali, seperti boneka mobil.
"Sama Memei?"
Masha kembali mengangguk.
"Dia belum puas kalau nggak semua orang ditanya, Om. Kemarin juga hari pertama puasa dia udah kayak reporter nanya pertanyaan yang sama ke Didi, Rangga, Ayah sama Bunda. Najwa pas waktu ke rumah juga ditanya," ujar Daffa seakan tahu apa yang ada di pikiran Alvin. Jauh-jauh lintas kota cuma tanya alasan puasa itu tidak lucu.
"Jadi, puasa itu kan Kak Masha lapar, ya? Kalau lapar itu ngajarin buat rendah hati, kita nggak boleh sombong sama makanan enak, banyak saudara yang masih kelaparan. Kalau belajar iqro itu biar nanti bisa ngaji terus bisa belajar ngerti Al-quran.
Tarawih itu biar Kak Masha dekat sama Allah. Begitu, Kak. Ngerti?"
"Papa itu copas dari lagu, ya?" bisik Caca yang langsung mendapatkan tatapan tajam Alvin.
"Kak Maca tahu, Pa!" jawab Masha dengan semangat.
Alvin tersenyum.
"Sama kayak lagu ini, kan, Pa? Ada anak beltanya pada bapaknya,
buat apa belapal-lapal puasa.
Ada anak beltanya pada bapaknya
tadalus talawih apalah gunanya....."
Caca langsung terbahak mendengar Masha menyanyikan lagu lawas dengan lancar. Di seberangnya Daffa mengulum senyum. Sementara Alvin melongo antara takjub dan seperti orang bodoh.
Udah tahu itu lagu kenapa harus tanya sih, Kak?
"Bila, anakmu ni, Bil!" ujar Alvin pasrah ketika melihat Bila muncul.
Bila terkekeh pelan. "Itu kan lagu yang sering diputer Kak Daffa kalau di rumah, Pa. Makanya Masha sampai hafal. Lagu Insya Allah juga lancar jaya walaupun cadel begitu."
"Pantas. Terus Reffi jawab apa waktu ditanyain begitu sama Masha?" tanya Alvin penasaran.
"Ayah jelasinnya panjang. Sampai Masha ketiduran dengernya."
Caca yang baru saja diam kembali terpingkal-pingkal. Alvin tersenyum, setidaknya penjelasannya tidak mirip lagu nina bobo.
"Kalau kamu jawab apa, Fa?" tanya Alvin yang masih penasaran kepada Daffa.
"Begitulah, Om. Kurang lebih intinya sama."
"Pa, Kak Maca mau cali Om Ken dulu, ya?" ujar Masha sambil mendongak, mengalihkan perhatian orang dewasa.
"Kok nyari, Om? Ngak nyari Kak Caca, Dek?" tanya Caca kepada Masha.
Masha langsung menggeleng. "Ndak, Kak Maca mau naik motol sama Om Ken!"
"Kak Caca juga bisa bawa motor," protes Caca tidak mau kalah.
"Maunya motol gede, Kak!" ujar Masha mantap. Caca langsung manyun. Kalau dipikir kemarin dialah yang membuat Masha datang, tetapi sekarang anak ini sudah lupa tujuannya. Ck!
~Selesaikan apa yang sudah kamu mulai.~
♥♥♡
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top