09 ~ Fakta, aku, dan dia.

Keesokan hari tak membuat aku memiliki waktu untuk mengembalikan ponsel milik Clara karena kesibukan. Tentunya Clara juga tidak bisa menghubungiku karena ponselnya ada di tanganku. Aku juga tidak memberitahukan alamatku terhadapnya di pertemuan-pertemuan sebelumnya sehingga tidak mungkin juga dia akan datang menjemput. Mungkin Clara pasti sudah berpikiran bahwa dia kehilangan padahal sebenarnya hanya tertinggal.

Ponsel milik Clara juga sekarang sudah tidak akan bisa dihubungi karena baterai yang habis. Aku ingin mengisi ulang baterainya tetapi charger milikku tidak cocok dengan lubang ponselnya. Sebisa mungkin aku akan cepat-cepat mengembalikannya agar dia tidak kebingungan mencari-cari lebih lama karena mengira kehilangan.

Namun, ternyata, aku baru usai dari pekerjaan yang membuat waktuku tersita ke sana semua di hari berikutnya. Pada sore hari tepatnya ketika sudah selesai bekerja di kantor, aku langsung melajukan mobil dan berhenti tepat di depan gedung apartemen tinggal Clara. Ini sudah dua hari sejak ponsel miliknya berada di tanganku. Dia mungkin membutuhkannya sehingga aku perlu mengembalikan secepat yang kubisa.

Aku kemudian naik ke lantai di mana lokasi tinggalnya berada. Memang belum pernah aku mengunjunginya tetapi aku mengetahui sebab dia pernah bercerita tentang nomor apartemen tinggalnya.

"Jadi sebenarnya kamu tidak percaya padaku?" Suara seruan seorang wanita yang sangat aku kenal. Clara.

Aku baru menginjakkan kaki di koridor lantai apartemen tinggalnya. Dari kejauhan tempatku berdiri tampak seorang lelaki berpakaian santai dengan celana hitam dan kaos putih berlengan pendek berdiri di depan pintu yang terbuka. Lokasi tersebut adalah tempat yang kutuju.

"Kalau begitu kenapa pas aku nelpon malah cowok gak jelas yang ngangkat?" Lelaki itu ikut berseru.

Dari depan lawan bicara si lelaki, aku bisa melihat tangan ramping yang menunjuk-nunjuk, berusaha menjangkau lengan si lelaki lantas kemudian maju ke depan sehingga Clara dengan ekspresi wajah yang tak dapat ku jelaskan muncul.

"Kan sudah kubilang HP-ku hilang!" serunya lagi.

Mereka terus berdebat. Dari apa yang aku tangkap si lelaki tersebut menuduh Clara telah berselingkuh. Dari obrolan mereka yang semakin memanas, aku mendapatkan poin utama yang semakin jelas bahwa sesungguhnya benar dugaan yang selama ini memenuhi isi pikiranku. Mereka sepasang kekasih.

Bagaikan tertohok tepat di ulu hati, rasanya benar-benar menyakitkan. Baru saja aku jatuh cinta pada seorang gadis, baru pula rasanya seakan mendapat lampu hijau melihat bagaimana keramah-tamahan yang ditunjukkan terhadapku, pun dengan bagaimana kami juga bisa semakin akrab, serta responnya selama ini yang tidak mempermasalahkan hubungan ini menjadi semakin dekat. Atau ... hanya aku yang berpikiran lebih? Menganggap bahwa humble yang memang menjadi sifat baik Clara sebagai lampu hijau padahal tidak begitu?

Apapun itu jelasnya, yang terpenting aku sakit hati, cemburu.

Dengan langkah gontai, kepalaku tertunduk ketika mencoba mendekat ke arah mereka. Lantas, aku berdehem pelan mana kala telah dekat dengan posisi keduanya, membuat atensi dari dua orang tersebut beralih pandang ke arahku yang baru saja tiba.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top