07 ~ Malam, ponsel, dan kontak.

Sebelumnya aku memang sudah pernah mengantarkan Clara ke apartemennya saat di pertemuan pertama kita dulu sepulang dari panti asuhan. Sehingga sekarang sepulang dari restoran, aku tidak perlu lagi mempertanyakan alamat dan langsung menuju ke sebuah apartemen tersebut.

"Terima kasih banyak, ya, Ray." Clara berucap ketika tangannya sudah mulai membuka pintu mobil.

"Sama-sama, Clara. Gak perlu ngerasa segan kalau butuh apa-apa sama aku," balasku dengan memberinya senyuman semanis mungkin.

Clara balas tersenyum lalu mengangguk.

"Oh, ya." Aku menahan dulu saat dia hendak turun dari mobil.

"Ya?" Dia berbalik menatap diriku lagi.

"Kamarmu di lantai berapa?" tanyaku yang tiba-tiba jadi penasaran. Aku memang tahu bahwa ini alamat apartemen Clara tapi aku tidak pernah tahu tinggalnya di lantai berapa kamar nomor berapa.

Clara memandangku dengan tatapan yang entah aku sendiri tidak bisa mendeskripsikan. "Kamar?" ulang Clara.

"Maksudku jika semisal nanti aku bertamu agar enggak salah ketuk pintu," ucapku dengan nada jenaka.

"Lantai 6 nomor 18." Clara menjawab yang kutanggapi dengan acungan jempol. Lantas dia turun dari mobil, melambaikan tangan terlebih dahulu ketika aku sudah menyalakan mesin mobil dan hendak melaju. Dari kaca spion, aku masih bisa melihat Clara yang memandangi mobilku yang semakin menjauh dari lokasi apartemennya.

Tidak ada tujuan lain bagi diriku saat ini selain hanyalah pulang. Sebelum turun dari mobil di garasi, mataku melirik ke arah tempat duduk Clara dan menemukan sebuah ponsel di sana. Aku mengambil ponsel tersebut, casing-nya lucu. Saat kunyalakan, wallpaper di ponsel tersebut adalah wajah Clara yang selfie dengan seekor kucing lucu sambil tersenyum lebar. Dia cantik sekali. Tidak perlu dipertanyakan siapa pemilik ponsel tersebut karena sudah sangat jelas. Aku juga tidak pernah membawa penumpang lain duduk di samping kursi pengemudi selain hanya Clara seorang.

Pikiranku melayang ke pilihan apakah aku harus mengantarnya sekarang atau menundanya esok hari. Setelah dipikir agak lama memang lebih baik esok saja saat jam makan siang kantorku agar tidak terlalu jauh dan bolak-balik karena saat ini pun aku baru saja kembali dari apartemen Clara. Waktu saat ini juga sudah cukup malam dan aku sendiri butuh istirahat. Pada akhirnya aku benar-benar turun dari mobil sambil membawa ponsel Clara dan berjalan hingga ke kamar.

Mandi, makan malam, dan berganti piyama untuk tidur. Aku tidak sadar bahwa ada sering pada ponsel Clara dan saat aku mengambilnya, layar ponsel tersebut menyala dengan panggilan masuk yang sudah tidak terjawab banyak kali. Aku melihat nama yang terpampang pada notifikasi panggilan tak terjawab, di sana tertulis Riyan dengan diikuti emoji berbentuk hati di samping namanya.

"Riyan? Dia siapanya Clara?" Aku bergumam sambil terus memandangi kontak Riyan yang terlihat dibuat spesial.

Saat melihat cara Clara memberikan tanda hati pada seseorang bernama Riyan itu, jantungku berdetak lebih kencang. Apa-apaan ini? Siapa dia? Siapa Riyan sampai Clara menyimpan kontaknya dengan nama seperti itu? Pikiranku berkecamuk tidak tenang, muncul asumsi negatif seperti orang tersebut mungkin adalah kekasih Clara yang diam-diam tidak diberitahukan olehnya padaku. Namun, itu bukan hal negatif, kan? Seseorang terutama wanita cantik seperti Clara normal untuk memiliki hubungan dengan seorang pria. Tetapi, entahlah, pemikiran seperti itu membuat aku terluka padahal bukan pula salah Clara atau siapapun jua.

.
.
.

Bab 07 dipublikasikan pada :
Sabtu, 01 Juni 2024, 08:03 WIB.

A/N : LAMAA BANGET ENGGAK UP! 😭
Isoke, dikit-dikit, pelan-pelan, asalkan jalan. Mengusahakan untuk bisa update cerita ini sampai tamat biar segera bisa beralih buat fokus namatin cerita lainnya.

Sampai jumpa di part berikutnya ~

🌹

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top