06 ~ Curhat, solusi, dan setelahnya.
Pandangan mata Clara tertuju lurus pada air mancur di tengah-tengah taman kota bersama dengan kami yang masih setia di sebuah kursi panjang setelah hening beberapa detik. Clara menghembuskan napas perlahan sebelum ia sepertinya memantapkan hari untuk kembali berbicara.
"Aku habis bertengkar dengan seseorang." Clara mulai bercerita.
"Terus?" Aku bertanya, sebagaimana respon normal ketika ada orang yang memulai curhatannya.
"Aku gak kepengen bertengkar sama dia tapi entah kenapa akhir-akhir ini kami sering banget tengkar untuk hal-hal sepele." Clara melanjutkan.
Aku yang masih belum menemukan titik terang dari ucapannya itu kembali bertanya, "Bertengkarnya kayak gimana? Pasti ada alasan kenapa kalian akhirnya emosi, kan?"
Clara mengangguk. "Awalnya dia marah karena aku pakai HP-nya gak bilang-bilang, terus tadi aku yang balas marah karena dia mau ke luar kota gak bilang-bilang dan langsung pergi gitu aja."
"Dia temanmu?" Aku bertanya penasaran sebab Clara tidak menyinggung sedikitpun tentang siapa yang dibicarakan olehnya.
"Eum ... lebih dari itu." Jawaban Clara cukup tidak bisa kumengerti. Aku berpikir dan menarik kesimpulan sendiri kalau saja orang yang dimaksud oleh Clara itu bisa jadi adalah saudara, keluarga, dan sahabat karib. Entahlah. Aku tidak ingin bertanya lebih lanjut karena takut membuat ia tidak nyaman. Fakta bahwa Clara tidak mendeskripsikan jelas siapa yang dimaksud sudah cukup bahwa ia tak ingin aku mengetahuinya.
Aku menghela napas pelan lalu menjawab, "Yang namanya suatu hubungan entah dengan siapapun itu pasti bakalan ada bertengkarnya. Bertengkar itu hal yang wajar buat terjadi, kok."
"Iya, aku ngerti soal itu. Tapi ini keseringan." Clara membalas.
"Coba saja kamu bicarakan dulu sama dia baik-baik, kalau udah balik dari luar kota atau kamu hubungi saja duluan kalau kamu memang gak mau lama-lama bertengkarnya. Mungkin dia juga punya alasan tersendiri yang bikin dia marah sama hal-hal seperti itu," kelasku.
Clara memandangku dengan kening berkerut. Ia lantas bertanya, "Emangnya cara seperti itu bisa mempan buat bikin kami baikan?"
"Aku gak tau juga nanti akan mempan atau tidak. Yang jelas kuncinya untuk saat ini adalah komunikasi." Aku menjelaskan sebisa mungkin.
Kulihat Clara mengangguk-angguk lalu membalas, "Gitu, ya?"
"Iya. Soalnya kalau dibiarin ya hubungan kalian bakalan makin renggang karena sama-sama emosi dan gak ada yang mau ngomong." Aku menjawab.
Meski sebenarnya aku tidak tahu arah ke mana sebenarnya pembicaraan ini dan permasalahan apa jelasnya yang sedang dialami oleh Clara, tetapi aku merasa senang ketika melihat ekspresi Clara sudah tidak terlalu bersedih seperti tadi. Wajahnya jadi terlihat berseri seakan-akan ia sudah menemukan jawaban atas rasa galaunya.
"Terima kasih banyak, ya," ucapnya dengan senyuman manis mengembang di wajahnya.
"My pleasure, Cantik." Jawabanku membuat Clara terkekeh.
Aku dicubit singkat oleh Clara ketika ia sambil berujar, "Kamu bisa aja."
Pada akhirnya, kami menikmati waktu mengobrol lebih jauh di taman ini dan ketika merasa lapar, kami memutuskan pindah ke sebuah restoran yang lokasinya tidak jauh dari seberang taman. Di restoran tersebut, kami jadi lebih sering berbincang sembari bercanda hingga menimbulkan tawa-tawa kebahagiaan. Aku senang dengan waktu seperti ini dan bahkan aku sangat berharap bahwa waktu bisa kuberikan karena aku ingin menikmati momen ini sedikit banyak lebih lama.
.
Bab 06 dipublikasikan pada :
Rabu, 01 Mei 2024, 11:43 WIB.
A/N : Wow udah lama banget semenjak terakhir kali work ini di-update.
See you in the next chap ✨
🌹Resti Queen.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top