2 - Payung Ungu

Terus memandang ke depan,
Tak menoleh ke belakang.
Seperti serdadu yang tak kenal takut,
Tidak peduli akan hujan yang semakin deras.

Itulah payung ungu.
***

"Zubzy,"

"AH! Iya?" sahutku kaget, menoleh ke samping.

"Kamu nggak mau pakai payung itu? Hujan udah mulai deras, nih!" kakakku, Zobzy, mengomel, menunjuk ke atas.

Aku mendongak, melihat jutaan rintik-rintik hujan yang turun dari langit sejak 10 menit terakhir.

Aku masih berdiri di bawah kanopi gerbang sekolah, akan berjalan menuju mobilku yang berada di tempat parkiran. Di sana, pamanku sudah menungguku dan Zobzy.

"Cepetan, nanti Om Orh ngomel lagi!" Zobzy yang tidak peduli akan hujan segera mengangkat tasnya yang sudah terpasang jas hujan ke atas kepala, dan berlari keluar menuju daerah parkiran.

Aku membuka payungku, kemudian perlahan berjalan di antara rintik-rintik hujan yang turun sangat cepat dari atas langit.

Di daerah nongkrong dekat parkiran, aku melihat dirinya.

Zurru.

Aku menoleh sekilas ke belakang, menemukan tasnya yang sangat khas itu berada di belakang punggungnya.

Jikalau andai kau bisa mengerti perasaanku, Zurru. Aku tidak ingin perasaanku dibalas, hanya ingin dihargai. Batinku merintih sakit.

Dengan cepat aku menoleh kembali ke depan, dan segera berjalan menyusul Zobzy yang hampir sampai di mobil.

•Di tempat Zurru•

"Hei, Zurru, kau lihat siswi berpayung ungu itu?" sahut temanku, memberi kode mata.

Aku menoleh, melihat siswi berpayung ungu itu yang perlahan berjalan menjauh dari sana.

"Memangnya kenapa dengan Zubzy?" gumamku, terus melihat teman sekelasku itu berjalan menuju area parkiran.

"Dia sempat melihat ke sini, lalu wajahnya terlihat murung." sahut temanku.

***

{Zubzy & Zurru}

MIMPI APA AKU BARUSAN?!

Aku duduk di atas tempat tidur, mengingat dengan jelas mimpiku barusan.

"Kenapa Zurru masuk ke mimpiku?!"
"Kenapa Zubzy masuk ke mimpiku?!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top