Meant to be together
“bisa diem enggak” bentakku pada gadis yang sedari tadi heboh sendiri sama foto yang terpajang di dinding rumah kontrakanku.
“iya ini diem” katanya sambil cemberut.
Dasar cewek gila. Seenaknya aja tadi nubruk motorku dengan motornya. Dan mau tidak mau sekarang aku harus bertanggung jawab atas luka yang dia dapet karena kesalahannya sendiri. Apes.
“rumah kak Bagas rapi ya” katanya lagi sambil mengedarkan matanya kesegala penjuru.
Aku hanya menjawabinya dengan gumaman saja. Sekarang aku masih mengobati lututnya yang berdarah karena insiden gak jelas tadi. Sebenarnya ni cewek sudah beberapa hari suka banget sliweran didepan rumah kontrakanku. Bahkan sempat beberapa kali aku melihatnya sengaja terjatuh didepanku namun aku selalu pura – pura tidak melihatnya. Yang pasti ni cewek benar – benar mencurigakan.
“kak Bagas tinggal disini sendirian??” tanyanya lagi.
Aku hanya mengangguk sambil masih sibuk dengan lukanya.
“boleh dong kalau gitu aku nebeng tinggal disini” katanya tanpa dosa yang langsung membuatku menoleh kearahnya dengan muka syok.
“bercanda. Kan bukan mukhrim iya kan” katanya lagi dengan cengiran lebar.
“iya” balasku.
“tapi kalau kak Bagas mau ngajakin mukhriman aku gak keberatan kok” seketika aku langsung memandangnya horror bercampur ngeri. Ini cewek otaknya ketinggalan di jok motor apa yak?? Kenapa ngomongnya gak pake mikir gitu.
“hahaha… bercanda kali kak. Lagian kan kak Bagas belum kerja, aku kan maunya dapet suami yang sudah kerja dan mapan. Hehe” katanya enteng.
Lagian siapa lagi yang mau memperistri dia? Idih.
“udah selesai. Sana pulang” kataku datar ketika aku berhasil menempelkan plester dilututnya.
“ini belum” rengeknya sambil menyodorkan tangan kirinya yang ada luka kecil.
“ini obati sendiri” kataku sambil menyodorkan kotak p3k kepadanya.
“kenapa gak sekalian” gumamnya pelan.
Kemudian aku meninggalkannya untuk pergi ke dapur mengambil minuman kaleng dikulkas. Setelah itu aku kembali ketempat dia berada. Aku mengambil tempat duduk diseberangnya sambil meletakkan minuman tersebut di meja.
“itu diminum” kataku datar sambil membuka keleng minumanku dan meminumnya.
Dia masih sibuk mengobati lukanya sambil sesekali melirikku. Setelah dia selesai dengan lukanya, dia langsung memandangku sambil tersenyum lebar. Ini cewek kenapa lagi??
“kak Bagas, ini foto siapa??” tanyanya sambil menunjuk disebuah figura dekat dengannya.
Difigura tersebut terdapat fotoku yang sedang mencubit pipi Lova – adikku – sambil tertawa bahagia. Kalau tidak salah, foto tersebut diambil ketika kami sedang liburan ke Bali tahun lalu.
“pacarnya?? Kak Bagas jadi udah punya pacar ya??” tanyanya dengan nada murung.
“iya” jawabku singkat dan padat.
“masak sih pacarnya?? Kok mukanya mirip gitu??” tanyanya tidak percaya.
Iyalah, namanya juga sodara’an.
“kata orang, kalau muka pasangan kita hampir mirip sama kita, itu tandanya jodoh” kataku ngeles.
“masak sih kak, kata siapa??” tanyanya lagi.
Ya ampun, ni cewek kepo banget sih. Pasti dia aliran anak alay deh.
“kata pak ustad” jawabku sewot.
“ustad mana??”
“pulang gih. Udah diobatinkan lukanya” kataku tanpa menjawabi pertanyaannya.
“yah diusir. Paling enggak kasih makan dulu gitu” pintanya tanpa dosa.
“gak ada makanan”
“ya udah aku masakin kalau gitu. Di kulkas ada apa??” tanyanya lagi antusias.
“es batu. Sana masak aja” kataku cuek sambil memandang sebal kearahnya.
Sumpah ya, baru pertama kali ini aku ketemu sama cewek gak jelas kayak gini. Banyak nanya dan super cerewet. Sepertinya lebih parah ketimbang Lova adikku.
“iya deh aku pulang” katanya akhirnya sambil berdiri.
Kemudian dengan sedikit pincang dia berjalan menuju pintu keluar. Aku mengikutinya dari belakang sambil sesekali melotot kearahnya ketika dia menengok kearahku.
“aku pulang dulu kak” pamitnya ketika kami berada di halaman rumah kontrakanku.
“itu motornya juga dibawa” kataku menunjuk motor metik yang terparkir disebelah motorku.
“ambil aja kak. Lagian aku juga gak bisa naik motor kok hehe.. aku pulang dulu ya Bye”
Lhah, pantes aja nabrak.
Setelah mengatakan hal tersebut, dia langsung berjalan menuju jalan didepan kontrakanku. Dan benar saja dia meninggalkan motor metik birunya di halamanku. Ini anak memang aneh. Ah, bodo deh. Tanpa memperdulikan dia lagi, aku langsung kembali kedalam kontrakan dan membereskan kotak p3k yang tadi aku gunakan untuk membersihkan lukanya.
Sudah duapuluh satu tahun aku hidup sebagai manusia, baru kali ini aku bertemu cewek aneh gak jelas kayak tadi. Sumpah nyeremin. Jangan – jangan dia makhluk asing dari luar bumi lagi, habisnya kelakuannya gak normal gitu.
Tapi bagaimana dia tahu kalau namaku Bagas ya?? Perasaan aku juga gak kenal sama dia deh. Atau aku pernah ketemu sama dia ya?? tapi sepertinya wajahnya tidak asing, tapi aku tidak bisa mengingat siapa dia. Hah tau lah.
Kemudian aku kembali keruang tengah dan duduk disofa sambil menyalakan televisi. Dengan bosan aku mengonta ganti channel dan berharap ada saluran yang bagus, namun sampai puluhan kali pencet remot tetap saja tidak ketemu acara yang bagus.
Dimeja aku melihat kaleng minuman yang aku berikan ke cewek tadi. Ternyata isinya masih penuh dan belum dibuka. Gak diminum ternyata. Tau gitu juga tadi gak aku kasih kan.
Perlahan aku mendengar tetesan air hujan yang mulai jatuh di genting rumahku. Dan lama kelamaan suara tetesan hujan berganti dengan gemuruh derasnya hujan. Lebih baik aku mengunci pintu depan dan bersiap untuk tidur. Kalau ujan – ujan begini kan enaknya tidur. Hihi..
Kemudian dengan bergegas aku pergi ke pintu depan untuk menguncinya. Sebelumya aku mengintip dari balik jendela untuk memastikan keadaan luar aman. Namun betapa terkejutnya aku ketika mendapati seorang gadis sedang berdiri dipinggir jalan depan rumahku sambil berteduh dibawah pohon.
Bukannya itu cewek yang tadi?? Bukannya dia bilang mau pulang?? Kenapa masih disitu??
Tanpa pikir panjang, aku langsung menyambar payung yang ada didekat pintu dan langsung keluar buat nyamperin tuh cewek.
Setelah sampai di sebelah cewek tersebut, aku langsung memayunginya dengan payung yang kupakai.
“kak bagas?? Ngapain ujan – ujan keluar??” tanyanya bingung.
“lha kamu sendiri ngapain ujan – ujan disini?? Katanya tadi mau pulang??” tanyaku juga bingung.
“kan aku nunggu taksi” jawabnya polos.
“ya mana ada taksi lewat di kompleks perumahan kayak begini” ucapku tak percaya.
Haduh, dasar cewek bego’.
“kan aku gak tahu”
“ya udah, ayo masuk kerumah” ajakku sambil menarik tangannya untuk kembali kedalam rumahku.
Dari sudut mataku, aku bisa melihatnya tersenyum senang entah karena apa. Mukanya lucu. Dan hal ini malah membuatku ikut tersenyum.
“duduk dulu, aku ambilin handuk” kataku ketika kami sudah berada diruang tengah. Kemudian aku pergi kekamarku untuk mengambil handuk bersih didalam lemariku. Setelah itu aku kembali keruang tengah namun aku tidak menemukan cewek tadi. Nah lhoh??
“cewek, loe dimana??” panggilku sembarangan. Maklum dong, kan aku gak tau namanya.
“Flita, namaku Flita kak” ucapnya dari arah dapur.
Kemudian aku berjalan menuju dapur. Disana aku melihat si Flita sedang berdiri mlototin rentetan gelas yang berada di rak.
“itu namanya gelas. Gak pernah lihat yang namanya gelas ya??” tanyaku bingung sambil memberikan handuk kepadanya.
“tau kok kalau itu gelas. Tapi yang ini lucu” katanya sambil mengambil gelas couple warna biru yang Lova kasih ketika aku pertama kali kost di jogja. Dulu Lova bilang kalau itu gelas kembaran sama punyanya dia. Katanya biar aku inget terus kalau punya adik cantik yang wajib dibeli’in oleh – oleh ketika aku balik ke Jakarta. Yah, sepertinya hanya aku doang yang punya adik radak aneh kayak Lova.
“minta teh anget dong” ucapnya santai sambil mengambil gelas couple tersebut dan mengulurkannya kearahku.
“aku buatin juga ya” kataku sambil mengulurkan tremos kearahnya.
Sambil mendecak kesal dia menerima uluran tremosku dan mulai membuat teh anget untuk kami berdua. Ini cewek lucu juga.
Aku hanya duduk di meja makan sambil menunggunya membuat teh anget.
“kak Bagas kapan balik Jakarta??” tanyanya padaku sambil masih berkutit dengan tremos dan gelas.
“belum tau” jawabku singkat.
“eh, dari mana kamu tau kalau aku aslinya Jakarta??” tanyaku bingung.
“tau lah. Apa sih yang gak Flita tau soal kak Bagas. Nama lengkap Bagas Arkian Pradiptyo. Asli Jakarta. Umur 21 tahun. Hobbi tidur dikelas. Apa lagi ya” katanya sambil memberiku teh yang barusan dia buat.
Aku hanya bisa menelan ludah ketika dia berhasil menyebutkan nama lengkapku dan kawan – kawannya.
“napa shock gitu kak??” tanyanya sambil cekikikan. Kemudian Flita mengambil tempat duduk dikursi depanku.
“ah enggak” jawabku sok kalem.
“sayang banget kak Bagas udah punya cewek” katanya lesu.
“cewek??” tanyaku bingung. Oh iya, tadi kan aku ngaku kalau Lova adikku adalah pacarku.
“padahal aku kan mau ngajakin kak Bagas pacaran”
Glek. Ni cewek gak ada basa – basinya sama sekali ya kalau ngomong.
“hehehe…” aku hanya bisa tersenyum kaku.
“Kak Bagas kapan putus sama ceweknya??” tanyanya lagi tanpa malu – malu sambil menyesap tehnya.
“kamu kelas berapa sih??” tanyaku ragu – ragu. Jangan – jangan dia abg labil kayak Lova. Kan berabe urusannya.
“kok kelas berapa sih?? Aku kan satu tingkat dibawanya kak Bagas. Aku anak semester empat. Makul statistik kan kita satu kelas kak. Hah, kak Bagas sih tidur mulu kalau dikelas. Sebel deh” ucapnya sambil cemberut.
“masak sih?? Kok kayaknya aku gak pernah lihat ya?” tanyaku bingung sambil mlongo.
“tuh kan nyebelin. Pasti kak Bagas juga lupa kan kalau dulu pernah ngasih aku bunga mawar dan ngajakin pacaran”
“Hah? Kapan?”
“setaun yang lalu. Kak Bagas nyamperin aku di taman kampus terus ngasih bunga dan ngajakin pacaran. Habis itu berhari – hari kak Bagas ngejar – ngejar aku sampai beberapa kali bikin kehebohan di kelasnya Pak Juni dosen literature. Bikin malu aku sampai aku sempet gak berangkat kulihah berhari - hari. Gak inget??” katanya sebal.
Kemudian aku kembali mengingat kejadian satu tahun yang lalu. Dimana aku ditantang salah satu temanku untuk menembak gadis cantik berambut panjang yang sedang menikmati buku bacaannya di taman kampus. Karena aku adalah cowok yang punya kepercayaan diri yang tinggi dan yakin bahwa gadis tersebut bakal menerimaku, aku langsung saja menerima tantangan tersebut. Dengan yakin dan percaya diri aku berjalan mendekati gadis tersebut dan menyatakan cinta sambil memberinya sekuntum mawar. Aku kira cintaku akan diterima olehnya, namun tolakanlah yang terjadi kepadaku. Dengan syok aku memandangnya dan berharap dia bakalan menarik ucapannya, namun tidak. Dia memang menolakku. Itu adalah kali pertamanya aku ditolak oleh seorang cewek dan sangat menyakitkan kurasa.
Setelah penolakan tersebut, setiap malam aku memimpikannya bahkan setiap hari wajahnya selalu bergentayangan diotakku dan sejak itu aku kira aku telah jatuh cinta padanya. Pada gadis yang baru saja kutemui dan bahkan aku tidak tau namanya. Dia hanyalah sebuah tantangan konyol dari temanku yang mengakibatkanku terperosok ke galaunya jatuh cinta.
Berhari – hari aku mencoba mendekatinya lagi, sampai aku rela kena hukum dosen karena mengacau dikelasnya. Dengan tanpa malu aku memasuki kelasnya dan dengan lantang aku bilang “I Love You” didepan dosen dan para mahasiswa. Kontan gadisku yang merasa kupermalukan langsung menghambur keluar kelas. Dan sejak itu aku tidak pernah melihatnya lagi. Aku merindukannya.
“jadi kamu gadis yang waktu itu” kataku tergagap.
“iya kak. Apa kak Bagas lupa sama aku?? Gadis yang kak Bagas tembak cuman karena tantangan bodoh dari temennya kak Bagas”
“maaf untuk itu. Seingatku rambutmu dulu tidak sependek itu, dulu kamu juga pake kaca mata, senyummu tak semanis sekarang dan kurasa gadisku dulu tak secerewet kamu. Yah, dulu dia hanya bisa menggeleng dan selalu bilang tidak kepadaku. Sekarang bahkan kamu menanyakan banyak hal kepadaku” kataku sambil tersenyum memandangnya. Dia berubah, tapi lebih cantik.
“aku dulu sebenarnya mau bilang iya ke kak Bagas. Cuman gara – gara kak Bagas rese dan bikin aku malu, aku ngambek sama kak Bagas dan gak mau ketemu sama kak Bagas. Tapi kurasa sekarang aku menyesal. Aku pengen bilang iya ke kak Bagas, tapi kurasa aku terlambat. Kak Bagas udah punya cewek” katanya lesu.
“aku gak punya” kataku cepat sambil menggeleng.
“cewek yang difoto tadi??”
“itu Lova, adikku”
“kok bohong sih”
“ya habis kamu tadi banyak nanya dan mencurigakan sih” kataku jujur.
“masak sih??” tanyanya gak percaya.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum kepadanya.
“jadi gimana?? Apa aku terlambat??” tanyanya lagi.
“better be late than never” jawabku sambil tersenyum lega serta bahagia. “and I still Love you”
Siapa bilang cinta harus dikejar?? Dalam kasusku ini, aku hanya perlu melepaskannya dan menantinya untuk kembali. Jika dia diciptain untuk kita, pasti dia bakalan jadi milik kita. Gak peduli dia menghilang kemanapun, jika saatnya tiba dia bakalan datang sendiri. Seperti Flita yang dulu sempat menolakku dan tiba – tiba hilang bak ditelan bumi, sekarang dia kembali lagi dengan jatuh bangun didepanku hingga aku menyadarinya, bahwa dia gadisku. Gadis yang selalu kutunggu kehadirannya hingga aku lupa bahwa aku masih mencintai gadisku itu, Flita.
Cinta hanya butuh kesabaran dan penantian. Yang penting kita yakin bahwa dia adalah takdir kita. Yah, kurasa begitu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top