3 bermain game sabrina
Tgl 2 februari
Dear diary
Tadi siang kami dimarahi Gempa karena tidak sengaja berteriak saat sedang asyik bermain game. Untungnya Gempa tidak menjewer telinga kami dengan sarung tangan batu legendarisnya, benar-benar nggak kebayang rasanya kayak bagaimana. Mungkin aku memilih disambar Kak Hali dibanding dijotos oleh Gempa.
Author: kamu nggak kapok, Fan?
Taufan : nggak! Kak Hali lucu sih kalau lagi marah?
Hali : woi?!
Author : *kabur*
Saat malam tiba dan menjelang tidur aku berniat pergi ke kamar kecil untuk memenuhi panggilan alam, setelah selesai dan keluar aku tidak sengaja melihat Kak Hali sedang meneguk air mineral dari dalam kulkas hingga terlintas satu ide jahil dalam pikiranku. Sayangnya aksiku langsung ketahuan saat pemilik elemental petir itu selesai minum sembari menutup daun pintu lemari pendingin lalu berbalik ke arahku.
"Kak Hali !" Panggilku
"Waah...!" Jerit Kak Hali tiba-tiba kemudian jatuh ke belakang.
Aku ingin ketawa melihatnya namun ku urungkan saat melihat tatapan garang dari dia.
"Ish kau rupanya! Bikin kaget saja!" Sembur Kak Hali seraya berdiri.
"Lha kenapa? Aku nggak niat buat jail kok!" Balasku sambil cemberut walau sebenarnya aku berniat begitu.
"Kamu kok disini? Bukannya di kamar ya?" Tanya Kak Hali penuh selidik. Siapa tahu adik satunya ini punya niat menjahilinya.
"Habis dari kamar mandi! Kak main game yuk!" Ajakku.
"Nggak, udah malam!"
"Kalau ngepet bagaimana! Kita bisa pinjam boneka punya Ice!" Ajakku lagi sambil tersenyum jahil.
"Kalau mau sesat..sesat sendiri sana! Jangan ajak-ajak! Sudah ayo kembali!" Ajak Kak Hali seraya jalan melewatiku menuju tangga lantai dua. Lantas aku mengikutinya dari belakang.
Akan tetapi saat kami berjalan melewati ruang televisi, aku dan Kak Hali melihat Gempa duduk disofa sambil menunduk dengan posisi lampi ruang televisi mati. Kak Hali yang melihatnya langsung menghampiri Gempa.
"Gempa! Kamu nggak tidur?" Tanya Kak Hali santai.
Gempa menggeleng kepala tapi tidak menjawab.
"Gempa ayo tidur!" Kali ini aku yang ajak.
Sekali lagi Gempa menggeleng kepala membuatku dan Kak Hali menjadi bertanya-tanya, tidak seperti biasanya Gempa seperti ini. Seolah merasakan sesuatu yang ganjil aku lantas segera mengajak Kak Hali naik ke atas sementara Kak Hali menatapku dengan tanda tanya.
Saat kami menaiki anak tangga aku sempat menoleh ke bawah dan alangkah terkejutnya aku saat melihat kepala Gempa yang memutar dan menatap kearah kami sementara tubuhnya masih tegap tidak mengikuti kepalanya. Aku yang melihatnya seketika bergidik ngeri. Namun sesampainya di kamar kami berdua terkejut melihat Gempa tidur ditempat tidurnya, melihat pulasnya Gempa membuat Kak Hali mulai ketakutan sementara aku yang melihatnya berbalik dan berniat membuka pintu kamar.
Namun Kak Hali langsung menyekal pergelangan tanganku lalu menatapku dengan serius seolah mengatakan " Jangan kebawah". Seolah mengerti apa maksud tatapannya aku lantas mengajak Kak Hali untuk tidur dan pura-pura tidak tahu. Akan tetapi saat aku naik keatas tempat tidurku kemudian memejamkan mataku, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki disertai suara garukkan di tembok. Saat aku membuka mataku, seketika itu juga aku melihat sosok yang mirip Gempa sedang merayap di langit kamar dalam posisi kepala memutar kebelakang dan menatapku dengan pandangan seram sambil tersenyum lebar.
"Hai..!"
Aku yang notabanenya tidak takut pura-pura tidak lihat dan mulai tidur walau sebenarnya aku merasa sosok seram tersebut sepertinya mau main ke kamar mereka.
Akhirnya pada keesokan paginya di meja makan Solar mengatakan kepada kami kalau semalam dia mendengar suara gaduh di lantai bawah serta mendengar suara garukkan di tembok. Aku yang mendengarnya seketika teringat dengan kejadian seram semalam.
Bersambung....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top