Mulai Tertarik
Elang memasuki kamarnya setelah seharian menemani Diandra jalan ke tempat yang diinginkan Dian, dia pun langsung membersihkan dirinya. Beberapa menit kemudian Elang selesai membersihkan dirinya, keluar dari kamar mandi lalu merebahkan dirinya di atas kasur.
Rasa lelah menyelimuti diri Elang. Dia memejamkan matanya. Bayangan Diandra memainkan Piano dengan anggun dan lagu yang dimainkannya berputar-putar di otak Elang.
Dia tanpa sadar menyunggingkan bibirnya. Tersenyum bahagia dan merasakan ketenangan. Kemudian perasaan itu muncul lagi. Sensasi yang tak pernah di rasakannya dan perasaan De Javu. Elang kemudian membuka matanya.
"Perasaan apa ini? Begitu aneh tapi aku menyukainya, membuatku bahagia. Dan perasaan De Javu itu, seolah aku sudah mengenal Diandra." ujar Elang dalam hati.
Elang mengambil ponselnya kemudian mengirimkan sebuah chat Line kepada Diandra.
Elang : Dian, selamat malam ya. Istirahat dan mimpi indah.
Beberapa detik kemudian.
Diandra : Terima kasih Elang sudah mau jalan sama gue seharian ini. lo istirahat juga ya! Good night and have a nice dream 😊
Elang membaca pesan balasan Diandra, dia tersenyum senang. Baru saja Elang hendak menaruh ponselnya di atas meja tiba-tiba ponselnya bergetar. Satu pemberitahuan pesan whatssap dari Sarah Safira.
Elang kemudian bangkit terduduk di atas kasur lalu membaca pesan tersebut.
Sarah : Lang, lo kemana aja seharian? Tadi gue ke rumah lo tapi lo enggak ada.
Elang : Ngapain ke rumah? Bukannya lo ada acara sama Bayu?
Sarah : Bayu tiba-tiba batalin acaranya. Gak jelas alasannya. Gue bete mangkanya gue ke rumah lo. Eh kata nyokap lo, lo pergi sama temen. Siapa sih? Kok gue enggak tau?
Elang baru teringat dia belum menceritakan kepada Sarah tentang Diandra.
Tapi untuk apa dia menceritakan ke Sarah? Toh, Sarah juga pasti tidak peduli.
Elang : Iya, tadi gue pergi sama temen.
Sarah : Siapa sih? Cewek atau cowok?
Elang : Cewek.
Sarah : Oh.
Sarah : Kok gak cerita cerita sih?
Sarah : Anak mana? Satu sekolah dengan kita?
Elang membaca chat Sarah kemudian bingung.
Tumben banget nih cewek penasaran! Biasanya dia gak peduli.
Elang : Lo penasaran? Biasanya lo enggak peduli.
Sarah : Emang enggak boleh ya gue penasaran? Soalnya lo enggak cerita apa-apa.
Elang : Yauda, nanti gue cerita ke lo ya!
Sarah : Oke deh. Eh tapi dia satu sekolahan sama kita?
Elang : Iya.
Sarah : Oh.
Elang membaca pesan terakhir Sarah yang sangat menggantung dan tak membalasnya. Seakan cewek tersebut tidak terima bahwa dirinya pergi dengan seseorang yang tak di ketahui cewek itu.
Elang tak ambil pusing. Justru pikirannya tiba-tiba melayang kepada Diandra. Ada perasaan tak suka harus menceritakan soal Diandra kepada Sarah. Bukan apa-apa, Elang masih menyimpan rasa kepada Sarah tapi juga merasakan sensasi aneh ketika mengingat Diandra.
"Apa gue mulai tertarik sama Dian ya?" batin Elang.
Elang kemudian menaruh ponselnya di atas meja samping tempat tidurnya. Dia beranjak tidur, menenangkan pikirannya yang justru pikirannya kembali terbayang bagaimana Diandra dengan anggunnya memainkan tuts tuts Piano membawakan sebuah lagu yang sangat indah, yang tanpa di sadari Elang lagu tersebut akan menjadi candu baginya.
ⱷⱷⱷⱷⱷ
Hari minggu pagi Dian di ajak kedua sahabatnya ke sebuah Kafe di Jakarta. Maya dan Silmi menjemput Dian ke rumahnya dan meminta izin kepada Ibu Aliya. Syukurlah, Mamanya Dian memberi izin.
Dian, Silmi dan Maya. Mereka pun sampai di sebuah Kafe. Maya memarkirkan mobilnya dan ketiga sahabat tersebut turun dari mobil kemudian memasuki Kafe.
“Terima kasih loh kalian ngajakin gue jalan hari ini.” ujar Dian.
“Kita ngajak lo juga Yan karena ada maunya.” sahut Maya.
“Iya bener Yan, gue penasaran gimana kencan lo sama Elang kemarin?” timpal Silmi.
“Ya ampar ampar pisang! Ternyata kalian penasaran sama kencan gue? Pengen diceritain banget?” Dian mencibir kedua sahabatnya.
“YA IYA LAH!” pekik Maya dan Silmi barengan.
“Kompak ya kalian, yauda iya gue certain.” Dian mulai menceritakan kencannya dengan Elang kemarin. Maya dan Silmi dengan muka serius menyimak cerita Dian.
“Ya ampun Dian! Gue kepengen ngakak sumpah! Si Elang lo ajak naik getek!?” Silmi tertawa terbahak-bahak mengetahui Dian mengajak Elang naik getek.
“Lo mah Yan! Yang romantisan dikit kek! Naik gondola gitu.” Maya juga ikut tertawa.
“Yeee! Gondola mah adanya di Venesia! Lah di Jakarta adanya getek!” ujar Dian kemudian memanyunkan bibirnya. “lagian buat gue romantis kok, biarpun itu getek yang cuma nyeberang kali, kalau sama gebetan rasanya romantis.” lanjutnya menyengir.
“Se-bahagia lo aja deh Yan! Sumpah gue mah ngakak ngebayangin seorang Elang Pratama naik getek.” ujar Silmi yang masih tertawa cekikikan.
Dian kemudian memanyunkan bibirnya lagi mendengar ocehan Silmi.
Apa yang salah sih sama getek? Gak kalah kok sama gondola! Tinggal di percantik dikit geteknya. Yakali!
Lalu tiba-tiba Silmi menghentikan ketawa cekikikannya.
“Eh, eh, eh, liat deh itu bukannya Bayu ya?” Silmi menyenggol lengan Maya dan membuat Maya menengok ke arah yang Silmi tunjukkan. Dian pun ikut menegok ke arah tersebut.
“Apaan sih Sil! Bayu siapa? Bayu Airlangga?” tanya Maya.
“Iya lah! Siapa lagi?”
“Lah terus kenapa emang kalau dia Bayu?”
“Liat dong May! Bayu sama Winona berdua aja, bukan sama Sarah.”
“Yah mungkin Sarah belum datang kali? Winona kan sahabatnya Sarah, jangan mikir yang aneh-aneh lo Sil! Trus bikin gossipan di sekolah!”
“Yey! Gue mah kaga pernah bikin gossipan anjir!”
“Satu sekolah juga tau lu tukang gossip!”
“Lo May, sahabat ter-bangsat emang!”
“Iya gue bangsat sama lo tanda sayang.” Maya menggoda Silmi sambil mencolek pipinya.
“Jangan gila lo May! Gue masih doyan cowok!” Silmi merinding seketika di goda sama Maya.
“Yeeee! Siapa juga yang mau sama lo Sil! Najisun!”
Silmi langsung cemberut mendengar ucapan Maya.
“Jadi gue ini najisun? Oke bye!”
“Cieee yang ngambek.”
“Au amat! Bodo!”
Dian hanya tertawa mendengar perdebatan kedua sahabatnya itu. Sudah kebiasaan mereka saling mengejek satu sama lain. Kemudian Dian fokus melihat Bayu dan Winona yang sedang duduk berdua di pojokkan Kafe. Sebuah pemandangan yang tak dia sangka membuatnya bergumam.
“Aneh…” gumam Dian.
“Eh? Kenapa Yan?” ternyata gumaman Dian terdengar oleh Maya.
Dian kemudian melirik Maya. “Aneh aja, harusnya kan Bayu dan Sarah yang datang duluan bersama? Kan mereka pacaran? Trus tadi gue liat kayaknya Bayu menggenggam tangan Winona, atau mungkin gue salah liat.”
Maya dan Silmi reflek melihat ke arah Bayu dan Winona. Dan ternyata benar, Bayu menggenggam tangan Winona di atas meja.
“Apa perasaan gue aja? Kalau Bayu sama Winona ada hubungan?” tanya Silmi.
“Tiba-tiba gue merasakan hal yang sama Sil.” sahut Maya.
“Apapun itu sebaiknya jangan jadi bahan gossip di sekolah.” ujar Dian.
Maya dan Silmi menatap Dian. Kemudian mereka mengangguk.
ⱷⱷⱷⱷⱷ
Elang duduk di atas kasur sahabatnya, Sarah. Dia mampir ke rumah Sarah setelah cewek itu memintanya datang karena ada yang mau di ceritakan.
“Lo kenapa sih Sar? Lo mau cerita apa?” tanya Elang.
“Bete gue Lang, kemarin Bayu batalin acaranya, trus hari ini dia enggak bisa di ajak jalan, katanya ada urusan! Dan gue enggak tau urusannya apa!” Sarah menceritakan yang mengganggu pikirannya dengan emosi.
“Sabar Sar, mungkin ada urusan mendesak jadi dia enggak sempet cerita.”
“Entah kenapa gue jadi merasa Bayu selingkuh.”
“Huss! Jangan berpikiran negatif gitu! Percaya aja sama Bayu.”
Lagi dan lagi, Elang harus mendengarkan curhatan Sarah yang selalu tentang Bayu. Curhatan Sarah seperti sebuah pisau yang menghujam hatinya. Sarah, sahabatnya dari kecil, juga cinta pertamanya. Kepadanya lah Sarah hanya bisa menceritakan keresahannya.
Di sisi lain, Bayu Airlangga juga sahabatnya dari SMP bersama Angga Pahlevi. Jadi mau tak mau, Elang dalam posisi yang harus menjadi sandaran cinta pertamanya sekaligus memendam perasaan itu untuk menjaga persahabatannya dengan Bayu.
“Lo juga sama aja Lang!” tiba-tiba Sarah menyindir Elang.
“Lah? Gue kenapa?”
“Lo sekarang main belakang, gak mau cerita kalau punya gebetan.”
“Yailah Sar, harus banget apa gue certain?”
“Ya harus dong! Lo anggep gue apa? Hah? Gue kan sahabat lo!”
Gue anggap lo lebih dari sahabat Sar! Lo cinta pertama gue!
“Yauda iya gue certain.” Elang kemudian menghela napasnya. “Gue kemarin jalan sama cewek namanya Diandra Alleira, dia sengkatan sama kita, lo kenal dia?’ lanjut Elang bertanya pada Sarah.
“Diandra Alleira ya? Cewek yang kelas 12 bahasa 1 itu?”
Elang mengangguk. “Dia baru-baru ini nembak gue.”
“Yaelah! Bukannya lo biasa di tembak Lang?"
“Iya, emang gue sudah terbiasa di tembak cewek-cewek di sekolah. Tapi entah kenapa Diandra ini berbeda. Gue kayak merasa De Javu saat bersama dia.”
“Astaga, Elang! Jangan-jangan lo jatuh cinta sama dia?”
Gak mungkin lah Sar! Gue cuma jatuh cinta sama lo!
“Tapi Diandra itu aneh loh.” lanjut Sarah.
Elang tiba-tiba teringat kencan dirinya bersama Dian kemarin, di mana Dian mengajaknya naik getek. "Iya bener, tuh cewek emang aneh." batin Elang kemudian tertawa tipis.
“Lo malah ketawa Lang! gue serius loh, Dian tuh aneh, gimana ya, dia kayak enggak mau berteman sama siapa pun. Teman dekatnya aja cuma dua orang. Katanya, dia tuh kalau istirahat enggak pernah ke kantin, kalau enggak makan bekalnya di kelas, dia menyendiri gitu di perpustakaan, aneh kan? Hati-hati Lang sama dia!” Sarah menjelaskan panjang lebar yang diketahuinya.
Apa yang di ucapkan Sarah memang benar adanya. Dian memang tertutup dengan orang-orang yang tak terlalu di kenalnya. Dulu, Maya dan Silmi mengajaknya berkenalan lebih dulu saat SMP. Kedua orang tersebut menjadikan Dian sahabat mereka. Begitu lah Dian bisa mengenal dan bersahabat dengan Maya dan Silmi.
Dan saat jam istirahat Dian memang tak pernah ke kantin, lantaran Dian tidak boleh memakan sembarangan makanan karena riwayat penyakitnya. Dian membawa bekal sendiri, dan memilih memakannya sendirian di dalam kelas. Kedua sahabatnya cukup paham dan mengerti. Dian juga terkadang ke perpustakaan jika masih ada waktu di sisa jam istirahatnya.
Hal yang di sukai Dian adalah ke perpustakaan dengan membawa buku sketsa nya. Perpustakaan sekolah dengan jendelanya yang menghadap taman belakang sekolah adalah tempat sempurna untuk Dian melakukan kegiatannya, melukis wajah Elang. Karena terkadang Dian melihat Elang ke perpustakaan, juga terkadang Dian melihat Elang di taman belakang sekolahnya.
"Hanya karena enggak mau berteman dengan orang yang tak dikenal, cuma punya teman dekat dua orang, enggak suka ke kantin dan lebih suka menyendiri di perpustakaan. Dianggap aneh? Dian enggak se-aneh itu Sar!" batin Elang.
Entah kenapa Elang seperti tidak terima dengan ucapan sahabatnya, Sarah, yang seakan-akan menyindir seorang Diandra Alleira.
“Lo kenapa diem aja Lang?” tanya Sarah.
“Enggak apa-apa, gue mau balik dulu ya Sar.” jawab Elang yang tiba-tiba moodnya menghilang sejak mendengar ucapan Sarah tentang Dian.
“Yah, Elang, kenapa gak di sini aja sampai makan malam?” rayu Sarah.
“Maaf Sar, gue lelah, pengen cepet-cepet meluk guling.”
“Ih Elang mah gitu, peluk gue aja sih ngapain peluk guling.”
"Lo mau gue berantem sama Bayu ya?"
Sarah cekikikan kemudian membiarkan Elang pulang ke rumahnya.
Elang pun berpamitan pulang. Sejenak di dalam mobilnya dia mengeluarkan ponsel dan mengirimkan chat Line kepada Dian, seharian tak ada kabar Dian, entah kenapa Elang merasa rindu.
Elang : Yan, besok gue jemput berangkat ke sekolah ya?
Diandra : Oke, Lang.
Elang : Yan, hari sabtu jalan sama gue lagi yuk?
Elang menunggu balasan dari Dian. Namun, setelah semenit berlalu tak ada balasan. Elang pun melempar asal ponselnya ke kursi penumpang di sampingnya. Menyalakan mobilnya dan pulang ke rumah.
Begitu sampai di kamar, Elang langsung mengecek Line-nya. Dan ternyata Dian sudah membalas pesan chat Line-nya.
Diandra : Boleh Lang, tapi gue yang nentuin tempatnya ya?
Shit! Permintaan Dian mengingatkannya kembali tentang getek.
Jangan aja lagi yang aneh-aneh.
Elang : Oke. Memang mau ke mana?
Tiga detik kemudian…
Diandra : Taman Mini.
Elang menyengir membaca balasan pesan Dian. Kebanyakan cewek remaja pasti minta di ajak ke tempat hang-out yang gaul. Tapi berbeda dengan Dian. "Aneh dan menggemaskan." batinnya.
ⱷⱷⱷⱷⱷ
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top