Missing
Elang sampai di rumahnya. Dia langsung memasukkan motornya ke dalam garasi. Namun, ketika dia hendak memasuki rumah, di lihatnya sang Ayah sedang terburu-buru keluar sambil mengenakan jas dokternya.
"Assalamu'alaikum, Papa mau ke Rumah Sakit?" tanya Elang sambil memgucapkan salam dan menyalim Ayahnya.
"Wa'alaikumussalam, iya Lang, ada pasien yang kena serangan. Papa harus ke Rumah Sakit."
Elang mengangguk tanda paham. Pasrah. Mau bagaimana lagi? Ayahnya harus menyelamatkan nyawa seseorang.
"Maaf ya Lang, Papa suruh kamu pulang tapi panggilan pekerjaan ini enggak bisa Papa hindari. Nanti kita bicara ya? Kemungkinan Papa akan lembur."
"Enggak apa-apa Pah, Elang mengerti kok." Elang tersenyum kemudian menghela napas. Melihat kepergian sang Ayah ke Rumah Sakit.
Elang memasuki rumahnya dan langsung menuju kamarnya. Tubuhnya terasa lelah, ingin rasanya dia memejamkan matanya namun pikirannya tertuju pada satu nama seseorang, Diandra Alleira.
Elang meraba saku celananya, mengambil ponsel lalu membuka aplikasi chat Line kemudian mengirim chat ke Dian.
Elang : Diandra?
Elang menunggu balasan dari Dian. Namun, hingga beberapa menit kemudian tidak ada balasan. Baru saja Elang hendak beranjak dari kasurnya.
Tinggg!
Satu notifikasi pesan chat dari sahabatnya Angga Pahlevi. Dengan agak malas Elang membuka pesan dari sahabatnya itu.
Angga : Lang kayaknya tadi gue ketemu sama yang namanya Dian.
Angga : Tapi gue gak tahu ini Dian yang di maksud Kakek gue apa bukan.
Elang mengerutkan keningnya. Pertanda sedang berpikir keras.
Elang : Lo ketemu di mana? Rumah Sakit?
Angga : Iya, gue ketemu di Rumah Sakit.
Angga : Tadi gue gak sengaja nabrak dia. Mana temennya galak banget!
Elang : Lo tau dari mana kalau itu Dian?
Angga : Tadi yang namanya Dian kena serangan jantung. Temennya panik gitu sambil bawa Dian ke UGD, dia nyebut nyebut nama temennya itu Dian.
"Jangan jangan pasien yang di maksud Papa itu Dian? Tapi bukan Diandra Alleira kan?" batin Elang.
Elang : Tapi gue yakin itu bukan Diandra Alleira!
Angga : Lah yang bilang Diandra Alleira siapa?
Angga : Mukanya aja gue gak tau!
Angga : Lo emang gak punya fotonya?
Elang : Punya. Di otak gue.
Angga : Kampret! Gak usah ngomong.
Angga : Gue serius.
Elang : Gue juga serius gak punya foto Dian.
Angga : Yauda lah. Coba aja lo yang ketemu dia.
Elang : Dan gue yakin dia bukan Diandra Alleira.
Angga : Gue iya-in aja dah Lang biar cepet.
Elang tak membalas pesan chat terakhir dari Angga. Dia kemudian membuka chat obrolan dengan Dian dan pesan chatnya belum di balas. Elang kemudian mengirim chat Line lagi ke Dian.
Elang : Yan?
Elang : Besok gue jemput ya berangkat ke sekolah?
Elang menunggu balasan dari Dian. Namun, hingga lima menit kemudian tidak ada balasan. Elang menghembuskan napas dengan kasar, dia pun beranjak dari kasur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. "Mungkin Dian sedang sibuk dengan sahabatnya" pikir Elang.
Dian bukannya sedang sibuk dengan sahabatmya. Dia sedang sibuk berjuang untuk hidup. Serangan jantungnya kambuh lagi untuk pertama kali setelah sekian lama. Kini dia harus memperjuangkan hidupnya untuk perasaan cintanya pada Elang. Seandainya saja Elang mengetahui hal itu.
🌷 🌷 🌷
Keesokan paginya, Elang menjemput Dian ke rumahnya. Namun, di lihatnya rumah Dian tampak kosong tidak berpenghuni, pintu gerbangnya di gembok. Elang tampak kebingungan lalu mengintip ke dalam dari celah pintu gerbang. Dia akhirnya mengirimkan pesan ke Dian.
Elang : Yan, gue ada di depan rumah lo.
Elang : Mau jemput berangkat ke sekolah.
Elang menunggu balasan dari Dian seraya menatap pintu gerbang rumah Dian. Tentu saja rumah Dian tak berpenghuni karena semua penghuninya sedang berada di Rumah Sakit.
Lima belas menit kemudian Elang masih menunggu dan dia akan terlambat berangkat ke sekolah jika terus menunggu. Akhirnya Elang memutuskan berangkat ke sekolah tanpa Dian.
Di sekolah, Elang juga tidak menemukan Dian di mana pun. Dia bahkan sempat sengaja melewati kelas 12 Bahasa 1 beberapa kali hanya untuk melihat apa Dian ada di kelas tersebut namun tetap tak melihat Dian. Elang juga mencari di perpustakaan dan taman belakang sekolah. Tetap saja dia tak menemukan keberadaan Dian.
Hingga hampir seminggu keberadaan Dian bagai hilang di telan bumi. Elang tak tahu kabarnya. Pesan chat Linenya tidak di balas. Elang mulai merasa frustasi, di tambah dia tidak tahu yang mana sahabatnya Dian. Ingin rasanya dia menginterogasi satu per satu anak-anak kelas 12 Bahasa 1 namun tentu saja tak dia lakukan.
Rasa frustasi Elang bertambah jadi emosi saat dia melihat pemandangan yang tidak menyenangkan. Tepat beberapa meter di hadapannya, Elang yang sedang duduk di kantin, melihat Sarah sedang bermanja-manja dengan Bayu.
"Harusnya gue yang berada di posisi Bayu!" gerutu Elang dalam hati sambil mengepalkan tangannya.
Elang belum menyadari, perasaannya kepada Sarah sudah menjadi obsesi yang menjemukan. Sedangkan kepada Diandra mulai menjadi sesuatu yang abadi di hatinya.
Hati Elang panas melihat tingkah Sarah. Namun, otaknya menghadirkan sketsa wajah dan senyuman manis Diandra. Perlahan emosi di hatinya menguap hanya dengan gambaran wajah dan senyuman Dian di pikirannya.
Tanpa sadar Elang tersenyum kemudian tiba-tiba menjadi resah mengingat sudah seminggu dia tak tahu kabar dan tak melihat Dian.
"Anjir anjir itu cewek yang gue liat di Rumah Sakit!" Angga menyenggol-nyenggol Elang dan sukses membuat Elang tersentak kemudian melihat ke arah yang di tunjukkan Angga.
"Yang mana sih!?" tanya Elang penasaran.
"Itu itu yang lagi ngantri batagor, jodoh apa gue sama dia? Gak nyangka ternyata satu sekolah"
"Yang mana sih Ga!? Banyak yang ngantri batagor kampret!"
"Yeee lu lagi Lang! Yauda bentar gue samperin tuh cewek!"
Elang hanya mendengus melihat Angga mendekati cewek tersebut. Dia memutuskan kembali ke dalam kelas. Tak mau berlama-lama di kantin dengan pemandangan Sarah yang sedang mojok dengan Bayu. Ditambah pikirannya masih berkecamuk memikirkan Dian.
"Apa Dian marah sama gue ya gara-gara ciuman gak sengaja itu?" kata Elang dalam hati.
Elang kemudian berjalan meninggalkan kantin menuju kelas. Sedangkan Angga kini sudah berada di samping Silmi yang sedang mengantri batagor.
"Cewek..." sapa Angga. "boleh kenalan gak?"
Silmi menoleh dengan tatapan heran. "Lo ngomong sama gue?"
"Ya iya lah. Masa ngomong sama abang-abang batagornya" jawab Angga.
Silmi memasang ekspresi malas kemudian berujar "Bentar ya, gue pesan batagor dulu."
Angga mengangguk dan menunggu Silmi. Selesai memesan batagor, Silmi langsung nyelonong pergi mengacuhkan Angga.
"Eh cewek! Kok nyelonong pergi sih? Gue pengen kenalan woy! Waktu itu kita ketemu di Rumah Sakit kan?"
Silmi menghentikan langkahnya, berbalik dan mengkerutkan keningnya.
"Lo gak inget? Lo bentak bentak gue waktu itu gara-gara gue gak sengaja nabrak temen lo yang kesakitan"
Silmi memutar bola matanya ke atas mencoba mengingat kemudian melirik Angga.
"Tunggu dulu, dengar baik-baik," ujar Silmi tenang sambil mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah Angga sedangkan tangan kirinya memegang piring batagor. "pertama, gue enggak mau kenalan sama lo. Kedua, gue enggak merasa bentak-bentak lo karena lo emang salah. Ketiga, kejadian di Rumah Sakit anggap saja enggak pernah terjadi. Oke!?" lanjutnya lalu meninggalkan Angga yang melongo mendengar kata-kata dari Silmi.
"Lah anjir! Untung cewek! Tapi keren juga! Berkelas!" batin Angga.
"Namanya Silmi, dia anak kelas 12 Bahasa 1" tiba-tiba seorang siswi berbicara membuat Angga tersentak.
"Oh jadi namanya Silmi?"
Siswi itu mengangguk. "Biasanya mereka bertiga sama Maya dan Dian, tapi udah seminggu Dian enggak masuk sekolah."
"Dian? Maksud lo Diandra Alleira?"
"Iya Diandra Alleira. Emang siapa lagi?"
"Enggak. Gue cuma nanya. Yauda makasih ya infonya." Angga sudah mau pergi untuk menemui Elang di kelas namun siswi itu menahannya.
"Info gue enggak gratis. Minta ID Line nya donk." ujar siswi itu tersenyum genit ke arah Angga.
"Sial! Gue lupa kalau gue ganteng! Dasar cabe bisa banget modusnya!" rutuk Angga dalam hati.
"Yauda ID Line lo apa? Biar gue add!"
"Gak mau ah ntar enggak di add"
"Lah serius ini gue udah buka Line!" Angga menyodorkan hapenya ke siswi tersebut. Lalu siswi itu pun mencantumkan ID Linenya annisaaa23. "Udah gue add ya, sekarang gue pergi." lanjut Angga. Siswi itu yang bernama Annisa Putri Ramadhani mengangguk senang.
Angga langsung menuju kelasnya dan Elang sedang duduk di bangkunya memainkan hapenya yang dia lihat sedari tadi hanyalah obrolan chatnya ke Dian yang tidak di balas-balas.
"Lang! Gue tau nama tuh cewek!" Angga tiba-tiba menepuk bahu Elang.
"Anjing! Lo ngagetin!"
"Lagian lo ngelamun mandangin hape. Lo jatuh cinta sama hape?"
"Kampret! Tadi lo ngomong apa?"
"Hahaha! Gue tau nama tuh cewek! Namanya Silmi dan dia sahabatnya Diandra Alleira!"
Elang terdiam untuk beberapa saat.
"Lo serius?"
Angga mengangguk. "Jutarius! Feeling gue kayaknya yang kemaren gue tabrak itu Diandra Alleira dan Dian yang di maksud Kakek gue itu juga orang yang sama!"
Elang hanya bisa tertegun. "Benarkah itu lo Yan? Diandra Alleira yang gue kenal? Tunggu dulu, kalau memang itu Dian....." Elang terkesiap! Mengingat kata-kata Kakek Albar beberapa waktu lalu dan lagi lagi Elang meyakinkan dirinya "Pasti bukan lo Yan! Bukan Diandra Alleira!" batin Elang yang entah kenapa dia tidak mau menerima sedikit pun fakta bahwa Diandra Alleira menderita penyakit jantung dan hidupnya tidak akan lama lagi.
Elang langsung beranjak dari tempat duduknya, keluar kelas dan menuju kelas 12 Bahasa 1 tidak menggubris panggilan sahabatnya, Angga.
Elang yang sudah berada di depan kelas 12 Bahasa 1 menjulurkan kepalanya dari balik pintu, mengintip. Dia ingin mencari Silmi, tentu saja ingin menanyakan tentang Diandra.
"Eh itu bukannya Elang Pratama?"
"Elang ngapain anjir ke kelas kita!"
"Lah buset anak IPA nyasar ke kelas BAHASA!"
Dan beragam celoteh lainnya dari para cewek kelas 12 Bahasa 1.
Elang berdehem. "Gue nyari Silmi. Orangnya ada?"
Silmi yang sedang mengobrol dengan Maya merasa terpanggil kemudian menoleh ke arah Elang.
"Gue Silmi. Loh, Elang? Ada perlu apa ya?"
"Gue mau nanya sesuatu"
Silmi mengkerutkan keningnya. "Oh iya! Pasti soal Dian!
Silmi kemudian menarik Elang keluar menghilang di balik pintu.
"Lo mau nanya soal Dian ya?" tanya Silmi.
Elang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tersenyum dan menggangguk.
"Udah seminggu gue enggak denger kabar Dian, dia juga enggak masuk sekolah, Dian enggak apa-apa kan? Dia enggak sakit atau apa?" tanya Elang penasaran.
"Ah enggak kok. Dian sehat-sehat aja. Dian izin gak masuk sekolah harus ikut nyokapnya ke luar kota. Gue juga enggak ada kabar dari Dian, katanya sinyalnya enggak mendukung di sana" Silmi memberikan alasan yang lumayan masuk akal karena enggak mungkin dia bilang kalau Dian sedang di rawat di Rumah Sakit. Elang gak boleh tau hal itu!
"Tapi aneh, kita kan udah kelas 12 tahun akhir SMA, Dian kok bisa izin lama gitu?"
Silmi hanya mengendikkan bahunya. Ya jelas bisa lah izin lama! Kan Dian sakit!
"Oya kata temen gue, Angga, dia ketemu lo sama Dian di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita?"
"Angga kampret! Bangsat! Udah gue suruh lupain aja kejadian di Rumah Sakit!" umpat Silmi dalam hati.
"Enggak Lang, temen lo ngigo kali! Dian tuh lagi pergi sama nyokapnya keluar kota! Yakali ke Rumah Sakit" elak Silmi.
Elang melirik Silmi dengan lirikan penuh kecurigaan. Silmi mencoba mengacuhkan tatapan Elang.
"Anjir! Semoga aja Elang gak curiga!" batin Silmi.
Kringgg! Bel tanda masuk berbunyi.
"Udah bel masuk, gue balik kelas dulu" ujar Elang permisi.
"Fyuuuh! Untung ya untung" Silmi bergumam sambil mengeluskan dada.
Elang kembali ke kelasnya. Dia lihat Angga duduk di kursinya, menatapnya penuh pertanyaan dan meminta penjelasan.
"Lo dari mana Lang?"
"Dari kelas 12 Bahasa 1 nemuin orang yang kata lo namanya Silmi itu."
"Trus gimana? Bener kan itu dia dan Dian yang ada di Rumah Sakit waktu itu?"
"Lo ngaco Ga! Katanya Dian lagi keluar kota sama nyokapnya"
"Lah? Keluar kota lama banget ampe seminggu? Ada urusan, apa liburan? Enak banget!"
"Gue juga gak paham pihak sekolah bisa izinin lama begitu, yang pasti bukan Diandra Alleira yang lo temuin di Rumah Sakit, Ga!"
"Tapi gue yakin Lang, kalau si Silmi itu yang bentak-bentak gue di Rumah Sakit!"
"Ya terserah lo deh Ga! Gue tetep yakin bukan Diandra Alleira!"
"Yauda gue iya-in aja lah biar lo seneng"
Elang hanya mendengus tak mau memperpanjang perdebatan. Walau hatinya resah dengan kemungkinan bahwa orang yang dimaksud Angga adalah Diandra Alleira. Tapi sekali lagi, dia menepis pikiran tersebut.
"Baru kali ini segitu gak percayanya lo sama gue Lang. Gue bakal cari tau soal ini. Kayaknya ada yang disembunyiin sama Dian." kata Angga dalam hati sambil melirik Elang yang duduk di sampingnya.
🌷 🌷 🌷
Sepulang sekolah Maya dan Silmi menjenguk Dian yang kini sudah tidak berada di Ruang Perawatan Intensif. Dian kini berada di Ruang Perawatan Biasa dan kedua sahabatnya itu akhirnya bisa menjenguknya. Maya dan Silmi begitu senang melihat Dian sehat lagi dan baik-baik saja.
"Diaaan, ih gue kangen sama lo" Silmi langsung memeluk Dian di ikuti oleh Maya.
"Gimana keadaan lo Yan? Beneran udah sehat?" tanya Maya.
Dian mengangguk "Iya May, tapi Dokter Akbar nyuruh gue di opname beberapa hari lagi, ya gue cuma bisa pasrah, padahal gue kangen sekolah, juga kangen Elang"
"Lah lo gak kangen kita kita nih?" tanya Maya cemberut yang di ikuti anggukan dari Silmi.
"Yaaa gue juga kangen sama kaliaaaan sini peluuuk" Dian merentangkan tangannya, Maya dan Silmi kemudian memeluknya berbarengan.
"Yan, lo tau gak Elang nanyain lo hari ini."
Dian membesarkan matanya "Serius? Nanya apaan?"
"Lo sih enggak ngabarin dia seminggu, Elang kayak orang bego tau dateng ke kelas kita, nyariin gue cuma nanyain lo doang"
"Tapi, lo enggak bilang kan kalau gue di Rawat di Rumah Sakit?"
"Ya enggak lah! Gue kasih alesan aja lo lagi keluar kota sama nyokap"
"Bagus, bagus, pinter juga lo Sil!"
"Lah selama ini emang gue bego ya?"
"Enggak bego, tapi lemot" cibir Maya.
"Diem lo May!" Silmi cemberut "tapi temennya Elang, si Angga, orang yang gue bentak-bentak waktu itu pas di UGD gara-gara nabrak lo, cerita ke Elang kalau dia ketemu kita Yan di Rumah Sakit! Kampret emang padahal gue udah suruh lupain aja kejadian di Rumah Sakit!" lanjutnya kesal.
"Lah trus gimana? Elang curiga dong?" tanya Dian khawatir.
"Angga biar gue yang urus Yan, lo mending kabarin Elang deh biar dia gak curiga. Tapi tadi gue bilang sih sinyal lo di luar kota enggak mendukung"
"Trus gimana? Gue tetep kabarin Elang gak nih?"
"Lo kabarin aja si Elang, agak kasian gue liat dia galau seminggu ini enggak ngeliat lo di sekolah" ujar Maya.
"May? Lo tau dari mana Elang galau?" tanya Silmi
"Lo sih gak peka jadi orang Sil! Udah seminggu ini loh Elang mondar mandir depan kelas kita! Ngapain coba anak IPA nyasar ke kelas BAHASA?"
"Anjir seriusan May?"
"Iya serius" Maya mengangguk.
Dian hanya terdiam mendengar penjelasan Maya.
"Ah gak mungkin Elang galau karena gue." batin Dian.
"Yan, kayaknya kita enggak bisa lama-lama deh," ujar Silmi yang di ikuti anggukan oleh maya. "Enggak apa-apa kan Yan?" lanjutnya bertanya.
"Iya enggak apa-apa, kalian udah jenguk gue, juga gue seneng banget! Apalagi kalian bawa kabar tentang Elang" jawab Dian tersenyum sumringah.
"Ceileee yang seneng banget, jangan lupa kabarin Elang Yan." goda Maya mencolek dagu Dian.
"Iya, iya, berisik deh kalian. Udah sana pergi!"
"Lah Dian ngusir kita May"
"Yauda cuss kita pergi Sil"
"Heh kalian permisi dulu sama gue, sini peluk!"
Maya dan Silmi berbalik memeluk Dian kemudian permisi pulang.
Setelah kepergian kedua sahabatnya, Dian mengambil ponselnya di atas nakas. Memang seminggu ini dia tak mengabari Elang bahkan tak mengabari kedua sahabatnya. Bisa di katakan dia tak memegang ponsel selama berada di Ruang Perawatan Intensif.
Dian membuka aplikasi chat linenya. Matanya terbelalak ketika dia melihat hampir seratusan chat lebih dari Elang untuknya. Isinya hanya menyebut namanya, Diandra.
Dian kemudian mengirim pesan chat ke Elang.
Diandra : Elang? Apa kabar?
Enggak membutuhkan waktu lama, Elang membalas pesan chatnya.
Elang : Dian? Akhirnya lo ngabarin 😊
Diandra : Maaf ya Lang, gue enggak ngabarin seminggu ini.
Elang : Enggak apa-apa Yan.
Elang : Gue juga mau minta maaf.
Diandra : Buat apa?
Elang : Gue udah kangen sama lo tanpa izin.
Deggg!
"Elang beneran kangen sama gue?" gumam Dian seakan tak percaya.
Elang : Yan?
Diandra : Iya Lang? Kenapa?
Elang : Enggak apa-apa. Kirain ngilang lagi.
Diandra : Enggak kok.
Diandra : Gue juga mau minta maaf Lang.
Elang : Minta maaf lagi? Buat apa?
Diandra : Karena gue juga udah kangen sama lo tanpa izin.
Baik Elang maupun Dian, keduanya tersenyum membaca chat obrolan mereka di Line. Ada rasa lega di hati Elang mengetahui kabar Dian dan mengakui bahwa dirinya merindukan gadis itu. Dan ada rasa yang begitu bahagia di hati Dian mengetahui bahwa Elang merindukannya dan tanpa menepis perasaannya , Dian pun mengakui juga merindukan laki-laki tersebut.
🌷 🌷 🌷
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top