Menyapa Elang
Diandra akhirnya menemukan sosok yang dicari-carinya selama jam istirahat sekolah. Sosok itu adalah Elang. Setelah tidak di temukan di kantin dan perpustakaan, ternyata Elang berada di taman belakang sekolah.
Dian menghampiri Elang yang sedang tiduran di atas bangku taman. Dipandangnya lekat wajah Elang. Dia tampan sekali. Sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Elang. Tangan Dian entah bagaimana tanpa di sadari menyentuh pipi Elang.
Refleks Elang terbangun dari tidurnya saat dia merasa ada yang menyentuh pipinya kemudian terduduk di atas bangku lalu melihat Dian dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Ma-maaf," ucap Dian.
Elang masih terdiam dan menatap Dian dengan wajah yang bingung.
"I-ini, gue cuma mau kasih lo ini." Dian menyodorkan minuman kaleng Pocari Sweat. Dia tahu betul kalau Elang menyukai minuman tersebut.
"Terima kasih ya." Elang mengambil minuman itu sambil tersenyum ke Dian.
Baik Dian maupun Elang, keduanya seperti merasakan De Javu. Karena pertemuan di masa kecil mereka yang tak di sadari Elang. Namun, tidak bagi Dian.
Hening untuk beberapa saat. Dian yang masih bingung dan hendak pergi kemudian bersuara.
"Elang," ucap Dian.
"Iya?" jawab Elang sambil membuka kaleng minuman Pocari Sweat pemberian Dian.
"Gue... jatuh cinta sama Elang Pratama!" ucap Dian dengan suara yang agak meninggi dan dengan segenap kekuatan yang sudah dia kumpulkan selama ini.
Dian bersemu merah, tak berani menatap Elang yang sebenarnya juga sedang menatapnya keheranan dengan senyum tipis di sudut bibirnya.
Lucu banget nih cewek! Kok jadi gemes ya?
Suasana pun menjadi canggung di antara mereka.
"Yauda deh Lang, gue permisi dulu." Dian hendak kabur. Namun, dengan cepat tangannya ditahan oleh Elang.
"Tunggu dulu!" cegat Elang. Dian pun berbalik menghadapnya. "Terima kasih ya sudah jatuh cinta sama gue, nama lo siapa?" lanjutnya bertanya dan tersenyum manis ke Dian.
Ya ampun, Elang! Jangan senyum ke gue, please!
"Kok diem sih? Nama lo siapa?" tanya Elang lagi.
Dian yang sedari tadi terdiam karena terpesona dengan senyuman Elang akhirnya menjawab. "Nama gue... Dian! Diandra Alleira."
"Diandra Alleira? Nama yang indah," ujar Elang.
Dian hanya tersenyum tipis. Sudah banyak yang bilang seperti itu. Nama yang indah. Namun, tak seindah orang yang punya nama.
"Oke Dian, lo kelas berapa? Boleh minta ID Line?"
"Gue kelas 12 Bahasa 1, eh minta ID Line buat apa?"
"Buat mengenal lo lebih jauh, Boleh?"
Dian tersipu dengan ucapan Elang. Dia mengangguk kemudian memberikan Elang ID Line nya.
"Terima kasih ya, Elang."
"Eh? Terima kasih buat apa?"
"Terima kasih sudah mau mengenal gue."
Elang tersenyum. Ada-ada aja nih cewek!
Ada rasa yang akan menjadi ikatan di antara mereka. Dian sudah merasakan itu, sedangkan Elang? Baru saja mengenai percikannya.
Bel tanda masuk berbunyi. Dian dan Elang bersama-sama kembali ke kelas.
Tak terbayangkan betapa senangnya perasaan Dian yang sapaan pertamanya disambut oleh Elang. Namun, berbeda dengan Elang yang bingung dan heran dengan tingkah Dian yang langsung menyatakan cinta padanya kemudian merasakan De Javu. Membuatnya ingin mengenal Dian lebih jauh.
Elang tidak sadar, bahwa dulu dia yang pertama kali menyapa Dian dan dia sudah pernah ingin mengenal Dian walau akhirnya tak sempat bahkan sekedar mengetahui nama Dian.
♤♤♤♤♤
"Woyy!!! Melamun aja!" teriak Angga, sahabat Elang, mengagetkan Elang yang sedang berkutat dengan ponselnya.
"Anjing! Kaget bangsat!" umpat Elang.
"Lagian ngelamun aja lo! Mikirin siapa sih? Sarah lagi?" tanya Angga cekikikan.
"Siapa yang ngelamun kampret! Gue lagi main hape nih!" Elang mengelak sambil menyodorkan ponselnya ke muka Angga.
"Kirain mikirin Sarah! Udah move on Bro?"
Elang hanya terdiam memdengar perkataan Angga. Move on? Rasanya Elang belum bisa move on dari Sarah. Sahabat sekaligus cinta pertamanya yang mungkin tidak akan pernah tersambut.
Sarah Safira, cewek tercantik di sekolah, Kapten Cheerleader, kaum adam banyak yang mengantri dirinya tapi semua tahu Sarah adalah pacarnya Bayu Airlangga, si Kapten tim Basket. Mereka cocok bukan? Kapten Cheerleaders dan Kapten Basket! Pasangan yang sempurna!
"Heh! Lo ngelamun lagi! Kenapa sih?" tanya Angga.
"Ga, lo kenal gak sama Diandra Alleira?" Elang balik bertanya.
"Diandra Alleira? Namanya bagus banget."
"Gue nanya lo kampret! Kenal gak?"
"Santai aja kenapa Mas! Gak usah marah-marah! Kaga kenal gue! Emang dia kelas berapa?"
"Kelas 12 Bahasa 1."
"Lah pantes aja gue gak kenal, kan gue anak ipa sekelas sama lo! Kalau mau lo nanya sama anak bahasa!"
"Lah iya bener juga."
"Kok lo jadi bego gini sih?"
"Kurang ajar!"
"Hahaha! Lagian kenapa sama tuh cewek?"
"Dia baru nembak gue!"
"SERIUS!? Eh tapi bukannya lo udah biasa ditembak ya? Lo kan termasuk The Most Wanted juga di sekolah."
"Tapi yang ini beda, Ga! Entah kenapa gue merasa De Javu dan gue pengen kenal dia lebih jauh."
"Cieee Elang Pratama kena panah asmara cieee."
"DIEM LO BANGSAT!"
"Oke gue diem!" kata Angga kemudian tertawa lagi terbahak-bahak.
Elang hanya mendengus, ingin rasanya dia berkata kasar tapi diurungkan niatnya. Elang memainkan ponselnya, membuka aplikasi Line memasukkan ID Line Diandra kemudian meng-add kontak Line Dian lalu mengirimkan chat kepada Dian.
♤♤♤♤♤
Dian kembali ke kelas sambil tersenyum-senyum membuat kedua sahabatnya, Silmi dan Maya terheran-heran.
"Lo kenapa Yan? Senyum-senyum sendiri, bikin merinding ih!" tanya Silmi.
"Yaelah Sil! Orang mah merinding ngeliat setan! Lah elo merinding liat sahabat lo sendiri!" cibir Maya.
"Kalian tahu gak sih, Gue abis ngobrol sama Elang," ucap Dian berbisik.
"Woah! Akhirnya Dian! Trus trus gimana?" tanya Silmi penasaran.
"Yah gitu, gue nembak dia," bisik Dian lagi.
"Lo serius yan? Trus Elang jawab apa?" tanya Maya ikutan berbisik.
"Dia gak jawab apa-apa sih, tapi dia minta ID Line gue, katanya mau mengenal gue lebih jauh."
Tinggg!
Baru saja Dian membicarakan hal tersebut, tiba-tiba ada sebuah notif dari aplikasi Line-nya.
Elang Pratama added you as a friend.
Dian membulatkan matanya lalu tersenyum girang.
Elang : Dian?
Diandra : Iya Lang? Kenapa?
Elang : Gpp. Hehe. Cuma mau mastiin aja.
Diandra : Oh kirain kenapa.
Elang : Dian?
Diandra : Iya?
Elang : Pulang sekolah boleh gue anter gak? Pulang bareng sama gue?
Deg!
Elang ngajak pulang sekolah bareng!
Iya-in apa enggak ya? Duh! Iya-in aja deh! Kesempatan Yan! Kesempatan!
Diandra : Boleh kok kalau enggak ngerepotin.
Elang : Enggak kok enggak ngerepotin. Yauda nanti gue tunggu di parkiran ya?
Diandra : Oke :)
"Lo chat sama siapa Yan?" tanya Maya.
"Sama Elang. Dia baru nge-add Line gue," jawab Dian sambil senyum-senyum sendiri.
"Cieee yang lagi jatuh cinta cieee," ledek Silmi.
"Tau gak sih? Elang ngajakin pulang bareng nanti," ujar Dian
"Serius Yan? Anjirrr cepet ya si Elang!" sahut Maya.
"Lo mau pulang bareng Elang, Yan? Trus Nyokap lo gimana? Bukannya lo dijemput sama Nyokap?" tanya Silmi.
"Astaghfirullah! Gue lupa!" pekik Dian sambil menepuk jidatnya. "Yauda gue telepon Nyokap gue dulu," lanjutnya.
Namun, belum sempat Dian menelpon Mamanya, Bu Anna, guru Bahasa Inggris sudah terlanjur masuk ke kelas.
Sial! Bu Anna keburu masuk! Yauda gue kirim pesan aja deh.
To : Mama tersayang
Mah, Dian pulang bareng temen Dian. Mama gak usah jemput ya hari ini.
Sent!
♤♤♤♤♤
Bel sekolah berbunyi tiga kali menandakan selesai sudah kegiatan mengajar hari itu.
Akhirnya pulang juga! Aku dengan terburu-buru membereskan peralatan sekolahku dan memasukkan ke dalam tas.
"Guys! Gue duluan ya! Takut Elang udah nungguin," kataku kepada kedua sahabatku. Maya dan Silmi.
"Iya Yan! Iya, tau deh yang lagi senang," sahut Maya.
"Ntar cerita cerita loh Yan! Harus!" timpal Silmi.
"Iya, iya! Kalian tenang aja pasti nanti gue cerita ke kalian. Yauda gue duluan ya? Bye!" Aku langsung bergegas ke parkiran. Meninggalkan kedua sahabatku itu.
Sesampai di parkiran, benar saja! Elang sudah menungguku dengan motornya.
"Lang! Maaf ya? Udah nunggu lama?" tanyaku tak enak hati.
"Enggak kok, baru juga nyampe parkiran," kata Elang dan lagi lagi dia tersenyum padaku. "Yuk! Naik ke motor gue!" ajaknya.
Aku dengan hati-hati naik ke motor Elang kemudian memegang pundaknya, tapi Elang diam saja tidak menjalankan motornya padahal dia sudah men-starternya.
"Kok enggak jalan Lang?" tanyaku.
"Gimana mau jalan? Lo pegangan aja belum."
"Ini gue udah pegangan kok."
"Kalau lo pegangannya pundak gue yang ada lo kejengkang ke belakang."
Aku diem aja. Mau pegangan di mana lagi? Masa iya meluk pinggang Elang?
"Pegangannya tuh di sini." Elang kemudian meraih kedua tanganku yang ada di pundaknya lalu mengapitnya di pinggangnya membuatku terpaksa memeluknya dari belakang.
Aku lumayan kaget dengan perlakuan Elang, tapi jujur saja aku tak mau menolaknya.
"Nah, gini baru bener! Sekarang kita jalan, Oke?" ujar Elang. Aku pun mengangguk tersipu.
Sepanjang perjalanan kami berdua hanya terdiam. Sesekali aku memberitahu Elang jalan menuju rumahku. Dan akhirnya kami pun sampai di depan rumahku.
"Lang, makasih ya udah mau nganterin gue pulang."
"Enggak masalah. Besok mau berangkat sekolah bareng? Biar gue jemput?"
Deg! Ada apa ini! Sekarang Elang ngajakin berangkat sekolah bareng.
"Gak usah Lang! Gue takut ngerepotin."
"Tenang aja Yan, gak ngerepotin kok! Rumah lo sejalan ke arah rumah gue, biar sekalian."
"Yauda deh kalau lo maksa."
"Iya gue maksa."
Kami saling tertawa bersama, kemudian suasana menjadi sedikit canggung dan hening untuk beberapa saat.
"Yauda Yan, gue balik dulu ya?" ucap Elang permisi pulang.
"Lang," kataku menahannya sebentar.
"Kenapa Yan?"
"Emm... Hari Sabtu nanti ada acara gak?"
"Enggak ada deh kayaknya. Emang kenapa?"
"Lo mau gak jalan sama gue hari Sabtu nanti?"
Entah apa yang ada di pikiranku, menanyakan hal itu kepada Elang dan mengajaknya jalan.
"Jalan? Semacam kencan?" tanya Elang.
"Ya gitu deh, tapi sebagai teman aja kok," jawabku malu. Sepertinya mukaku sekarang sudah seperti tomat saking malunya.
Duh! Ini cewek kenapa menggemaskan banget ya?
"Oke, hari sabtu gue mau kok jalan sama lo. Tapi lo yang traktir kan?" tanya Elang bermaksud menggoda Dian.
"I-iya nanti gue yang traktir," kataku. Gak apa-apa lah traktir gebetan ini!
Elang hanya tertawa. Ya kali gue di traktir cewek! Mau di kemanain harga diri gue sebagai cowok? Duh! Lucu banget sih lo Dian!
"Yauda gue balik dulu ya? Nanti kabarin aja. Jangan lupa besok gue jemput berangkat ke sekolah, oke?" ujar Elang sambil mengacak rambutku lembut.
Seketika aku mematung karena perlakuan Elang itu. Dan beberapa detik kemudian aku mengangguk lalu tersenyum begitu senangnya kepada Elang.
♤♤♤♤♤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top