Ciuman Terakhir

Pagi-pagi sekali Elang sudah berada di rumah Dian. Dia berniat menjenguk Dian terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. Semenjak Dian pulang dari Rumah Sakit dan menjalani perawatan di rumah, Elang mulai rutin menjenguk Dian sebelum berangkat sekolah. Terlebih lagi Dian sudah tidak melanjutkan sekolah mengingat kondisinya.

“Assalamu’alaikum Tante, Elang mau melihat Dian.” ucap Elang sopan ketika Aulia, Ibunya Diandra membukakan pintu untuknya.

“Nak Elang, ayo masuk! Dian ada di kamar, sepertinya masih tidur. Kamu langsung saja ke kamarnya ya.”

“Iya Tante.”

Elang kemudian langsung menuju kamar Dian. Dilihatnya gadis itu masih tertidur karena Elang datang memang terlalu pagi. Elang tak bisa ambil resiko terlambat ke sekolah tapi dia juga tidak bisa untuk tidak melihat Dian terlebih dahulu.

Bagi Elang, melihat Dian dan mengetahui gadis itu baik-baik saja sebelum memulai aktivitasnya adalah hal yang wajib dia lakukan kini. Setidaknya ada perasaan lega dihatinya mengetahui Dian masih bernapas.

Dibelai lembut rambut Dian, ditatapnya wajah Dian lekat yang terlihat sedikit cekungan di tulang pipinya dan agak pucat. Elang mengusap lembut pipi Dian. Sangat lembut karena takut membuat Dian terbangun.

"Kamu terlihat semakin kurus tiap harinya Dian tapi aku tetap mencintai kamu." ucap Elang dalam hati.

Elang meraih tangan Dian dan meraba nadinya sambil memperhatikan jam tangannya mengecek apakah denyutnya normal. Elang cukup paham melakukan hal ini karena dia sudah mempelajari beberapa Ilmu Kedokteran dari Ayahnya sejak kecil.

Elang tersenyum dan meletakkan kembali tangan Dian lalu dia mengecup dahi Dian.

“Aku berangkat sekolah dulu ya, nanti pulang sekolah aku ke sini lagi.” bisiknya lembut.

Elang kemudian beranjak keluar dari kamar Dian yang di sambut Aulia di meja makan.

“Elang, kamu gak sarapan dulu? Biar Tante siapkan?”

“Gak usah Tante, biar Elang sarapan di sekolah aja.”

“Yaudah kalau gitu. Oh iya, Dian masih tidur?”

“Iya Tante, Dian masih tidur. Kalau gitu Elang permisi dulu,” Elang menyalim Aulia. “Assalamu’alaikum.” lanjutnya pamit.

“Wa’alaikumussalam. Hati-hati ya Elang, nanti sore ke sini lagi?”

“Iya Tante, pulang sekolah Elang ke sini lagi. Elang berangkat sekolah dulu, permisi.”

Aulia tersenyum dan mengangguk.

Begitu sampai di sekolah, Elang langsung menuju kantin dimana sudah ada Angga di sana.

“Hei Bro, apa kabar?” sapa Angga sambil terkekeh.

“Biasa aja kali, tumben lo udah di sekolah pagi-pagi?” tanya Elang.

“Elah biasanya gue juga udah disini pagi-pagi, gue kan anak teladan.” jawab Angga berlagak cool.

“Cih! Iya teladan telatnya.” cibir Elang.

“Gak usah nyindir,” Angga mendengus. “Oh iya Lang, gimana kabar Dian?”

“Dian baik-baik aja, kenapa nanya? Kangen?”

“Iya, gue kangen sama cewek lo.”

“Hebat lo ya, udah punya cewek masih aja kangen cewek orang.”

Angga tertawa. “Gue kan tiap hari ketemu Silmi, lagipula dia belum jadi cewek gue.”

Elang mengkerutkan keningnya. “Jadi selama ini lo belum pacaran sama dia?”

Angga menggeleng kemudian menghembuskan napas. Tidak menjawab pertanyaan Elang.

Tiba-tiba ponsel Elang bergetar. Satu notifikasi Line dari Dian.

Diandra : Sayang, nanti pulang sekolah ke rumah kan?

Elang tersenyum membaca chat dari Dian. Semenjak mereka berpacaran Dian mulai memanggilnya ‘sayang’ dan entah kenapa Elang senang sekali dengan panggilan tersebut.

Elang : Iya sayang, aku nanti ke rumah seperti biasa.

Diandra : Nanti temani aku ke rumah Silmi ya? Mau kasih kejutan ulang tahun buat dia.

Dahi Elang berkerut kemudian menoleh ke sahabatnya, Angga.

“Ga, hari ini Silmi ulang tahun?” tanya Elang.

“Iya, pulang sekolah nanti gue mau kasih kejutan buat dia.” jawab Angga sambil senyum-senyum sendiri.

Elang manggut-manggut melihat sahabatnya kemudian kembali ke ponselnya.

Elang : Oke sayang, nanti aku temani. Kamu istirahat ya. Jangan lupa makan dan makan obatnya.

Diandra : Iya. Iya. Jangan bawel deh! Cukup Mama aja yang bawel 😑

Elang : Aku bawel karena sayang sama kamu 😘

Diandra : Aku juga sayang sama kamu 😘 jangan ganjen ya di sekolah!

Elang : Kamu juga jangan mikirin orang lain ya selain aku!

Diandra : Aku tadi kepikiran Angga. Tiba-tiba kangen sama dia.

Elang : Gak kangen sama aku? 😒

Diandra : Hehe. Titip salam ya buat Angga 😁

Elang : Iya 😑

Diandra : Love you ♥

Elang : Love you too ♥

Elang menutup percakapan Linenya dengan Dian. dimasukkan kembali ponselnya ke kantong celana lalu dia beranjak dari kantin menuju kelas bersama Angga karena bel tanda masuk sudah berbunyi.

ⱷⱷⱷⱷⱷ

Sepulang sekolah Angga langsung menuju kelas 12 Bahasa 1 lalu menyeret Silmi ke lapangan parkir kemudian memaksa Silmi masuk ke mobilnya.

“Ga! Lo apa-apaan sih! Ini namanya penculikan!” teriak Silmi kesal.

“Anggap aja penculikan. Lo korbannya, gue penculiknya.” Angga memicingkan mata ke Silmi dan tersenyum iblis.

“Jangan pikir gue takut sama lo ya!”

“Lo harusnya takut karena hari ini lo bakal jadi korban penculikan.”

“Angga! Jangan macam-macam sama gue ya!”

Angga hanya menghendikkan bahu kemudian menjalankan mobilnya keluar dari area sekolah. Dia membawa Silmi ke sebuah apartamen miliknya.

“Ga, ngapain sih ke sini?”

“Masuk aja Sil, ini apartemen punya gue.”

“Gue gak nanya ini punya siapa, yang gue tanya ngapain kita ke sini?”

“Udah masuk aja ntar juga lo tahu.”

Silmi akhirnya menuruti Angga masuk ke dalam apartemen itu yang cukup luas. Silmi duduk di meja makan yang menghadap ke dapur.

“Bentar ya.” Angga mengambil celemek lalu mulai sibuk di dapur, dia terlihat sedang memasak sesuatu.

Silmi hanya memperhatikan Angga sambil melihat-lihat ke seluruh ruangan.

“Lo tinggal di sini Ga?”

“Enggak Sil, tapi kalau lagi suntuk kadang gue tidur di sini.”

Silmi manggut-manggut. Beberapa lama kemudian.

“Ta-da!” Angga menaruh sepiring nasi goreng yang baru saja dibuatnya ke hadapan Silmi.

“Apaan nih?” Silmi menaikkan sebelah alisnya.

“Selamat ulang tahun ya cewek paling jutek sedunia! Ini kue ulang tahun dari gue.” Angga tersenyum genit sambil menaik-turunkan alisnya dan berkacak pinggang.

“Ini lo bilang kue ulang tahun?”

Angga mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat sambil menyengir menampakkan gigi-giginya.

“Ini mah nasi goreng! Bukan kue!”

“Bagi gue ini kue ulang tahun buat lo Sil.”

Silmi memutar bola matanya malas. “Untung gue laper, jadi gue makan nih nasi goreng.”

Angga tersenyum. Ditatapnya lekat wajah Silmi yang sedang memakan nasi goreng buatannya. Baginya, pemandangan yang dilihatnya kini sangatlah indah.

“Sil, lo mau gak jadi pacar gue?” Angga tiba-tiba bertanya.

Uhukk. Uhukk. Silmi tersedak.

Buru-buru Angga memberikan air minum kepada Silmi yang masih terbatuk-batuk.

Silmi menatap Angga dengan keheranan. “Jadi selama ini lo gak pernah anggap gue sebagai pacar?”

Angga melongo dengan ekspresi terkejut. “Maksud lo….”

“Yaudah, mulai hari ini kita pacaran.” kata Silmi ketus kemudian melanjutkan makannya.

Angga kembali tersenyum genit dan memicingkan matanya ke Silmi.

“Lucu banget lo Sil.” Angga menoel dagu Silmi.

“Apaan sih Ga! Jangan ganjen deh!”

“Kalau ganjen sama pacar mah gak apa-apa.”

Silmi hanya mendengus dan tetap melanjutkan makannya.

Angga terkekeh melihat tingkah Silmi yang tetap saja cuek digoda olehnya.

"Ternyata lo bisa menggemaskan juga sil!" batin Angga.

Selepas maghrib Angga mengantarkan Silmi pulang. Namun, Silmi kaget ketika memasuki halaman rumahnya terlihat tidak ada tanda-tanda kehidupan. Lampu rumahnya padam semua, bahkan lampu teras depan tidak menyala.

Silmi menjadi ketakutan tapi Angga sudah terlanjur pergi. Dengan keberanian yang sedikit Silmi mencoba membuka pintu depan rumahnya yang ternyata tidak dikunci.

"Apa rumah gue dirampok?" batin Silmi was-was.

Silmi mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah. Dia tidak bisa melihat apapun karena gelap gulita. Dengan susah payah dia mencoba meraih saklar lampu namun tiba-tiba lampu menyala.

“SELAMAT ULANG TAHUN SILMI!”

Silmi terbelalak tak percaya. Angga, Dian, Maya, Elang dan kedua orang tuanya ada di ruang tamu yang sudah di dekorasi sedemikian rupa kini ada di hadapannya.

“Kalian???”

“Tiup lilinnya dulu Sil, gue pegel megang kue ulang tahun lo.” celetuk Maya.

Silmi terkekeh lalu meniup lilin di atas kue ulang tahunnya. Tidak lupa dia membuat permohonan dulu. Kemudian Silmi memeluk Dian, Maya, Elang dan kedua orang tuanya bergantian.

Angga mendekati Silmi dengan sebuket bunga mawar di tangannya.

“Selamat ulang tahun ya, Silmi Lestari.” ucap Angga tangannya mengulurkan bunga mawar yang di pegangnya sedari tadi.

Silmi tersenyum malu-malu menerima bunga mawar tersebut.

“Lo bukannya udah pulang tadi?” tanya Silmi.

“Iya, tapi gue muter balik. Ada yang ketinggalan.” jawab Angga.

“Apaan yang ketinggalan?” Silmi belagak penasaran.

“Perasaan cinta gue, ketinggalan di hati lo.”

“Angga!”

Untuk pertama kalinya dalam hidup, Silmi tersipu malu dan mukanya merona. Angga senang sekaligus gemas dengan tingkah Silmi.

Jadi ternyata saat pulang tadi Angga hanya berbelok dan memarkirkan mobilnya di belokan lalu balik lagi ke rumah Silmi, masuk ke dalam lewat pintu belakang rumah. Sebuket bunga mawar sudah dia siapkan tadi siang dan meminta Dian untuk membawanya ke rumah Silmi.

ⱷⱷⱷⱷⱷ

Hari ini Elang berencana mengajak Dian ke Java Jazz Festival. Dia sudah meminta izin Ibunya Dian dan Ayahnya untuk membawa Dian ke sebuah acara musik tersebut. Mengingat kondisi Dian yang tidak boleh capek, sebenarnya Elang ragu akan mendapatkan izin dari kedua orang tua yang menyayangi gadis itu.

Namun, siapa sangka mereka mengizinkan. Bagi Ibunya Dian, selama putrinya bersama Elang, dia tak merasa khawatir. Sedangkan Ayahnya mengingatkan bahwa Dian tidak boleh kecapekan.

Elang menunggu Dian yang sedang bersiap-siap di ruang tamu. Beberapa saat kemudian, Dian keluar dari kamarnya. Gadis itu terlihat manis dengan dress warna merah muda selutut meski wajahnya terlihat cukup tirus dan pucat.

“Kita mau ke mana sih?” tanya Dian.

Elang hanya tersenyum, menggenggam tangan Dian.

“Mah, Dian pergi dulu ya sama Elang. Assalamu’alaikum.” Dian berpamitan kepada Ibunya.

“Wa’alaikumussalam, hati-hati ya kalian.” balas Aulia.

Elang dan Dian menyalim Aulia kemudian permisi.

Sepanjang perjalanan, Dian dibuat penasaran oleh Elang. Lantaran laki-laki itu tak memberitahu kemana tujuan mereka.

Setelah perjalanan cukup jauh, akhirnya Elang sampai pada area JIEXPO Kemayoran. Diparkirkan mobilnya dan diajaknya Dian memasuki JIEXPO dimana sedang dihelat acara Java Jazz Festival.

“Lang, ini kan…” Dian seakan tak percaya.

“Inget gak dulu, aku pernah janji sama kamu mau ngajak kamu ke acara ini?” tanya Elang.

Dian mengangguk. Matanya berbinar senang.

“Tapi, apa Mamaku tahu kamu mau ngajak aku ke acara musik?”

Elang mengangguk. “Papaku juga tahu kok.”

Dian senang sekali, dirangkulnya lengan Elang kemudian masuk ke dalam bersama. Mereka berdua menikmati acara musik Jazz tersebut. Dari Fourplay hingga Balance and The Travelling Sounds. Tidak ketinggalan musisi dalam negeri, Barry Likumahuwa, Raisa, Tompi hingga akhirnya mereka menikmati Maliq and D'Essentials.

“Yan, kalau kamu capek bilang ya?” Dian mengangguk.

Dian mungkin tidak merasakan capek karena dirinya sedang bahagia kini. Menikmati konser musik yang tak pernah dia nikmati sebelumnya bersama orang yang dicintainya. Elang dan Dian berbaur dengan ratusan orang yang menikmati penampilan Maliq and D'Essentials.

“Yan, kamu beneran gak capek?” tanya Elang.

“Enggak Lang. Asal bersama kamu, aku gak pernah merasa capek.” jawab Dian tersenyum kemudian menatap Elang lekat.

Seperti sihir yang menguasai dirinya, tatapan intens Dian membuat Elang tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke wajah Dian. Kedua tangannya memegang pipi Dian lalu dikecupnya bibir Dian perlahan.

Kali ini, ciuman yang Elang berikan bukan karena tidak sengaja melainkan dengan sengaja bibir Elang menyentuh bibir Dian. Dilumatnya dengan lembut bibir manis Dian dengan penuh perasaan cinta, tak peduli lagi jika mereka sedang berada ditengah lautan manusia, diiringi lantunan lagu The One yang dibawakan Maliq and D'Essentials.

Elang dan Diandra, menikmati ciuman mereka seakan ciuman itu adalah ciuman pertama sekaligus ciuman untuk yang terakhir kalinya.

Sebuah ciuman terakhir dari suatu hubungan yang baru saja dimulai.

ⱷⱷⱷⱷⱷ

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top