03

D I A M O N D C A G E

Naruto

Disclaimer: Aku menghamili Naruto, dia juga masih milik Masashi Kishimoto.

Pairing: SasuNaru, HeadMasterSasuke X StudentNaruto

Awas, di chapter ini ada kata yang seharusnya tak di baca seorang anak dibawah umur. Hati hati.

Tema tetep Pedophilia X Omegaverse X BoysLoveStory.

Anak kecil, hati hati, diluar sana banyak om ganteng pengen dipuasin. Itu pesen gue.

.

.

.

Jangan lupa Vote!

Enjoy!

.

.

.

Bukan bermaksud pamer, namun Sasuke sama sekali tak mampu menahannya. Aroma Alpha yang menguar dari tubuhnya sungguh sangat menekan. Ia sudah meminum obat khusus, namun sepertinya kali ini tidak akan mempan. Sasuke mengalami in rut. Setiap Alha yang belum memiliki pasangan akan mengalami in rut enam bulan sekali. Beda dengan Omega yang siklusnya tak menentu.

Otaknya berfungsi dengan benar. Ia memiliki daya ingat yang bagus. Seharusnya in rut nya akan datang sekitar empat bulan lagi. Namun entah mengapa sejak kemarin Sasuke merasa tidak enak badan. Suhu tubuhnya tinggi. Ia sering menggeram menahan gairah. Kejantanannya tegang terus menerus. Semalam pun ia sudah bermain solo 5 dengan lima kali pelepasan. Namun sang Uchiha bungsu sama sekali tak puas. Sasuke ingin lebih.

Sasuke membanting suppressant ke lantai berkarpet. Ia tahu tak akan ada gunanya obat tersebut jika diminum ketika in rut sedang berlangsung. Keningnya berkerut dalam. Lagipula tak biasanya ia akan sering tegang seperti ini.

Sasuke berjalan mondar mandir dengan ponsel di telinganya. Ia kini bertelanjang dada. Keringat mengalir di perut six packdan punggung miliknya. Pendingin ruangan kantor Kepala Sekolah tak mampu menurunkan suhu tubuhnya. Ketika sedang dalam perjalanan ke ruangannya, ia berpapasan dengan beberapa guru. Aroma in rutnya bahkan mampu membuat Alpha lain pingsan di koridor. Jika tahu seperti ini akhirnya, Sasuke akan mengambil days off. Hanya saja, instingnya menuntun untuk tetap datang ke sekolah. Dan ia menyesal sekarang.

Tut... tut... tut... Orang di seberang sambungan telepon belum menerima panggilannya. Ini mungkin sudah panggilan yang ke tiga puluh. Sambungan terputus dan Sasuke mengumpat. "Brengsek! Kemana perginya wanita tua itu?!"

Ia menekan beberapa tombol dan mulai menelepon kembali. Panggilan ke tiga puluh satu.

Tut... tut... tut... tu-"Diamlah, Bedebah! Aku sedang tidak enak badan!" TUT.

Sasuke kini membanting ponselnya. Kesabarannya menipis. Ia memijat pelipisnya. Beberapa menit lalu ia seperti tersengat. Ya, benar. Kejantanannya yang tersengat. Ia memincingkan matanya ke arah pintu keluar. Pasti tadi ada Omega yang lewat.

Sasuke benar benar butuh pelepasan sekarang. Ruangannya telah penuh dengan aroma Alpha yang sangat menyengat. Ia mengibaskan tangan tak sabar. Sang raven berjalan menuju jendela dan membukanya lebar lebar.

Aroma yang sangat amat manis menyerbu hidung dan kejantanan Sasuke. Tubuhnya bergetar. Omega in heat. Ia tak pernah sampai sepusing ini ketika mencium aroma heat. Entah mengapa, ia merasa aroma tersebut begitu mencekiknya.

"Dan disaat seperti ini, Tsunade sedang sakit. Ck!"

Sasuke sedikit mencondongan tubuhnya tanpa sadar. Ia Ingin mencium aroma tersebut lebih dalam. Indra penciumannya melacak bahwa sang mangsa berada tak jauh dari sana. Aroma ini adalah aroma yang sama dengan Omega yang lewat di depan ruangannya. Bagaimana jika seorang guru? Bagaimana jika seorang murid? Atau petugas kebersihan?

Pikirannya kacau. Pandangannya menggelap. Celananya begitu membengkak. Lubang di saat seperti ini tidaklah buruk. I don't care even it's a kid. Sasuke menjilat bibirnya. Seringaian lebar menghiasi wajahnya. Let's fuck, baby....

Sasuke menyambar kemejanya. Ia memakai tanpa mengancingkan. Toh sebentar lagi telanjang. Sang raven berjalan keluar ruangan. Ia mempercayakan indra penciumannya untuk melacak aroma memabukkan tersebut.

Langkah kakinya berbelok, menuju ujung koridor. Ia berhenti di depan ruang kesehatan. Aromanya begitu menyengat. Kepalanya pening. Ia terkekeh pelan. Hanya mencium baunya, ia hampir berhalusinasi. Lezat sekali.

Dengan tak sabar, tangannya mendobrak kasar pintu di depannya. Netra hitamnya bergerak gerak liar mencari sumber ketegangan. Beberapa detik kemudian, pupilnya melebar. Panas melanda seluruh tubuhnya, lebih kuat dari sebelumnya. Mata biru bulat yang tengah mengeluarkan air mata begitu menghipnotis. Sasuke makin tercekik oleh rantai yang menggerayangi tubuhnya. Invisible chain. Rantai kasat mata yang begitu mengikatnya pada bocah kecil tersebut. Timbul perasaan ingin melindungi, menjaga, dan memiliki.Tubuh kecil dan mungil tersebut meringkuk di dekat kaki meja. Ia perlahan mundur hingga menabrak tembok.

"Agh... ah... gatal... panas... ungghhh" Bibir mungilnya bergetar. Peluh membasahi tubuhnya. Sasuke dapat melihat dengan jelas tubuh dibalik kaus tipis tanpa seragam tersebut. Ia meneguk ludahnya pelan. Netranya turun, mengamati lebih jauh. Celana di atas lutut tersebut juga basah. Basah oleh cairan yang begitu manis. Sang raven ingin sekali menjilatinya.

"Hic hic... gatal... ughh...." Jemari kecilnya menggaruk bagian belakang celananya. "Ugh... tolong...." Ia menatap Sasuke dengan penuh harap. Tangisannya begitu merdu. Tentu saja aku akan menolongmu, sayang.

Dadanya bergemuruh. Sasuke tak mampu menahan gejolak gairahnya lagi. Dada bidangnya naik turun, terengah hebat. Ia memasuki ruangan, menutup pintu dan menguncinya. Dua kali. Tidak ada yang boleh mengganggu mereka saat ini.

Sasuke berbalik, kembali menatap sosok memukau tersebut. "Kh... kau... mau apahh?" Tangan tan tersebut meremat celananya yang basah.

Menjilatimu?

Mengangkangkan kedua kakimu?

Mengecup basah bibir merahmu?

Menyentakkan kejantananku ke dalam lubang ketat dan hangat milikmu?

Sasuke tak bisa memilih. Ia begitu ingin melakukan semuanya. Tapi ada yang lebih penting lagi. Aku ingin menandaimu. Kau hanya milikku. Milikku. Mate-ku!

Sasuke menjilat bibirnya. Ia kembali menghirup dalam dalam aroma manis yang memenuhi ruangan tersebut. "Sungguh... manis sekali" Ia berbisik. Suaranya sangat serak. Kaki jenjangnya melangkah, mendekati bocah manis tersebut. Ia berhenti tepat di depannya. "Disini kau rupanya... mate" Aku menunggumu cukup lama. Mari bersenang senang. Sasuke menyeringai lebar.

Ia berjongkok, bermaksud menatap netra safir tersebut lebih jelas. Ia ingin merekam semuanya di dalam ingatannya. Namun ia mendapati bocah tersebut begidik dan memejamkan mata. Tangan sebelahnya masih meremas celana, dan yang lainnya menggaruk bagian pantatnya. Dalam jarak sedekat ini, Sasuke mampu mencium leleran cairan dari lubang tersebut. Kental manis, seperti susu.

Ia meneguk ludahnya kasar. Tangan Sasuke menepuk lembut kepala bersurai pirang tersebut. Ia mengusap keringat, dan mengenyahkan poni basah yang menutupi dahi. Bocah tersebut membuka matanya, mengintip.

"Ngggghhh... hic hic" Desahan lolos tepat didepan wajahnya. Ia makin menegang. Nyaris saja man juice miliknya muncrat. Sungguh memalukan. Sasuke berpikiran untuk membuat bocah tersebut meminumnya, daripada terbuang sia sia. Kan sayang.

"Ada apa? Mana yang... sakit?" Suaranya makin serak. Ia hanya mendapat gelengan. Netra hitamnya menangkap kertas kertas yang berserakan di dekat meja. Ia mengambilnya.

"Namamu Naruto?" Sasuke membelai lembut pipi tembam tersebut. Ingin sekali ia menggigitnya. Naruto mengangguk pelan. Ia masih menangis "Kenapa kau menangis, sayang?" Sasuke bergerak maju, menyatukan dahi mereka berdua. Ia menatap Naruto memeras air mata dari kelopaknya. Sejujurnya jemarinya begitu gatal ingin mengoyak lubang ketat milik si bocah, namun ia harus menahannya. Sedikit lagi.

"Hic hic... aku... aku Omega" Ia menggaru pantatnya makin keras "Nghh... aku tidak mau... hic hic"

Sasuke merasa kerongkongannya terbakar. Ia begitu haus. "Kenapa? Lalu kau mau jadi apa?" Ia berusaha menstabilkan akal sehatnya. Masih bocah.... Masih bocah....Lubangnya pasti sempit sekali. Akan nikmat sekali.

"Aku... hic hic... ingin jadi Alpha... ngh... yang kuat" Kini tanpa sadar wajah Sasuke sudah berada di ceruk leher Naruto. Ia menjilati leher mulus tersebut. Astaga... aku bisa gila.... "Aku... hic... akan melakukan apapun agar bisa menjadi Alpha" Naruto meremas kemeja Sasuke dengan kedua tangannya.

Sang raven mendongak dan menatap langit mendung dalam mata tersebut. "Kumohon" Bibir tersebut bergetar. Pipi yang merona dan aroma manis di udara. Sasuke tak bisa meminta lebih.

Ia tersenyum dan menangkup kedua pipi tembam tersebut. Nyaris menyeringai. "Apa... saja?"

Naruto mengangguk pelan. Sasuke mengecup kedua kelopak mata basah tersebut. "Tentu. Aku bisa membuatkanmu seorang Alpha. Alpha Superior"

Mata Naruto membola. Tangisnya berhenti. Ia tak mempercayai telinganya. "Sungguh? Alpha Superior?" Pandangan Sasuke turun menuju bibir merah merekah tersebut. Ia menggeram pelan.

"Ya."

"Aku mau! Aku mau!" Naruto menghapus sisa sisa air mata di wajahnya. Kedua matanya berbinar binar. Ia sedikit mengguncang bahu Sasuke.

Sang raven tak tahan lagi. "Ayo" Ia menggendong Naruto seperti pengantin baru. Kakinya membawa mereka berdua ke sebuah ranjang paling ujung. Ia membaringkan Naruto di sana. Lebih agak membanting, sebenarnya. "Ahh"

Sasuke lalu berjalan menutup jendela. Madu hasil cinta mereka tak boleh tercemar. Ini juga akan menjadi momen kapan dibuatnya sang keturunan. Ia berbalik dan menatap Naruto di atas ranjang. Lubang yang sedikit darah juga sepertinya tidak apa apa. Bibir Sasuke berkedut. Ia menyeringai lebar. Lagi.

Ia melepas kemejanya dan naik ke atas ranjang, mengungkung Naruto di bawahnya. Ia mengecup sekilas bibir ranum tersebut. "Mari membuat seorang Alpha Superior"

"Ayo!"

.

.

.

.

.

.

T B C

Awas yang dibawah umur, chapter depan ada ena ena loh. Gua gak tanggung jawab kalo lo kepanasan ntar.

Oh ya, yang dibawah umur, hati hati kalo ketemu om om ganteng. Awas berdarah :D

Jangan lupa VOTE yaaaaaa~~

Jaa~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top