02

D I A M O N D C A G E

Naruto

Disclaimer: Meskipun aku memperkosa Naruto, ia masih milik Masashi Kishimoto.

Pairing: SasuNaru, HeadMasterSasuke X StudentNaruto

Kalo lo gak suka LEMON, tema OMEGAVERSE, NON-CONSENSUAL SEX (RAPE), PLUS PEDOPHILIA, apalagi CERITA HOMO, mending jauh jauh dari sini sebelum gue panggilin tuh banci rabies di perempatan lampu merah.

.

.

.

Yang suka, langsung baca aja. Kalo cinta, jangan lupa VOTE!

Enjoy!

.

.

.

Ke esokan harinya, Naruto kembali menuju ke ruang kesehatan. Telapak tangannya basah, keringat dingin membasahi dahi, dan ketiaknya kuyup. Ia terlalu gugup.

Bagaimana kalau aku Beta?

Jangan sampai Omega!

Ah, apa aku Alpha? Pasti!

Jalannya dibuat sepelan mungkin, dan langkahnya dibuat sependek mungkin. Hatinya memantapkan diri bahwa ia adalah seorang Alpha. Imajinasinya mulai berkeliaran. Teman teman tidak akan mencemooh tubuh kecilku lagi. Karena Alpha pasti akan tumbuh menjadi kuat! Ayah dan Ibu akan bangga memiliki aku! Naruto tersenyum lebar, menampilkan deretan gigi putihnya. Ia sudah tak sabar.

Alisnya bertaut keatas. Sudut bibirnya sedikit bergetar. Cuaca hari ini panas sekali. Dadanya bergemuruh, perutnya bergejolak. Ia sedikit pusing.

Koridor panjang di depannya tidak begitu ramai. Hanya beberapa siswa yang berlalu lalang. Jam istirahat memang kebanyakan dimanfaatkan untuk pergi ke kantin atau bermain di lapangan sekolah.

Hidung kecilnya berkedut samar. Sekilas ia mencium bau yang... aneh. Bau apa ini? ia menutup hidungnya. Naruto kecil mempercepat langkah melewati ruang guru dan ruang kepala sekolah.

"Ya tuhan, ini bau apa sih? Menyengat sekali" Sebelah tangannya memegangi kepala. "Uhh...." Ia makin mempercepat langkah. Ruang kesehatan berada di ujung lorong.

Setelah sampai di depan ruangan, napasnya terengah engah. "Bau sialan, bikin pusing saja" omel Naruto dengan bibir kecilnya yang berkerut kerut.

Ia menghirup napas dalam, dan membuangnya perlahan.

"Oke! Aku siap menjadi Alpha!" Ia mengangkat tangan dan mulai mengetuk.

tok tok tok

Tidak ada sahutan. Ia kembali mengetuk.

tok tok tok. "Sensei?"

Masih tidak terdengar suara. "Tsunade Senseeeii"

tok tok tok. Naruto memiringkan kepalanya "Kemana sensei tua itu?" Ia pun membuka pintunya perlahan dan masuk kedalam ruangan. Sebaiknya aku menunggu Sensei di dalam. Ia segera menutup pintu.

Pandangannya beredar pada penjuru ruangan yang sepi. Sepuluh ranjang dipisahkan dengan tirai. Meja kerja yang tertata rapi dan deretan lemari kaca begitu bersih dan teratur. Panas sekali. Naruto mengusap peluh yang mengalir di pelipisnya. Ia berjalan menuju jendela besar, membuka pengaitnya dan mendorongnya perlahan.

Angin sejuk langsung menyerbu.

"Haaahh... enaknya" Ia menyibakkan poninya kebelakang. Tangan mungilnya membuka dua kancing kemeja teratas. Sejujurnya, sejak kemarin ia merasa sedikit kepanasan. Hari ini lebih parah. Pusing melandanya. Ia sempat terhuyung membentur loker sepatu pagi ini.

Sedang menikmati serbuan angin di depan jendela, tiba tiba bau menyengat di lorong tadi kembali tercium. Naruto reflek menutup hidungnya. "Uuuuhh" Ia kembali pusing.

Sebenarnya aroma tersebut bukan aroma yang busuk, tapi lebih seperti aroma buah yang matang. Begitu manis. Tidak, ini terlalu manis.

Naruto melirik ranjang sekilas, namun iamenggeleng dan memilih duduk di kursi depan meja kerja Tsunade. Sekali tertidur, ia akan susah di bangunkan.

Naruto meletakkan kepalanya di atas meja. Dahinya berkerut heran. Kenapa jantungku seperti mau meledak? Tubuhnya kembali memanas. Gerah, ia melepas seragam dan meletakkannya di atas meja. Belum sempat meletakkan seragam, ia melihat sebuah amplop besar disana.

Tulisannya, Hasil Tes Namikaze Naruto

Jantungnya berdegup lebih kencang. Ia membiarkan seragamnya terjatuh ke lantai. Tangannya bertaut. Pikirannya berkecamuk.

Itu hasil tesnya!

Boleh lihat tidak ya?

Aku penasaran.

Kalau Sensei marah bagaimana?

Bagaimana kalau mengintip saja?

Sebenarnya aku tahu, sudah pasti hasilnya Alpha... tapi tetap saja!

Jemari Naruto bergetar. Tangannya maju mundur untuk mengambil amplop besar tersebut.

Lihat

Tidak

Lihat

Tidak

Intip

Jangan

Intip

Aduh... ya sudah intip sedikit saja.

Naruto merasa kepalanya makin pusing ketika ia berpikir. Tak heran jika sebentar lagi akan berasap. Dengan mantap, ia mengambil amplop tersebut.

Tangannya masih bergetar. Ya ampun, cuma intip, tidak di baca semua! Ia mengeluarkan beberapa lembar kertas.

Semoga Alpha!

Mata bulatnya menajam, dahinya berkerut, mencari tulisan Alpha tidak pernah sesulit ini. Ia memutuskan untuk membaca semuanya. Kertas kertas tersebut berisi banyak tulisan yang sulit dimengerti. Beberapa menit membaca, ia masih tidak dapat menemukan tulisan 'Alpha'.

Naruto kembali membaca dari awal dengan lebih cermat dan teliti. Ia sampai membacanya keras keras.

"...blah blah blaahh gen bercampur dan muncul dalam perhitungan presentase. Namikaze Naruto memiliki tubuh subur ... bla bla bla ... hasil akhir menunjukkan bahwa pasien bernama Namikaze Naruto berjenis Omega. Presentase menunjukkan gen Beta 2% dan gen Omeganya 98%. Pasien masuk dalam kategori Omega rare atau langka ... bla bla bla ... Omega jenis ini memiliki tingkat kematangan reproduksi tinggi, sehingga ia siap di buahi kapan saja, tanpa menunggu datangnya heat ... Omega...."

Lembaran kertas tersebut berjatuhan. Keringatnya makin deras. Tubuhnya makin panas. Naruto menggeliat di atas kursi. "Ugh... tidak mungkin... tidak mungkin... hnnh...."

Aku tidak mungkin menjadi Omega! Tidak mau! Tidak mau!

Kepalanya terasa amat pening, pandangannya kabur. Naruto turun dari kursi sambil berpegangan pada meja. "Salah... hah hah... Aku Alpha... bukan Omega... ngh...." Bagian belakangnya terasa gatal dan berkedut kedut.

"Tidak... hng... tidak mungkin..." Air mata mulai membendung. Ia sama sekali tak ingin menjadi Omega. Omega itu lemah dan tak berguna! Semua orang akan makin mencemoohnya.

Naruto merosot di dekat kaki meja. Air mata membanjiri pipinya. "Ughh... tidak mau..." Pipinya memerah, kaus tipisnya sampai basah terkena air mata. Ia dapat merasakan sesuatu mngelir deras dari lubangnya. "Nghh.... uh... hah hah... gatal...." Ia merangkak bermaksud mengambil lembaran kertas hasil tes dan merobeknya, namun gerakannya terhenti ketika ia mendengar dobrakan keras pintu ruangan tersebut.

BRAKK!!

Naruto beringsut mundur ketika ia bertemu pandang dengan seseorang yang menjulang tinggi. Netra kelam malam menusuk bagai pemburu. Sosok tersebut begitu menakutkan di mata Naruto.

Suhu tubuh makin tinggi, Kepala pusingnya bukan main. Ia dapat dengan jelas mencium aroma menyengat menguar dari orang tersebut. Sangat manis. Manis yang memabukkan. Badannya gemetar. Air mata masih terjun bebas di pipinya.

"Ugh... ah... gatal... panas... ungghhh"

Naruto dapat merasakan cairan membanjiri celananya. Lubangnya mengeluarkan lubricant terlalu banyak. Keringat mengucur tak henti hentinya. Ia merangkak mundur hingga punggungnya menabrak tembok. Pandangan orang tersebut bagai pemangsa yang haus darah. Naruto ingin pergi dari sini.

Tubuh mungil Naruto menggigil. Ia tak kuasa untuk menahan desahan keluar dari mulutnya. Ia seperti membutuhkan sesuatu. Hatinya berkata aku ingin puas. Otaknya mendengung, tak mengerti maksud dari kata tersebut.

"Hic hic... gatal... ughh..." Ia menggaruk garuk pantatnya yang masih di lapisi celana seragam. Netra safirnya masih memandang awas pada pria di depannya. "Ugh... tolong...."

Sosok jangkung tersebut memasuki ruangan. Ia menutup dan mengunci pintu dua kali.

klik klik

"Kh... kau... mau apahh?" Jemarinya meremat celananya yang basah.

Pria tersebut menatap Naruto intens. ia menjilat bibir bawahnya. Dada lebarnya naik turun. Napasnya memburu. Ia menghirup dalam dalam aroma manis yang mengudara.

"Sungguh... manis sekali" Suaranya dalam dan serak. Ia berjalan mendekati Naruto "Disini kau rupanya... mate" ia menyeringai lebar.

T B C

Jangan lupa Vote ya! :D

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top