Memilih Untuk Menghindar

"Menutup diri bukan berarti menjauh dari semua orang, hanya saja sedang mengupayakan agar diri tetap waras setelah dibuat kepayahan oleh keadaan."

Kayla berangkat ke sekolah dalam keadaan seperti biasanya. Menggunakan baju yang lusuh kekuningan sudah menjadi pakaiananya sejak dulu saat masih duduk di bangku sekolah Dasar. Baju yang setiap hari harus di cuci oleh sang ibu akibat ulah jahil teman-temannya yang selalu menindas bahkan merendahkan Kayla. Sejak dulu gadis itu hanya diam bersama luka yang sudah tidak lagi terhitung jumlahnya.

Kayla mulai menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya, namun langkahnya terhalang oleh seorang laki-laki yang ia temui kemarin. Apakah lelaki itu ingin meminta pertanggung jawaban Kayla karena kemarin Kayla tidak sengaja menabraknya?

"Gue tau kok kemarin lo di kerjain sama rombongannya Karina," kata lelaki itu dengan suara dan tatapan yang datar. Ke dua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana membuat postur tinggi tegap lelaki itu semakin terlihat gagah.

Kayla terkejut, tapi ia tidak menunjukkan raut wajah berlebih. Kayla hanya setia menunduk dengan rambut yang selalu menutupi wajahnya.

"Kenapa lo pasrah aja? kenapa lo nggak ngelawan mereka?" seolah tidak lelah lelaki it uterus melemparkan pertanyaan supaya mendapatkan jawaban.

Kemarin, lelaki yang bernama Raja Adyatama Baskara tidak sengaja melihat rombongan geng Karina menarik paksa Kayla ke belakang gedung sekolah. Rasa penasaran yang sudah tidak lagi bisa ditahan membawa lelaki itu pada kenyataan sesungguhnya. Sebenarnya sudah lama Raja melihat Kayla selalu dibawa paksa oleh rombongan geng Karina, namun lelaki itu mencoba acuh. Namun, kemarin Raja benar-benar sudah tidak ditahan lagi rasa penasarannya.

"Lo bisa kok lawan mereka. Justru kalo lo pasrah mereka malah semakin semena-mena sama lo." Raja menatap Kayla penuh iba. Gadis pendiam, lugu, dan sopan itu harus mendapat perlakuan yang tidak baik dari teman seangkatan.

Kayla tidak mendengarkan ucapan Raja, gadis itu melenggang pergi masuk ke dalam kelas. Raja menghela napas kasar sambil mengusap wajahnya frustasi. Raja pikir Kayla akan menanggapi sarannya dengan baik. Raja hanya bisa diam ketika melihat tubuh Kayla masuk ke dalam kelas.

"Heh Bro, lo ngapain di sini?"

Sebuah tangan menepuk pundak Raja cukup keras. Si pemilik tangan itu adalah salah satu sahabat Raja yang selama ini selalu membantunya ketika kesusahan. Dia bernama Narendra Faaz Dikara, meskipun sosok yang terlihat sangat sombong dan tidak punya perasaan, tapi ada kalanya hati Faaz seperti malaikat. Ralat, maksudnya malaikat maut.

Raja menggeleng dengan wajah datar ketika menanggapi pertanyaan dari sahabatnya. Kemudian Raja berkata, "Masuk kelas. Sebentar lagi bell."

Faaz berdecak kesal. "Lo mah nggak asik. Niatnya gue pengen bolos pelajaran pertama."

"Nggak ada kata bolos. Lo mau hidup gelandangan dimasa tua lo nanti?" tanya Raja menatap Faaz tajam. Mereka berdua memang akur seperti adik kakak, namun jika sudah berdebat seperti musuh bebuyutan.

Sekali lagi Faaz berdecak kesal. Mau tidak mau ia harus mengikuti Raja masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran pertama yang menurutnya sangat membosankan.

***

Waktu istirahat telah tiba, Raja sengaja memisahkan diri dari rombongan gengnya hanya untuk mengintai keadaan Kayla. Entah dari kapan lelaki itu pandai sekali menjadi seorang penguntit yang handal padahal dulu Raja terkenal sosok yang cuek dengan sekitar.

Tanpa Raja sadari ke dua sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan senyum saat melihat sosok gadis yang sedang duduk di bangku tepat di bawah pohon mangga yang rindang. Gadis itu terlihat sedang memakan bekal makan siangnya, satu buah roti dan juga satu botol air mineral. Untuk pertama kalinya Raja melihat wajah yang selama ini selalu ditutup dengan rambut.

"Ekhem, nggak makan di kantin aja?"

"Uhuk!"

Kayla tersedak makanannya sendiri membuat gadis itu mencari-cari letak dimana botol minumnya berada.

"Nih minum punya gue aja." Raja memberikan botol minum miliknya untuk membantu Kayla yang sedang tersedak. Raut wajah Raja merasa sangat bersalah karena sudah mengejutkan orang yang sedang menikmati makan siang.

"Kamu kenapa ada di sini?" Kayla bertanya dengan suara lirih. Ia kembali menunduk membuat rambut yang terurai itu kembali menutupi wajahnya.

"Ternyata suara lo imut juga ya." Raja tersenyum tipis. "Kenapa ditutup lagi? lo manis kok," sambung Raja. Dengan kurang ajarnya lelaki itu mencoba menyingkirkan rambut yang menutupi seluruh wajah Kayla. Namun Kayla langsung menjauh membuat Raja sadar bahwa tidak bisa sembarangan.

"Maaf," kata Raja, penuh dengan penyesalan.

Kayla langsung membereskan sampah roti dan juga membawa botol minumnya pergi. Jelas sekali terlihat Kayla tidak terlalu menyukai orang yang datang kepadanya. Raja menghela napasnya kasar, lelaki itu tidak tahu trauma apa yang membuat Kayla sampai tidak mau seseorang mendekat.

"RAJA!"

Dari arah seberang Raja melihat Faaz dan ke dua temannya Alvaro dan Aulian mendekatinya. Kemudian Raja tidak memperhatikan mereka, justru lelaki itu melihat punggung gadis yang semakin menjauh.

"Tumben lo nggak nongkrong sama kita di kantin?" tanya Faaz lelaki itu ikut duduk di samping Raja.

"Iya nih, nggak biasanya." Alvaro menimpali. Sedangkan Aulian sedang sibuk mengunyah makanan ringan yang ia beli di kantin tadi tanpa mau berbagi kepada teman-temannya.

"Ya ilah, lo kalo ada makanan nggak pernah bagi-bagi," ceteluk Faaz, kemudian makanan ringan yang ada di tangan Aulian sudah berpindah kepemilikan. Siapa lagi yang merebut jika bukan Faaz. Katanya anak orang kaya, tapi selalu minta makanan milik orang lain.

"Faaz bangke, sialan." Aulian mengumpat kesal makanan yang sejak tadi ia nikmati sudah berpindah kepemilikan. Aulian pun membersihkan sisa-sia micin di jarinya sampai tidak lagi tersisa.

"Kalian bertinga ngapain sih nyusulin gue ke sini? Gue juga butuh waktu tenang tanpa adanya kalian bertiga di sini. Gue persis pengasuh kalian kalo lagi bareng kaya gini." Raja mulai habis kesabarannya. Sebab, ada saja perdebatan yang terjadi di antara teman-temannya itu.

"Tau nih Faaz sama Aulian hobinya bikin Raja naik darah," kata Alvaro. Lelaki itu tidak menyadari bahwa dia juga sama menjengkelkannya seperti Faaz dan Aulian.

"LO JUGA SAMA, BANGKE." Aulian dan Faaz berucap bersamaan.

"Aish, nggak ada yang beres dari lo semua." Raja berdiri dan kemudian melenggang pergi meninggalkan teman-temannya yang sudah persis seperti kaleng bekas yang sedang dimainkan. Berisiknya minta ampun, giliran diminta jawaban soal ujian ada saja alasannya. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top