Apalah Arti Diam
"Gue temenin lo pulang ya."
Tiba-tiba saja Raja berjalan di sisi kanan Kayla membuat gadis itu tersentak kaget dan nyaris tersandung batu. Untung saja Kayla bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan baik sehingga membuatnya tetap stabil dan tidak jatuh.
"Maaf, gue terlalu ngangetin lo ya? Hehe." Raja menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lelaki itu merasa malu karena setiap kehadirannya selalu membuat Kayla terkejut dan hampir mencelakakan gadis itu.
Kayla hanya diam, gadis itu berjalan seperti tidak ada teman di sampingnya. Raja mulai mencari cara agar ke duanya ada topik pembicaraan, namun sayangnya Raja sedang mati kutu karena tidak tahu pembahasan apa yang disukai Kayla.
Raja bersyukur karena hari ini ia tidak melihat Kayla disakiti oleh romongan geng Karina. Padahal awalnya Raja ingin sekali menjadi penyelamat bak pangeran berkuda putih untuk Kayla.
"Kay, setiap hari lo berangkat dan pulang sendirian?" Raja mulai membuka pembicaraan, meskipun lelaki itu tahu tidak ada dianggap ada oleh Kayla.
"Ternyata jalan di sini lumayan sepi juga ya? Lo nggak takut bakal ada tindak kriminal di sini?" Rumah Kayla memang melewati gang sempit yang cukup sepi. Bahkan gangnya hanya bisa dilewati oleh kendaraan bermotor saja. kanan dan kiri terdapat dinding pembatas dan terdapat sungai juga di sana.
"Rumah lu masih jauh ya, Kay?" Raja tidak menyerah, lelaki itu tetap mengajak Kayla untuk berbicara dan sedikit bercerita. Entah kenapa Raja yang memiliki sifat tidak peduli dengan sekitar sekarang menjadi lelaki paling kepo hanya demi sosok gadis bernama Kayla.
Tiba-tiba saja langkah Kayla berhenti membuat Raja juga ikut menghentikan langkahnya. Lelaki itu menatap Kayla dengan kening mengkerut, menatap gadis itu bingung.
"Udah sampai? Tapi di sini nggak ada rumah Kay," kata Raja, masih menatap Kayla bingung.
"Sebaiknya kamu pulang dan jangan ikuti aku lagi," ujar Kayla, tanpa menatap Raja karena gadis itu lebih baik menatap tapi sepatu Raja yang sudah tidak lagi rapi ikatannya.
"Loh, kenapa?" Raja masih bertanya seperti orang bodoh. Padahal sejak tadi lelaki itu tahu Kayla memang tidak mengharapkan kehadirannya di sana.
"Pulang lah, aku nggak mau kena masalah." Kemudian Kayla melanjutkan langkahnya. Kali ini langkah Kayla lebih cepat dari sebelumnya membuat Raja semakin yakin bahwa Kayla memang tidak ingin diikuti.
***
"Assalamualaikum." Kayla memasuki rumah setelah melepas sepatu dan juga kaus kakinya. Kali ini Kayla tidak mendengar suara keributan dari dalam rumah karena sejak kemarin setelah pertengkaran siang itu sang ayah tidak kunjung kembali. Kayla heran mengapa sang ayah selalu menghilang bagaikan ditelan bumi setelah bertengkar.
"Waalaikumsalam. Sudah pulang, Nak?" seorang wanita dengan raut wajah pucat keluar dari balik tirai yang menjadi sekat antara ruang tamu dan juga rapur. Sesekali wanita itu terbatuk-batuk.
"Ibu kenapa nggak istirahat saja? cucian di belakang biar Kayla yang selesaikan." Kayla menatap sang ibu iba. Bisa-bisanya wanita sebaik itu disia-siakan oleh lelaki yang tidak bisa bersyukur ketika memiliki istri yang begitu sabar dan pengertian. Ingin sekali Kayla memukul kepala sang ayah dan berharap setelah itu kegilaan sang ayah hilang, namun sayangnya hanya angan semata.
"Cuciannya sudah selesai semua kok. Kamu ganti baju sana, terus makan siang." Wanita itu kembali ke belakang karena masih ada pekerjaan yang belum diselesaikan.
Kayla menghela napasnya kasar, kemudian ia masuk ke dalam kamar yang selama ini menjadi tempat berlindung ketika sedang meneteskan air mata. Kayla duduk di tepian ranjang yang sudah tidak lagi empuk, kasurnya pun sudah kempes dan keras. Ia pun melihat ke arah meja belajarnya di sana terdapat sebuah bingkai foto keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan juga Kayla waktu kecil. Dulu Kayla sangat merasakan kasih sayang dari ke dua orang tuanya, namun entah kenapa sang ayah berubah menjadi monster yang mengerikan.
"LASTRI!"
Kayla bergegas berdiri ketika mendengar suara teriakan sang ayah. Kayla pun keluar dari kamar dan melihat sang ayah masuk ke dalam rumah dalam keadaan marah.
"LASTRI, DIMANA KAMU?!" lelaki yang sedang diselimuti amarah itu berjalan ke arah dapur.
Perasaan Kayla semakin tidak enak, pasti akan ada kekerasan lagi yang terjadi siang ini.
"Ayah kenapa sih setiap pulang selalu saja marah-marah?" dengan keberanian penuh Kayla menghadang langkah sang ayah. Ia tidak peduli jika tangan kekar sang ayah akan mendarat di wajahnya. Kayla tidak peduli, yang terpenting sekarang sang ayah tidak melukai ibunya.
"Anak kecil seperti kamu tahu apa, hah?" sorot mata yang merah dan juga tajam lelaki itu layangkan untuk putri semata wayangnya.
"Kayla sudah besar, Yah. Kayla bukan lagi anak kecil yang setiap kali mendengar suara bentakan Ayah hanya bisa menangis di dalam kamar." Nada Kayla mulai tinggi membuat laki-laki yang sekarang sedang berdiri di depan Kayla semakin marah.
"Anak kurang ajar! Sudah berani kamu melawan Ayah sendiri?!" lelaki itu mengepalkan tangannya bersiap untuk memukul Kayla memberikan gadis itu pelajaran agar tidak berteriak lagi di depannya.
"Mas, cukup!" Lastri—ibu Kayla—datang di waktu yang tepat. Wanita itu memegang erat tangan sang suami yang masih terkepal.
"Kayla, cepat masuk ke dalam kamar!" perintah Lastri tegas kepada putrinya. Lastri tidak mau Kayla mendapatkan pukulan dari ayahnya sendiri, meksipun sudah sering Kayla merasakanannya.
"Nggak Bu! Ayah sudah keterlaluan. Selama ini Kayla diam karena Kayla tidak mau membuat hati Ibu sakit, tapi untuk kali ini Kayla tidak bisa tinggal diam." Kata Kayla beralih menatap sang ayah. "Jika Ayah sudah tidak lagi sayang sama kita berdua, kenapa Ayah tidak ceraikan Ibu saja dan biarkan kita berdua hidup bahagia?"
PLAK!
Kejadian yang seharusnya tidak terjadi pun akhirnya terjadi juga. Kayla menundukkan wajahnya merasakan pipi kanannya yang terasa panas setelah mendapatkan tamparan keras dari sang ayah.
"Anak kurang ajar! Tidak tahu sopan satun! beraninya kamu berbicara kasar seperti itu sama Ayah kamu sendiri. Anak tidak berguna, anak tidak tahu diuntung kamu!"
Kayla tidak menangis, tidak ada sedikit pun air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Tanparan, pukulan, bentakan, dan bahkan cacian sudah sering dia dengar dari mulut ayahnya sendiri. Sosok ayah yang seharusnya bisa menjadi tempat berlindung teraman untuk putrinya justru tidak Kayla dapatkan. Entah setan mana yang sedang merasuki hati dan pikiran ayahnya itu sehingga tega melukai darah dagingnya sendiri.
"Kayla benci sama Ayah. Sampai kapan pun Kayla tidak akan melupakan semua kejadian buruk yang sudah Ayah lakukan sama Kayla dan juga Ibu." Kayla berucap lirih, tapi sorot matanya tidak bisa bohong jika ia menaruh dendam yang cukup dalam untuk ayahnya sendiri.
"Masih berani kamu menantang Ayah? Apa masih belum cukup tamparan itu untuk menutup mulut kamu?" lelaki itu mencoba mencari benda tumpul di sekelilingnya. Sudah pasti benda itu akan digunakan untuk menghajar Kayla habis-habisan.
"Mas, sudah cukup!" Lastri menahan lengan suaminya agar tidak mencari benda tumpul itu untuk menghukum putri mereka. Lastri sudah menangis sesegukan pada saat suaminya menampar anak mereka sendiri. Namun, lelaki itu tidak mengindahkan ucapan istrinya.
Sementara Kayla, gadis itu masih diam di tempatnya tidak ada rasa takut sedikit pun di dalam hatinya bahkan tubuhnya yang biasanya bergetar hebat ketika melihat sang ayah mengamuk justru kali ini sangat tenang.
Kayla sudah kenyang dengan kehidupan pahit dan juga perlakuan buruk sang ayah. Namun, sayangnya ia hanya bisa diam dan tidak bisa berbuat apa-apa termasuk menyelamatkan sang ibu dari kejamnya monster yang hidup di dalam tubuh manusia.
"JANGAN HALANGI AKU BODOH! KALIAN BERDUA SUDAH MEMBUAT KESABARANKU HABIS." Lelaki itu berteriak selayaknya orang tidak waras.
"Lalu, apakah Ayah merasa diri Ayah sendiri pintar?"
Suara dari arah belakang membuat Lastri dan suaminya menoleh. Mereka berdua melihat sang putri sudah mengangkat wajah dan menatap kearah sang ayah penuh dengan dendam.
"Apakah selama ini Ayah merasa menjadi sosok laki-laki yang gagah perkasa yang bisa melindungi keluarganya?" Kayla tersenyum miring penuh dengan dendam.
"Anak kurang ajar!" lelaki itu pengepalkan ke dua tangannya emosinya semakin memuncak ketika mendengar kata-kata Kayla.
"Nak, sudah hentikan, jangan dilanjutkan lagi." Lastri mengiba kepada putrinya agar menghentikan semua ucapan dendam itu. Lastri tidak mau putrinya mendapat hukuman lebih berat lagi.
"Tidak Bu! Biar laki-laki ini tahu penderitaan kita yang sebenarnya selama ini. Sosok iblis, monster yang ada di dalam dirinya harus segera dikeluarkan." Kata Kayla.
Ayah Kayla semakin merasakan panas di dadanya akibat menahan gejolak amarah yang sebentar lagi akan meledak. Jika Lastri yang berucap sudah pasti ke dua tangan dan semua benda yang ada di sekitar sudah melayang. Lelaki itu pun akhirnya memutuskan untuk pergi karena sebenarnya di dalam hatinya tidak ingin menyakiti putri semata wayangnya terlalu jauh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top