Tumbal

Aku menyaksikannya. Perempuan itu yang sengaja memantik api di lambung kapal. Membuat seluruh kapal pesiar dengan muatan sepuluh ribu jiwa terancam di tengah-tengah samudera Hindia. Sejak awal, aku menaruh curiga padanya. Satu-satunya perempuan yang diikuti makhluk aneh berkepala ular dan bertanduk rusa. Tidak ada satu pun orang yang menyadari kehadiran makhluk yang tidak berjiwa itu. Hanya aku, dan mungkin beberapa orang saja, yang bisa melihat ke balik tabir. Namun baru kali ini aku melihat makhluk yang mengikutinya itu. Kecurigaanku itu tidak bertahan lama karena dia selalu tidur di kamarnya sepanjang waktu, membuatku percaya jika dia mungkin mabuk laut, dan hanya orang biasa yang memiliki peliharaan.

Selang beberapa hari——ketika kapal sudah benar-benar jauh dari daratan, tepat ketika bulan purnama, dia keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian yang paling mencolok dari semua penumpang. Kedua tangannya memegang sebuah piala besar. Makhluk berkepala ular dan bertanduk rusa masih mengikutinya seperti bayangan. Dia datang ke lambung kapal ketika semua orang sibuk berpesta di geladak, menikmati hiburan EDM di kolam yang telah disediakan.

Dia duduk bersimpuh di depan mesin pembangkit. Meletakkan pialanya perlahan-lahan dan mulai memasukkan berbagai macam benda yang tidak aku kenali dari balik pakaiannya. Berbagai macam serbuk, dedaunan, bangkai hewan, dan jari manusia. Matanya terpejam dan mulutnya berkumat-kamit seolah membaca mantra. Ketika matanya kembali terbuka, dia melemparkan pemantik api ke tengah-tengah mesin yang menyala.

Ledakkan besar yang disertai api dan asap terjadi. Diikuti terputusnya seluruh jaringan listrik di seluruh kapal. Hampir semua orang panik dan berlarian tanpa arah. Di saat itulah aku baru menyadari jika seluruh sekoci telah disabotase, hancur oleh cakaran besar, seolah ada hewan buas yang sengaja menghancurkan. Semua alat pemadam darurat menghilang entah ke mana, seperti sudah dirancang tanpa seorang pun yang menyadari. Orang-orang tidak diizinkan untuk dievakuasi, api seperti tidak diperbolehkan untuk dipadamkan, dan semua kru yang mencoba meminta bantuan tidak dapat menggunakan semua alat komunikasi.

Api mulai menyebar membakar seluruh bagian kapal. Setengah dari penumpang habis ikut terbakar. Di bawah sinar bulan purnama, perempuan itu berdiri di haluan dengan kerudung berkibar-kibar. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa selamat dari ledakan hebat. Beberapa orang memilih melompat ke laut. Teriakan dan jeritan silih berganti.

Kutukan tidak berhenti di sana. Sesuatu keluar dari api yang berasal dari lambung kapal. Tubuhnya gosong, deretan gigi tajam seperti dikikir, dan mata berupa bulatan cairan merah. Merangkak layaknya monster yang kelaparan, mereka menerkam setiap orang yang mereka lihat. Mencabik tubuh mangsanya seperti hewan buas. Tak terkecuali dengan orang-orang yang melompat ke laut. Monster itu akan mengejar mereka bahkan untuk orang yang sudah berenang sangat jauh.

Semua orang mati bahkan sebelum fajar menyingsing. Menyisakan aku yang teronggok di tengah lautan, terombang-ambing dengan tubuh gosong karena dilahap api yang sudah padam. Hanya aku yang dapat menyaksikannya mendapatkan sebuah kejayaan, yang didapatnya dari mengorbankan sepuluh ribu jiwa untuk persembahan ke neraka.

Dia menarik napas dan berkata, “Akhirnya.” Semua bentuk tubuhnya berubah, melebur dengan makhluk yang hidup dalam bayangannya.

________

Cermin Gabrielmalaikatagung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top