Rumah Selam
Naira menarikku ke pinggiran pantai. Menunjukkan betapa indahnya matahari terbenam sore ini. Tanganku bergerak membentuk bulatan panas itu, seakan dapat kugapai. "Aku suka matahari."
"Aku lebih suka bulan," jawab Naira memberikan senyum manis.
"Yaa, tidak kalah menarik juga."
Naira mengangguk membenarkan perkataanku. Lantas gadis berambut pirang itu mengajakku ke sebuah gubuk tua. Keliatannya memang tidak setua yang dibayangkan hanya penampakan luarnya saja. "Ini tempat istirahat para penyelam di pantai, tidak juga sih. Nelayan juga terkadang menaruh peralatan tangkapnya di sini juga."
"Karena ini kau menyebutnya dengan Gubuk Selam?"
"Iyaa, mungkin. Penduduk pantai yang memberi nama tempat ini. Konon, ada gadis yang mati tenggelam di pantai karena menyelam. Jadi, diberi nama Gubuk Selam." Naira menarik dayung sampan. "Ayo, ikut aku keluar!"
Naira mengajakku naik sampan kayu. "Ini tidak mungkin, Nai. Arus ombaknya sangat besar."
"Lihatlah, Ra! Airnya tenang, memang aneh padahal masih satu garis pantai tetapi tidak segalak ombak di sebelah."
Aku mengangguk. Jelas tahu apa yang dimaksud Naira. Sekali lagi aku memperhatikan sekeliling, memastikan keadaan aman baru aku berani naik sampan dan mengambil alih dayung yang dipegang Naira. "Aku jadi berpikir ini cocok untuk pelabuhan," kata Naira melihat beberapa kapal melewati sampan yang dinaikinya.
Naira memperhatikan kapal pesiar yang melewati sampan kecilnya. Lantas melambai kala seorang bocah menyapanya. "Kakak! Kenapa dayungnya bergerak sendiri?!"
__________
Cermin by daisyssomm
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top