Organ Dalam
Kathe sudah terdiam, padahal sebelumnya gadis indigo berambut gelap itu terus memberontak ketika Karl—kekasihnya mengajaknya pergi ke Hawaii menggunakan kapal pesiar.
Karl menunggu di ranjang ketika gadis indigo itu menggunakan kamar mandi sampai waktu yang cukup lama, tetapi tidak terdengar sedikit pun suara.
"Kathe, kau sudah selesai?" Karl mendekati pintu kamar mandi—berniat mengetuknya. Namun, pintu kamar mandi itu langsung terbuka tanpa aba-aba, bahkan sebelum lelaki itu mengetuknya.
"Kathe?"
Lampu tiba-tiba padam. Kegelapan total membuat Karl buta seketika.
Lelaki berkulit merah itu meraba-raba dinding kamar mandi, menjatuhkan beberapa botol sampo dan sabun, hingga ia tiba di samping bathtub yang dingin tanpa air.
Suara dering ponsel membuat Karl melonjak terkejut. Dengan cepat ia mengedarkan pandangan ke arah sumber suara dan menemukan sebuah ponsel yang sedang dicas di sisi bathtub.
Memanfaatkan cahaya dari ponsel, Karl dapat dengan mudah mendekati sumber suara dering tersebut. Setelahnya ia melihat tampilan layar ponsel, terpampang sebuah panggilan masuk dari nomor tak dikenal.
Walau ragu, ia tetap menjawab panggilan telepon tersebut.
"Hello?" bisiknya pelan.
Ia menempelkan ponsel ke telinganya, berharap sebuah suara merespons ucapannya dari seberang sana.
Akan tetapi, Karl hanya mendengar suara tak jelas—bunyi yang mirip dengan lendir lengket yang ditempelkan di microphone.
Nyep … nyep … nyep ….
"Siapa kau? Apa urusanmu menghubungi Kathe?" tanya Karl.
Nyep … nyep … nyep ….
Karena sang penelepon tak kunjung angkat suara, Karl segera memutus panggilan tersebut.
Tepat ketika ibu jarinya menggeser ikon merah untuk menghentikan telepon, lampu kembali menyala.
Di saat yang bersamaan, tubuh Karl membeku. Sebuah pemandangan yang teramat mengerikan menyapa indera penglihatannya.
Sosok tanpa tubuh—hanya ada otak yang berdenyut, saluran pembuluh darah yang mengkerut, sepasang iris abu-abu milik dua buah bola mata yang melirik-lirik ke segala arah, juga organ dalam yang umum dimiliki manusia—sedang berbaring di dalam bathtub.
Dering ponsel kembali terdengar. Kali ini, nada dering tersebut lebih mirip dengan melodi kematian.
Tangan Karl membatu, meski begitu, ia masih sanggup melihat siapa yang melakukan panggilan telepon.
Sebuah nama terpampang di layar ponsel: Me 2.
Karl mengalihkan tatapannya ke sosok tanpa tubuh yang terbaring di bathtub.
Kali ini matanya mampu menangkap, bahwa di balik jantung yang masih berdenyut milik sosok tanpa tubuh, terdapat sebuah ponsel yang menyala. Ponsel yang sedang melakukan sebuah panggilan, tetapi belum terjawab—
—yakni, ponsel kedua milik Kathe.
_________
Cermin by Daiyasashi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top