Kau yang Terangkat
Kepadamu yang berdiri di sana, menyambut kehidupan baru yang misterius terselubung kegelapan. Kuharap kau menemukan kebahagiaan setelah terangkat ke langit sana, meski tidak dengan cara yang diinginkan. Andaikan kita sempat bicara sejenak sebelum tali itu menyeretmu pergi, barangkali aku bisa mengucapkan salam terakhir untukmu.
Aku selalu menyaksikan jiwa lain yang mengalami nasib serupa. Dahulu, mereka juga orang yang sama, di titik persis kamu dijemput ke langit. Ketika tali itu memeluk lehernya dengan erat dipenuhi dengan belas kasih, terlahir kembali sebagai sosok yang menunggu waktu untuk ke alam sana. Namun, jiwa-jiwa yang malang itu menolak untuk pergi, ingin segera menyelesaikan tugas duniawi yang tertinggal. Jika saja semua bisa dikembalikan, mereka ingin hidup lagi walau hanya dalam sekali helaan napas.
Sama sepertimu, mereka juga yang bertanggungjawab atas hilangnya kesempatan untuk mengubah nasib. Dorongan kuat dari hati yang dibisiki iblis telah membuat lalai. Kini, keadilan menghukum dengan menarik jiwamu kembali ke langit, menghadap pada kehidupan yang sepantasnya. Namun, jiwa-jiwa yang nakal ini memutuskan untuk menetap di dunia, meski dengan segala keterbatasan.
Aku tidak bisa menyambutmu, karena kau sendiri juga sibuk mengurus urusanmu sendiri. Membiarkan diri tetap terseret dalam kesalahan yang sama, terjebak pada fase kehidupan yang dipenuhi kesalahan manis yang kau kira sebagai wujud dari “kekejaman dunia.” Kau tidak pernah belajar, sama seperti jiwa-jiwa lain yang memiliki ego sama tingginya, mengira setiap kesalahan yang kalian lakukan itu hanya wujud dari rasa putus asa atas keadaan dunia yang menyalahimu. Andai saja kalian tahu.
Aku menyaksikan jiwa-jiwa malang yang menyesali perbuatannya. Namun, tidak semua menyadari bahwa setiap tindakan dari dalam diri harus dipertanggungjawabkan. Kini, terimalah buah dari perbuatanmu. Sadarlah bahwa dunia berjalan bukan hanya untukmu semata. Apa yang kau perbuat akan berdampak pada jiwa malang lain yang tidak tahu menahu. Kau pikir mereka juga terlibat atas keruntuhan hidupmu. Bagai pohon roboh menyalahkan pohon yang masih berdiri kokoh atas kejatuhannya.
Kau mungkin tidak akan menemukan kedamaian yang selama ini kau cari. Namun, percayalah suatu saat kita akan berjumpa kembali dalam keadaan persis saat ini, menyaksikan buah dari perbuatan yang suatu saat nanti akan kau telan dalam kematian hati.
Kepadamu yang berdiri di sana, tunggulah saat ketika kau menyadari bahwa tidak ada yang bisa lepas dari yang namanya 'hukuman.'
________
Cermin by KiprangNovel323
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top