Dia Untukku, Bukan Untukmu.
[Yuhuuu! Ini adalah cerpen yang pastinya bikin kalian nagih bacanya. Semua cerpenku cuma bisa kalian dapatkan di Karyakarsa kataromchick, ya. Total chapter cerita ini 5, dan halaman keseluruhannya 50 bebs. Hanya bisa kalian baca full di Karyakarsa. Begitu pula seluruh judul cerpen yang lainnya. Happy reading!]
"Gimana ceritanya, sih, Mbak June bisa berakhir jadi manajernya Rae?"
Junelia melirik ke arah Yara dengan tatapan sudah lelah. "Waktu jaman kuliah, gue nyatain cinta ke Rae Preston kesayangan penggemarnya itu."
"Diterima??"
"Ya, nggaklah! Lo nggak liat penampilan gue ini?"
"Terus kenapa bisa jadi manajernya sekarang? Malah jadi staf paling deket dan kalo bangunin Rae tiap pagi cuma boleh Mbak June."
Junelia menghela napasnya panjang. "Karena dia nggak suka sama gue, makanya kemungkinan untuk adanya drama diantara kita berdua nol persen. Dia nggak mau ada staf lain, karena gue udah dimasa gedek sama dia. Pertama dia nolak gue, kedua dia sering ngatain gue culun dan jelek, ketiga karena gue emang butuh duit. Gue satu-satunya orang yang nggak akan tersipu sama Rae, tapi juga nggak bakal membangkang."
Yara mengangguk dengan hikmat. "Tapi bener, loh, Mbak. Emang Mas Rae itu kalo ke Mbak June parah banget ngatainnya. Emang, sih, nggak sampe mukul. Tapi itu bullying juga nggak, sih? Dia selalu lampiasin rasa capeknya dengan ngatain fisik, Mbak June."
Juelia tertawa. "Yaudahlah. Nggak usah dibawa hati, sih. Yang penting gue dapet duit sekarang. Gue udah kebal."
"Nggak mau ambil tawaran dari Mas Navasena?"
Junelia menatap Yara dengan datar dan tidak menjawab. Sebab hanya dia yang tahu apa yang dimaksudkan oleh Navasena. Tawaran Navasena itu bukan untuk menjadi sepenuhnya manajer pria itu, ada siasat lain yang ingin Navasena lakukan dengan menggunakan Junelia.
"Mbak June?"
"Hm?"
"Aku balik dulu, ya. Ngobrol besok lagi!"
Junelia melirik ke arah pintu dimana Rae rupanya sudah bersedekap dan memasang wajah badmood miliknya. Pantas saja Yara buru-buru pergi, karena Rae sudah menunjukkan batang hidungnya.
"Udah wawancaranya?" tanya Junelia.
"Navasena ngasih tawaran apa?"
"Masa nanya dibales tanya? Aneh-aneh aja, sih, Rae."
Junelia yang baru saja berdiri langsung oleng karena Rea yang langsung memiting leher perempuan itu. "Jawab nggak?"
"Akh! Lepasin! Rae! Sakit bego!"
Dalam keadaan tertentu Junelia bisa menjadi sangat agresif dalam berkata-kata. Hanya karena Rae adalah pihak yang membayarnya, bukan berarti dia tidak bisa melawan.
"Makanya jawab! Navasena nawarin apaan? Kenapa gue nggak tahu?"
Junelia merasakan bahwa Rae tidak akan berhenti jika tidak dipaksa. Dia langsung menarik tangan Rae, membanting pria itu hingga punggungnya membentur lantai.
"Aww!"
Junelia agak meringis karena bisa membayangkan punggung pria itu yang pasti merasakan sakit luar biasa akibat bantingan yang Junelia lakukan. Suruh siapa ribet!
"Sakit, June!" keluh Rae.
Junelia membantu pria itu untuk berdiri. "Kalo beneran sakit lo nggak bakalan masih kuat ngoceh."
Rae memukul kepala Junelia dan tetap menerima bantuan perempuan itu untuk menuju mobil mereka. Padahal, saat ada pergerakan dari penggemar yang memfoto, Rae langsung memasang pose sok gantengnya. Junelia bisa merasakan bahwa pria ini memang aktor andal. Bisa sekali pura-pura.
"Hari ini jadwal lo udah selesai sampe sini, ya, Rae. Gue juga udah siapin kebutuhan lo dari makan sampe vitamin yang harus diminum sebelum tidur. Pokoknya malem ini jadwal gue tenang, jadi lo nggak boleh protes apa-apa."
"Gue yang bayar lo, June. Gue boleh protes apa aja."
"Lo boleh protes kalo kerjaan gue nggak bener. Titik. Pokoknya habis ini gue balik, jangan ganggu gue."
"Emang lo mau ngapain? Mau ketemuan sama Navasena??"
Junelia menghela napasnya dibalik kemudi. "Lama-lama lo bisa gila nanyain soal Navasena melulu. Mending lo fokus aja istirahat sebelum besok kerja lagi."
"Tapi gue mau tahu—"
"Diem atau gue beneran Nerima tawaran Navasena?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top