3. Melepaskan Untuk Kembali
Kisah SMA Sarah dan Rangga berakhir, kini keduanya sama-sama di sibukkan dengan ujian masuk ke dunia dimana persaingan lebih sulit.
Rangga sedang menemani Sarah dan Fara__kakak Sarah ke toko buku, mencari buku-buku yang akan Sarah perlukan selama di Yogyakarta. Ya, Sarah memang sudah dinyatakan lulus di salah satu universitas ternama di sana. Sementara Rangga masih menunggu hasil tesnya, sehingga hal itu membuat dia tidak fokus saat ini.
"Rangga mikirin apa sih?" tanya Sarah yang sedari tadi memanggil Rangga dan tidak dihiraukan oleh pria itu.
"Oh...tidak ada kok."
Sarah berdecak, dia lalu ke kasir membayar semua buku yang ingin dia beli. Rangga ingin membayarnya, tapi Sarah tidak mau. Begitulah Sarah, tidak pernah mau jika Rangga mengeluarkan uang untuknya. Bukan hanya kali ini, tapi jika mereka makan bakso, menonton ke bioskop atau hanya beli es krim. Mereka selalu membayar bagian masing-masing, alasannya karena Sarah tidak ingin ada rasa beban jika masih menjadi kekasih Rangga.
***
Rumah Sarah ramai, besok adalah acara pernikahan kakaknya. Dita, Selin serta Roby datang untuk membantu yang mereka bisa. Seperti saat ini mereka sedang melipat tisu untuk diletakkan di meja makan para tamu besok. "Rangga udah ada kabar Sar," tanya Selin dan Sarah hanya diam. Memang sudah dua minggu lebih Rangga belum memberi kabar, dan mereka tidak pernah bertemu setelah dari toko buku.
Hanya satu pesan dari Rangga, yaitu dia akan ke Palembang mengunjungi neneknya. "Jangan-jangan udah sampai Melbourne dia." Dita melempar Roby dengan bantal sofa karena ucapan bodoh pria itu.
"Ya bisa aja sih Dit, si Rangga kan sering banget ngilang terus tiba-tiba muncul dengan rasa tak berdosa udah buat sahabat kita nunggu dia." Selin membeberkan fakta yang sering terjadi di hubungan Sarah serta Rangga.
Selama ini Sarah tidak terlalu menganggap pusing, dia juga disibukkan dengan tugas sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler. Namun, sekarang dia merasa kesal bukan main. "Sarah ada yang cari tuh," panggil Fatma__ibu Sarah.
"Siapa Bu?" tanya Sarah ingin bangkit, tapi wajah Rangga sudah dia lihat. Rasa rindu serta kesal Sarah kepada Pria itu menguar begitu saja. Fatma tersenyum, dia sudah tahu hubungan putrinya dengan pemuda yang datang sore ini sambil membawakan buah tangan.
"Tuh... Kalau yang namanya saling cinta terus setia itu ya kaya mereka berdua, mau Rangga ngilang sampai satu bulan juga asal dia datang tanpa kesalahan dan masih jaga hati Sarah, semua baik-baik aja. Intinya juga harus saling percaya," kata Dita memberi nasehat seperti dia ahli saja dalam kasus percintaan.
Di teras rumah Sarah dan Rangga membicarakan kenapa Rangga tak kunjung menghubunginya. Ternyata seperti yang Roby katakan, Rangga sudah sampai ke Melbourne. Ya, itu benar. Dari cerita Rangga dia terburu-buru pergi ke sana setelah baru saja satu hari menginap di rumah neneknya. Selama disana Rangga ditemani Mamanya, untuk mengurus asrama serta yang lainnya. Kemudian dia pulang untuk persiapan dokumen dan membawa barang-barangnya. Tentu saja dia ingin berpamitan dengan Sarah.
"Sarah, setelah aku mendapatkan gelar Dokter. Apa kamu mau menikah denganku?" Sarah terkejut mendengarnya, Rangga ini kenapa tidak bisa romantis. Namun, benarkah saat ini Rangga melamarnya.
"Kamu melamar ku?"
"Ya, jika terdengar seperti itu."
"Aku tidak mau dilamar seperti ini. Di depan teras rumah dan aku hanya memakai baju tidur lusuh begini." Rangga tertawa, dia memang keterlaluan sekali pikirnya.
Kemudian dia berjalan kembali ke mobil yang tadi dia bawa menuju rumah kekasih hatinya ini. Sarah mengikuti Rangga, pintu mobil kembali ditutup Rangga setelah mendapatkan apa yang dia ingin ambil.
Sarah melihat satu tangkai mawar merah yang Rangga berikan kepadanya ada kotak perhiasan berwarna merah juga. "Selama ini aku tidak pernah memberikan kamu kado spesial selain kue, setiap kamu ulang tahun atau hari jadian kita. Mungkin juga tahun ini aku tidak dapat membelikan kamu kue seperti biasanya, dan saat di Melbourne aku melihat kalung berbentuk hati ini." Rangga mengisyaratkan Sarah untuk membuka kotak perhiasan tersebut.
Sarah melihat sertifikat dibelakang sebuah kalung indah itu. "Rangga ini pasti sangat mahal," kata Sarah dan Rangga menggelengkan kepalanya. Dia memakaikan rantai itu untuk Sarah.
"Lusa aku harus kembali ke Melbourne, tapi aku tidak memintamu untuk menungguku."
Tunggu, apa Sarah tidak salah dengar?
"Aku tidak ingin menghalangi mu, jika seandainya ada Pria lain yang bisa menghiburmu dan membuatmu bahagia disini."
"Ya aku mengerti begitu juga denganmu, jika ada wanita lain yang membuatmu bahagia di sana kau tidak ingin merasa berdosa padaku disini yang menunggumu."
"Sarah bukan seperti itu."
"Cukup Rangga! Aku tidak perlu penjelasan apapun, dan ini ambil semua ini. Aku tidak butuh, kau menganggap ku wanita bodoh atau bagaimana, kau tidak ingin aku disini menunggumu itu karena apa hah?! Sudahlah kau memang selalu egois kan," ujar Sarah dan dia mencoba melepaskan rantai yang baru saja diberikan Rangga kepadanya.
"Terserah padamu ingin berkata apa, tapi aku mohon jangan kembalikan kalung itu. Aku yakin, setelah kau tidak lagi marah kau akan mengerti dengan apa yang aku katakan ini." Rangga pergi dari hadapan Sarah. Dia berpamitan kepada Fatma dan juga Fara, dua orang yang Sarah miliki sebagai keluarga.
Sarah masih diam di tempatnya, mobil yang Rangga kendarai sudah menjauh. Rangga kembali memutuskan hubungan mereka, setelah dulu mereka putus atas alasan Pria itu jenuh. Kini kembali Rangga menghancurkan hatinya dengan alasan tidak ingin menghalangi kebahagiaan Sarah.
Dia kembali disakiti oleh pemilik hati yang sama, kembali harus memaksa hatinya menghapus kenangan bersama Rangga. "Sarah," panggil Selin kemudian dengan sekuat tenaga Sarah mencoba tersenyum seperti tidak terjadi apapun.
Besok adalah hari bahagia sekaligus penting Kak Fara, dia tidak boleh terlihat sedih. Sarah sudah pernah patah hati, dan kali ini juga pasti dia bisa melewatinya seperti dulu.
Yang Sarah tidak tahu adalah patah hati kedua kali dengan orang yang sama menyebabkan luka teramat perih.
***
Pesta berjalan dengan lancar sampai malam, rumah Sarah kini terlihat sepi kembali setelah sang pengantin kakaknya pergi langsung setelah pesta berakhir untuk berlibur bersama suaminya. Fatma sang Ibu sudah masuk kedalam kamar untuk beristirahat, sementara Sarah didalam kamarnya bersama Selin dan Dita.
"Sar, kenapa Rangga gak datang? Cuma Winda, Tomi, sama Fajar aja yang datang." Dita merasa ada yang Sarah tutupi. Hari ini Sarah lebih banyak diam, meski terlihat baik-baik saja.
"Kami udah putus." Selin yang sedang minum sampai terbatuk mendengarnya.
"Lo baru dikasih kalung berlian, terus kalian putus?!" Selin tidak percaya dengan jawaban yang dia lihat dari Sarah. Bahkan Sarah masih memakai kalung pemberian Rangga kemarin.
"Orang kaya mah bebas ya. Putus aja ngasih kalung berlian, kaya waktu yang udah lo lewatin sama dia bisa dibayar dengan kalung itu. Sialan banget," umpat Selin yang memang selalu berterus terang akan apa yang ada dipikirannya. Selin benar, inilah yang juga Sarah rasakan sebenarnya.
Tidak lama setelah Sarah bersiap untuk tidur, ponselnya bergetar. Ada sebuah pesan dari nomor tidak dikenal.
[Besok aku berangkat, pesawat ku jam sembilan pagi. Aku berharap bisa melihatmu di sana, maafkan aku Sarah. Aku sungguh mencintai mu, percayalah.]
Itu adalah pesan Rangga, tidak perlu bertanya pada si pengirim pesan Sarah sudah tahu jawaban pastinya. Dia melempar ke sembarang arah ponsel itu. Dita dan Selin mengambil benda pipih tersebut dan membaca isi pesannya. Mereka hanya menghembuskan napas, tidak tahu harus memberi masukan seperti apa.
Satu sisi, apa yang Rangga lakukan ini jelas memperlihatkan kalau dia mencintai Sarah. Namun, permintaan putus kenapa harus ada jika memang cinta. Jarak bukan alasan untuk menghalangi dua orang yang saling mencintai, bisa saja Rangga kembali jika dia ada waktu libur kuliah untuk bertemu Sarah. Biaya pasti mudah bagi Rangga karena dia anak orang berada. Berbeda dengan Sarah yang memang hidup sederhana.
***
Memaksa tetap tidur tidak ada gunanya bagi Sarah, dia terus berpikir apakah harus datang menemui Rangga atau tetap membiarkan Pria itu karena sudah mematahkan hatinya.
Selin memberitahu kalau dia melihat postingan Tomi sedang berada di Bandara bersama dengan Rangga. "Lo yakin gak mau lihat Rangga lagi? Kalau lo mau ke sana gue bisa anterin pakai mobil gue." Selin kembali berujar, dia tidak ingin Sarah menyesal nantinya.
Sementara Rangga dia masih menunggu Sarah diluar, berharap jika Sarah datang. Padahal Rima dan Adinata sudah menyuruhnya untuk masuk kedalam ruang tunggu.
"Dia datang gak ya Tom?" tanya Rangga kepada sahabatnya itu dan Tomi menggelengkan kepala tanda dia juga tidak tahu. Rangga sudah memutuskan Sarah, tidak ada alasan lagi Sarah mau datang sepertinya. Begitulah isi pikiran Tomi.
Rangga mendengar jika ada panggilan pesawat yang akan dia naiki akan segera berangkat. "Rangga ayo masuk, kamu nunggu apalagi sih!?" Rima tidak sabar melihat Putranya itu yang masih saja belum ingin masuk kedalam ruang keberangkatan. Rangga sudah melakukan check-in, tapi anaknya itu belum juga ingin masuk kedalam seperti menunggu seseorang.
Rima dan Adinata memang tahu kalau Rangga memiliki pacar, tapi belum pernah Rangga mengenalkannya kepada mereka. Wajar saja, karena Rima berpikir anaknya masih sangat muda. Bahkan baru lulus SMA.
Rangga akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam, dia berpelukan kepada ayah dan ibunya. "Rangga," teriak Sarah yang langsung membuat Rangga menoleh. Sarah berlari begitu cepat menuju kearahnya, berhenti dan mereka saling berhadapan. Tidak ada kata yang terucap hanya deru napas memburu Sarah yang terdengar.
Rangga maju dan memeluk Sarah sangat erat, dia lega karena akhirnya Sarah mau menemuinya sebelum dia pergi. "Terima kasih sudah sangat memahami ku," kata Rangga kemudian dengan berani Rangga mencium bibir Sarah. Pertama kali mereka melakukannya setelah berpacaran selama ini.
Ini ciuman pertama Sarah, begitu lembut dan dalam. Sarah membalasnya, tidak perduli disana ada siapa yang melihat. Dia akan berpisah dengan Pria yang ia cintai, tidak masalah mau orang berkata apa nanti. Sisi egois cinta mereka berkata.
"Pa anak mu," kata Rima kepada suaminya melihat apa yang Putra mereka lakukan.
"Biar saja, mereka akan berpisah. Kamu seperti tidak pernah muda saja." Adinata merangkul istrinya itu lalu mengajak Rima untuk kembali ke rumah mereka. Membiarkan Rangga melakukan apa yang dia inginkan.
Memagut, mencicipi rasa bibir Sarah yang manis membuat Rangga tidak rela untuk melepaskannya. Namun, dengan berat hati dia melepaskan ciuman itu karena dia harus pergi. Rangga menyatukan kening mereka berdua "Jangan biarkan pria lain mencium dirimu Sarah. Nikmati waktumu sebaik mungkin, aku akan kembali dan saat itu aku harap kau belum milik siapapun."
Rangga mengusap bibir Sarah dan mencium keningnya, melambaikan tangan kemudian hilang perlahan dari pandangan Sarah. "Dasar bodoh," kata Sarah pada dirinya sendiri. Selin, Dita dan Tomi menjadi saksi betapa romantisnya mereka berdua.
Cinta ternyata tidak harus bahagia baru terasa manis. Seperti Romeo dan Juliet, juga Qais dan Laila. Kini mereka melihat langsung perjalanan cinta Sarah dan Rangga, bedanya perjalanan cinta mereka belum di ketahui ujungnya. Berakhir tragis, tapi manis dalam ingatan, atau diakhiri dengan bahagia, seperti banyaknya kisah novel yang begitu gemar dibaca.
Bersambung...
Hai bebs...ke di Karyakarsa sudah sampai bab 5 nih..masih GRATIS juga loh...yuk mampir ke Karyakarsa follow akun nadra di sana dan jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top