29. Still Love You
Rangga sudah tiba disana, menatap kedua wanita yang kini tengah menyantap hidangan makan siang mereka dalam obrolan yang terlihat sangat menarik. Sesekali mantan istrinya itu tertawa, dan semua tampak baik -baik saja. Hati Rangga kini penuh akan penyesalan, bagaimana bisa dia tidak sadar dengan apa yang terjadi kepada wanita yang dia cintai itu, ibu dari anak-anaknya. Sekarang bagaimana dia akan mejelaskan segalanya ? apa yang akan dia katakan kepada Sarah saat nanti wanita itu kembali melihat wajahnya.
Rangga menghela napas, dia masih menggunakan kemeja berwarna hitam pembelian Sarah dulu. Langkah kaki Rangga terus berjalan pasti, hingga dia berhenti saat Sarah sudah melihat ke arahnya. Rangga tahu Sarah raut wajah terkejut dan tidak suka yang wanita itu tunjukkan kepadanya.
"Jadi ini maksud lo datang nemuin gue Dit? kok lo tega sih," kata Sarah yang dapat di dengar Rangga dengan jelas. Dia kemudian kembali berjalan untuk lebih dekat dengan meja tempat dimana Dita dan Sarah makan.
"Sar gue bisa jelasin semuanya, lo tenang dulu ya." Dita mencoba menghentikan Sarah yang terlihat ingin pergi. Rangga tidak tinggal diam, dia menyentuh lengan Sarah dan sebelum mantan istrinya itu menepis tangannya Rangga berlutut di hadapan Sarah. Jelas Sarah saat ini bingung dengan apa yang Rangga lakukan.
"Setiap manusia pernah membuat kesalahan, khilaf, dan menyakiti hati orang lain, tapi bukankah mereka berhak mendapatkan satu kali kesempatan untuk memperbaiki kesalahan itu. Sayang, aku mohon maafkan semua kesalahan ku yang membuat kita jadi terpisah seperti ini dan kamu menanggung semuanya seorang diri, aku sangat mencintai mu Sarah. Maukah kamu memberikan aku satu kesempatan lagi?" Sarah diam, dia tidak bergeming sedikitpun. Mungkin Sarah masih sangat terkejut dengan apa yang dia lihat dan dengar hari ini.
"Rangga berdirilah, kita dilihat banyak orang." Sarah meraih pundak Rangga, sepertinya Sarah tidak nyaman karena banyak pasang mata yang menatap kearah mereka lalu setelah kini Rangga berdiri mereka bertepuk tangan. Mungkin mereka berpikir Rangga tadi melamarnya, karena tidak mengerti dengan bahasa yang Rangga gunakan untuk meminta maaf kepada Sarah.
Sarah ingin membuka mulut, tapi sebelum satu sanggahan keluar dari mulut wanita itu Rangga memilih langsung mencium bibir Sarah kemudian memeluknya. Dita tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat Rangga melakukan hal tersebut. Sarah memang terlihat tidak bisa berbuat apapun, dia masih diam ketika Rangga menggenggam jemari tangannya untuk membawa Sarah pergi ke tempat lain.
"Dit nanti gue hubungi lo ya, gue pergi sama Sarah dulu."
"Sip, gue tunggu di hotel ya." Dita dan Rangga berpisah di depan restoran tersebut sementara Rangga membawa Sarah ke sebuah tempat yang lebih privasi untuk mereka berbicara berdua. Taksi yang mereka naiki berhenti pada sebuah tempat yang bernama Griffith Park. Rangga memang ingin mengajak Sarah kesana karena dia rasa disana lebih tenang.
"Untuk apa mengajak ku kesini? pekerjaan ku masih banyak."
Rangga melihat wajah Sarah yang terlihat sangat ketus, dia tahu Sarah pasti masih tidak nyaman berada dekat dengannya. "Begini saja, katakan apa yang ingin kau katakan disini. Setelah itu aku ingin langsung kembali ke tempatku." Sarah masih bersikeras untuk tidak berlama-lama dengan Rangga.
"Sebentar saja Sarah. Ku mohon," kata Rangga dan Sarah menghembuskan napasnya. Kali ini tangan Rangga di tepis oleh Sarah saat dia ingin menggandeng lengan itu. Sebelum kesini Rangga sudah mencari tahu bagaimana lokasi salah satu destinasi wisata yang ada di Los Angeles tersebut. Rangga mengajak Sarah untuk ke tebing tertinggi yang ada dibukit itu, dari sana mereka bisa melihat pemandangan seluruh kota Los Angeles. Karena kesulitan untuk naik ke bukit itu, mau tidak mau Sarah akhirnya menerima uluran tangan Rangga.
Sarah terdiam sejenak saat sudah duduk di hamparan rumput siang hari itu. Pemandangan disana memang sangat indah. "Kau tidak pernah ke sini sebelumnya?" tanya Rangga sambil dia tersenyum menatap wajah Sarah, meski yang di tanya tidak menjawab pertanyaan itu senyuman Rangga tetap tidak pudar.
"Aku merindukanmu Sarah," ujar Rangga dan kali ini berhasil menarik wajah Sarah untuk melihat kearahnya. Entah apa yang ada dalam pikiran Sarah saat ini Rangga juga tidak tahu, yang pasti dia ingin mengutarakan semua yang dia rasakan kepada wanita yang ia cintai itu.
"Ada apa kau kesini Rangga, hubungan kita sudah berakhir dan sudah tidak ada gunanya semua kalimat cinta serta rindu yang kau ucapkan padaku saat ini." Sarah sepertinya tidak ingin berlama-lama menatap wajah Rangga. Wanita itu langsung mengalihkan wajahnya melihat kembali pemandangan didepannya.
"Hubungan yang berakhir bukankah bisa kembali di mulai, seperti permintaan ku tadi berikan aku satu kali saja kesempatan." Sarah terdengar berdecih sambil menggelengkan kepalanya.
"Kau ini ada-ada saja, tidak puas menyakiti hatiku? kini kau mau mempermainkan wanita yang sebentar lagi akan kau nikahi. Aku tidak habis pikir dengan mu," ucap Sarah sambil menertawakan dirinya yang sudah pernah jatuh cinta kepada Rangga. Oh...bukan pernah, tetapi masih mencintai Pria itu.
"Jika ada wanita yang ingin aku nikahi itu hanya dirimu Sarah, ibu dari anak-anak ku." Rangga memperjelas semuanya, dia tahu mungkin berita gila yang Sarah dengar itu hanyalah ilusinya seperti hal yang dulu menjadi bahan pertengkaran mereka. Rangga menarik wajah Sarah dengan lembut, menatap dalam manik mata itu dengan cinta yang dia miliki.
"Aku ingin mengatakan sesuatu yang mungkin akan membuat mu tidak percaya, bingung, dan menganggap aku hanya mengatakan omong kosong, tapi kau harus dengar ini dan percaya kepada ku. Karena alasan ku kesini hanya untuk dirimu Sarah, Dita juga kesini karena dia tahu semua hal ini." Sarah menautkan kedua alisnya karena bingung dengan maksud ucapan Rangga.
Satu tangan Rangga beralih menggenggam jemari Sarah, dan satunya lagi masih setia menyentuh wajah Sarah. "Adella bos tempat mu bekerja menelpon Farah, dia memberikan laporan medis tentang tebakan Dokter yang sempat menangani mu saat kau mengalami kecelakaan minggu lalu."
"Itu hanya kecelakaan kecil, kau dan Dita tidak perlu repot-repot sampai ke sini dan mengkhawatirkan ku."
"Ya itu kecelakaan kecil Sarah, tapi bukti dari semua dugaan ku kepadamu sayang." Sarah menepis tangan Rangga di wajahnya.
"Kau ini berbicara apa, sudahlah jangan membuang waktu ku."
"Sarah please, dengarkan semuanya."
"Tidak ada lagi yang harus aku dengarkan Rangga, kita hanya mantan suami dan istri. Kau hanya perlu fokus dengan anak-anak kita, begitu juga aku. Aku tidak masalah jika kau melanjutkan hidup mu dengan menikah lagi atau apapun itu, karena aku hanya ingin ketenangan untuk diriku sendiri saat ini." Sarah sudah berdiri saat ini, dia sudah muak. Baru sebentar bisa menyembuhkan luka hatinya kenapa Rangga malah ikut ke Los Angeles menemui dia, lagi pula itu hanya kecelakaan kecil bukan berarti dia tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Itulah yang Sarah pikirkan saat ini.
"Kau mengalami Skizofrenia Paranoid Sarah," kata Rangga cepat namun sangat jelas. Sarah mengerutkan keningnya, dia kemudian kembali menggelengkan kepala.
"Permisi kau mengatakan apa barusan ?" tanya Sarah jelas dengan menyindir Rangga. Rangga sama sekali tidak tersingung, dia memilih untuk mendekati Sarah dan mengusap bahu wanita itu. "Aku tidak ingin berpikir seperti ini, tetapi dari dugaan ku dengan semua fakta juga bukti yang aku temui setelah memikirkan semua pertengkaran kita selama ini aku menduga itu yang terjadi kepada mu sayang, begitu juga dengan Adella dan Dokter di Rumah Sakit itu."
Bersambung....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top