24.Ini Hidupku

Terkadang perlu jatuh untuk menyadari apa yang sudah terlewatkan. Sebelum terlalu jauh, dan kenyataan tak dapat lagi di selamatkan.

****

Mengamati pemandangan dari kafe yang ada di gedung apartemen tempat dia tinggal sudah sering Sarah lakukan semenjak dia berada di Los Angels. Siang ini dia sudah membuat janji kepada direktur penerbitan yang sudah memberikannya kesempatan besar tersebut.

Tidak lama ada dua orang yang menghampirinya dengan pakaian formal yang terlihat sangat mahal. Satu diantaranya sudah pernah bertemu dengan Sarah, dan satunya lagi baru kali ini dia lihat.

Sarah mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan wanita cantik dan anggun itu. "Hai, aku Adella Derson. Maaf membuat mu harus mengatur waktu kembali karena aku ingin bertemu."

Sarah tersenyum manis dan menggelengkan kepalanya "Tidak masalah, aku malah merasa beruntung bisa bertemu secara langsung dengan mu." Ya, Sarah memang sudah tahu kalau Adella akan menggantikan Allard di Penerbitan. Wanita ini adalah sepupu dari Direktur sebelumnya.

Adella menemuinya ternyata tidak hanya ingin mengenalnya melainkan juga membahas sudah sampai di mana perkembangan cerita yang Sarah tulis. Dengan sangat menyesal Sarah mengatakan kalau dia belum menuliskan bab apapun meski sudah sepuluh hari dia ada di sana.

Adella melirik Allard, sudah jelas jika wanita ini tidak begitu menyukai jawaban yang Sarah berikan. "Begini Sarah, aku sudah membahas lembar pengajuan cerita mu dengan editor dan mereka mengatakan ada penerbit lain yang penulisnya juga mengangkat tema cerita yang sama."

"Maksudnya?" tanya Sarah tidak mengerti.

"Ide cerita perjalanan cinta dua orang yang sudah berpisah kemudian bersatu kembali, ide itu sudah ada yang menuliskannya. Jadi aku ingin kita mengambil langkah cepat, aku meminta bantuan mu untuk mengerjakan naskah mu dalam waktu satu bulan paling lama, jika sampai waktu yang aku berikan habis dan kau tidak bisa menyelesaikannya aku mohon maaf. Semua kontrak mu akan aku batalkan," kata Adella yang membuat Sarah kesulitan bernapas.

Sarah beralih menatap Allard "Begini, maksud Adella adalah dia tidak ingin kau di katakan mencuri ide dari penulis yang menjadi rival perusahaan kami saat ini. Maka dari itu dia meminta kau untuk bisa bekerjasama demi kebaikan kita bersama."

"Ya baiklah aku mengerti, tapi masalahnya aku mengambil latar di sini. Kota yang masih baru sekali aku tinggali, dan ini permintaan kalian. Jika aku menggunakan latar Jakarta maka tidak sulit bagi ku untuk mengerjakan naskah ini."

"Baiklah jika itu masalahnya, aku akan memberikan mu pemandu wisata dan selama dua hari kau bisa berkeliling dengannya untuk mengenal kota ini lebih jauh dan beberapa tempat yang menarik di California. Jika tidak cukup satu hari aku bisa memberikan waktu satu minggu, bagaimana Sarah?" tanya Adella dan Sarah setuju. Mereka semua membuat kesepakatan yang menurut Sarah luar biasa.

Setelah membicarakan masalah itu, Sarah beserta kedua orang itu kembali ke tempat mereka masing-masing. Sarah sambil menenteng tas laptop dan kembali ke unitnya, saat baru masuk ke dalam lift dia melihat seseorang seperti menatapnya dengan penuh tanda tanya. Sarah hanya diam tidak mengerti, merasa tidak ada yang salah dengannya dia memilih untuk memainkan ponsel. Begitu sampai di depan pintu unit kamarnya Sarah melihat ada sebuah surat di depan pintu.

Sarah membuka surat itu dan dia terkejut saat melihat tulisan dengan satu kata 'Pengecut' yang di tulis menggunakan lipstick kertas itu terjatuh begitu saja dan dia langsung masuk ke dalam unitnya. Sarah tidak lagi bisa mentolerir ini, dia menelpon bagian personalia yang mencarikan apartemen ini untuknya. Sarah ingin mereka membuat komplain kepada pihak gedung ini. Sarah sangat yakin kertas itu di tulis oleh wanita sialan yang membuat rumah tangganya berantakan.

"Ya Tuhan, tidak bisakah aku hidup tenang sejenak saja."

***

Di Jakarta, Rangga sudah berdiri di depan pintu rumah mantan kakak iparnya. Rangga menatap pintu rumah itu kemudian menekan bel rumah. Seorang asisten rumah tangga yang sudah Rangga kenal membukakan pintu. "Eh Pak Rangga, masuk pak." Rangga pun masuk setelah di persilakan.

"Kak Farah ada mbok?" tanya Rangga dan wanita itu menjawab ada. Dia pun segera memanggilkan nyonya rumah tersebut. Rangga menunggu di ruang tamu, kenangan akan pernah duduk bersama Sarah di sofa ruang tamu itu membuat Rangga semakin merindukan mantan istrinya itu.

"Rangga, kamu kenapa gak telpon dulu mau lihat anak-anak. Mereka sedang pergi ke mall, mungkin malam baru pulang. Karena mau nonton dan main katanya," ujar Farah kemudian menyuruh si mbok membuatkan minuman.

"Maaf saya datang tiba-tiba, tapi saya ingin berbicara dengan mbak Farah."

"Kamu mau bicara apa?" tanya Farah yang memang tidak pernah menganggap Rangga sebagai ornag yang harus dia hindari meski dia tahu adiknya patah hati akibat pria ini. Bahkan Sarah harus pergi sementara waktu untuk menyembuhkan luka di hatinya itu, dan meninggalkan anak-anaknya.

"Saya mau bertanya, kapan Mbak Farah pernah melihat saya ada di toko perhiasan bersama wanita lain."

"Maksud kamu? saya gak pernah lihat kamu di toko perhiasan." Farah tidak mengerti begitu juga sebaliknya dengan Rangga. Dia yang ingin mencari bukti kalau ia tidak berselingkuh mendapatkan fakta-fakkta yang sungguh tidak dia duga.

"Begini Mbak, saya pernah bertengkar hebat dengan Sarah karena mbak menelponnya dan mengatakan kalau saya sedang ada di toko perhiasan bersama wanita lain. Mbak juga pernah bilang ke Sarah kalau saya dan wanita itu terlihat mesra, karena saya mencium pipi wanita itu di toko tersebut. Saya tidak bermaksud apa-apa Mbak, saya tahu saya salah karena baru mencari bukti dan ingin mempertahankan rumah tangga kami setelah Sarah pergi dan kami bercerai.Namun, hanya ini cara yang bisa membuat Sarah kembali kepada saya Mbak, yaitu dengan membuktikan semua ucapan orang-orang yang mengatakan saya berselingkuh."

Penjelasan panjang lebar dari Rangga itu hanya membuat Farah menghembuskan napas lelah "Tidak ada orang yang baru ingin memperbaiki rumah tangganya setelah resmi bercerai, jika pun ada maka orang itu sudah sangat terlambat. Apa yang sudah kamu hancurkan dan kamu abaikan selama ini, bahkan membiarkan percerain kalian terjadi tidak akan membuat saya atau Ibu memberikan restu kepada kamu lagi. Adik saya sudah cukup menjalani masa depannya bersama kamu."

"Tapi mbak- please,"

"Dengar Rangga, saya menghargai kamu karena kamu adalah ayah dari dua keponakan saya. Selebihnya tolong, jangan ganggu Sarah lagi. Biarkan dia menjalani hidupnya dengan bahagia. Dan satu lagi, cerita yang kamu karang itu tidak pernah terjadi, saya tidak pernah mengatakan kepada Sarah atau menelpon Sarah dan memberitahu dia kalau saya melihat kamu di toko perhiasan bermesraan dengan wanita lain. Jangan mengarangnya hanya untuk membuat saya memberikan simpati kepada kamu. Jika sudah selesai kamu bisa pergi, saya ada urusan di luar."

"Mbak tunggu mbak, saya tidak berbohong. Saya dan Sarah ribut karena masalah ini, begitu juga dengan semua hal yang Dita sampaikan kepada Sarah. Kami sering sekali bertengkar karena omongan-omongan yang tidak benar ini."

"Rangga stop! atau saya akan memanggil keamanan perumahan ini untuk mengusir kamu."

Mendengar hal itu Rangga diam, dia tahu akan membuat keadaan semakin rumit jika dia terus memaksa Rangga yang sudah melangkahkan kakinya ingin keluar pintu rumah itu membalik tubuhnya "Mbak, tolong hubungi Sarah dan tanyakan semua yang saya tanya kepada mbak ini."

Bersambung ....

Komentar dong, bagaimana cerita ini menurut kalian ???

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top