21. Kehidupan Baru Sarah

Gagal, adalah kata yang menyakitkan untuk di dengar. Dan tanpa di sadari kata itu juga mampu mengubah semuanya sama hal-nya dengan cinta.

***

Sarah sampai di Los Angeles, udara yang jelas terasa berbeda membuat Sarah tersenyum kecil dan melanjutkan jalannya untuk mengambil bagasi. Sarah melihat beberapa orang berlalu lalang yang membuatnya menjadi tidak nyaman, sepertinya setelah menarik diri dari Dunia luar terlalu lama membuat dia menjadi tidak lagi nyaman berada di tempat keramaian seperti ini.

Sarah dengan tidak sabar menunggu kopernya, dan ketika dia melihatnya dia langsung mengambil koper itu lalu menuju ke luar Bandara. Dia membuka email untuk melihat alamat yang harus dia datangi, ketika sudah tahu alamatnya Sarah pun memutuskan menaiki taksi. Baru dia ingin membuka pintu taksi itu dia melihat seorang wanita, dan wanita itu juga menatapnya dengan tatapan seolah mengejeknya.

Sarah terkejut ketika supir taksi bertanya kepadanya apakah ada barang lain, pandangan Sarah dari wanita itu teralihkan sebentar untuk menjawab supir itu dan saat dia kembali melihat ke tempat wanita tadi berada wanita itu sudah tidak ada. Sarah kembali meneliti seluruh penjuru namun tidak menemukan wanita tadi.

Sarah menarik napasnya lelah, dia sepertinya hanya sedang tidak fokus saja. Setelahnya dia masuk ke dalam taksi. Di perjalanan Sarah menyempatkan diri untuk menelpon Fara, hatinya sangat bahagia ketika melihat wajah anak-anaknya dari panggilan vidio itu.

"Mama berapa lama di sana?" tanya Salsa dan Raga bersamaan.

"Tidak terlalu lama sayang, nanti kalian juga akan ke sini." Sarah saat ini langsung merindukan kedua anak-anaknya itu. Setelah berbincang lama Sarah harus mematikan ponselnya karena tempat yang ia tuju sudah sampai. Dia membayar taksi itu dan mengambil satu koper yang lumayan besar dia bawa untuk masuk ke dalam sebuah gedung.

Los Angeles atau yang juga dijuluki City of Angels, Los Angeles adalah pusat bisnis, perdagangan internasional, hiburan, budaya, media, mode, ilmu pengetahuan, olahraga, teknologi, dan pendidikan terdepan, serta merupakan kota terkaya ketiga di dunia dan kota paling kuat dan berpengaruh kelima di dunia. Kota ini adalah tempat berdirinya berbagai institusi yang mencakup berbagai bidang profesional dan budaya dan merupakan salah satu mesin ekonomi terpenting di Amerika Serikat.

Kini di sinilah Sarah akan memulai kehidupan barunya, dia tinggal di sebuah apartement yang disediakan oleh pihak penerbit khusus untuknya. Mereka memberikan gaji serta fasilitas yang cukup memadai bagi Sarah. Begitu Sarah tiba sudah ada satu orang pria yang menelponnya dan mereka membuat janji untuk bertemu besok pagi.

Sarah meneliti seluruh ruangan di apartement-nya itu. Terdapat satu dapur yang sudah lengkap dengan perabotannya dan berukuran lumayan besar untuk Sarah. Ada dua kamar yang tidak terlalu besar, dan juga ruang tamu sekaligus menjadi tempat bersantai. Ada balkon yang juga membuatnya bisa menikmati pemandangan indah kota itu.

Sarah merasa sangat lapar saat ini, dia lalu berniat untuk turun dari unit tempat tinggalnya itu membeli beberapa makanan untuknya dan mengisi lemasi es. Sarah sudah mengganti pakaian dan hanya memakai sweater dan jeans, saat masuk ke dalam lift Sarah melihat seorang wanita yang tersenyum menyapanya.

"Kau tinggal di sini?" tanya wanita itu dan Sarah mengangguk.

Selepasnya Sarah juga bertanya hal yang sama, perkenalan singkat itu membuat Sarah memiliki teman baru yang ternyata juga tinggal di lantai yang sama dengannya. Sarah cukup bahagia sudah bisa memiliki tetangga yang ia kenal saat dia tiba, tadinya dia berpikir akan sangat sulit bersosialisasi di sana.

Petugas yang sedang berjaga di pintu masuk gedung itu menyapa Sarah dan memberikan salam, namun setelahnya dia bingung saat melihat Sarah tidak membalas sapaannya. Dia berpikir semua itu karena Sarah sedang berbicara dengan seseorang dari earphone.

***

Sarah sudah mengisi perutnya di restoran cepat saji yang dia temukan tidak jauh dari gedung apartement-nya. Dia melihat pesan yang di kirimkan Rangga untuknya lalu dengan sedikit ragu dia memblokir kontak itu.

Dia lalu kembali menaiki lift seorang diri untuk sampai di unit miliknya, Sarah tersenyum saat melewati nomor unit wanita yang ia temui tadi bernama Clara. Kapan-kapan dia akan mampir ke sana, pikirnya.

Suasana apartement yang sepi memudahkan Sarah untuk berkonsentrasi melanjutkan tulisannya, jemarinya mengetik lincah hingga tidak sadar waktu. Sarah mendengar adanya keributan dari luar pintunya, Sarah mengabaikan hal itu dan kembali fokus di depan layar laptop namun sebuah umpatan menganggunya. Terlebih hal itu mengingatkannya pada pertengkaran yang pernah ia alami saat bersama Rangga.

Sarah yang kesal bangkit dari duduknya di sofa ruang tamu itu, dia mengintip dari lubang kecil di pintunya dan melihat ada Pria dan juga wanita yang sedang bertengkar tepat di depan pintu apartement-nya. Pantas saja dia sangat terganggu dengan suara mereka, sumbernya sangat dekat ternyata.

Sarah enggan untuk menegur secara langsung sehingga dia memutuskan untuk menelpon ke nomor yang dia lihat ada di dekat telpon ada tertera list untuk pengaduan. Sarah menelponnya dan memberitahukan apa yang sedang dia alami, Sarah mengatakan dia sangat tidak nyaman. Petugas yang menampung keluhannya pun mengatakan akan langsung ke sana dan mengatasi keluhannya.

Tidak terlalu lama dia mendengar suara itu sudah tidak ada, Sarah merasa tenang sekarang. Ponselnya bergetar dengan nama Dita yang ia lihat, tanpa berpikir panjang dia langsung mengangkat panggilan vidio itu.

"Hei, Lo udah di sana malah gak kasih tau gue ya."

"Hahahaha...sorry Dit. Di sini nyaman banget sih, lo kapan-kapan ke sini deh."

"Ah sial ! nyari dolar dari mana gue. Nyaman gak di sana ? ada masalah gak?" tanya Dita terdengar khawatir.

"Aman kok, tadi gue juga udah sempat kenalan sama tetangga gue namanya Clara. Cantik banget lagi, kemanan gedungnya juga bagus. Ah lo mau lihat pemandangan dari balkon gue gak," ujar Sarah dan memamerkan semua sudut tempat tinggalnya saat ini.

Melihat Sarah yang tersenyum bahagia Dita sebagai sahabat juga turut bahagia, Dita juga mengingatkan Sarah untuk makan dan mengatur pola tidurnya dengan baik. Dita hapal betul sifat Sarah ketika sudah tenggelam dalam dunia fiksi yang ia ciptakan. Biasa akan ada Rangga sebagai pawang yang mengingatkan semua itu kepada Sarah, tapi sekarang pawang Sarah itu sudah pergi.

Dita turut prihatin atas kandasnya hubungan Sarah, tapi daripada bertahan di dalam sangkar yang penuh dengan jarum lebih baik Sarah bebas seperti sekarang. Setelah lama berbincang dengan sahabatnya itu Sarah memutuskan sambungan telpon mengatakan jika Selin menelponnya. Dita mengerti dan dia pun memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya di kafe yang Sarah tinggalkan untuk dia kelola.

Tidak lama Dita melihat Selin datang ke kafe-nya bersama dengan Roby sang suami. Dia teringat kalau Sarah mengatakan Selin menelponnya, lalu kenapa Selin ada di kafe bersama Roby dan tidak terlihat menelpon sama sekali. Apa mungkin maksud Sarah adalah Selin yang lain? tapi mereka tidak pernah memiliki teman selain Selin sahabat mereka ini.

Dita menepis pikirannya tersebut ketika melihat sahabatnya itu sudah dekat dengannya ia tersenyum melihat bumil tersebut, tapi senyumnya ikut hilang ketika dia menyadari ada orang lain di belakang mereka dan orang itu adalah Rangga.

"Kasih tau gue di mana Sarah," kata Rangga membuat Dita ingin sekali menumpahkan saus ke wajah Pria tidak tahu malu ini.

"Hei...hei Bro santai dong," kata Roby menahan tubuh Rangga yang terlihat sangat emosi.

"Dita kasih tau gue di mana Sarah!" bentak Rangga hingga Selin menampar wajah Rangga. Winda yang ada di sana bersama Rangga ikut menjauhkan tubuh Rangga.

"Sakit Lo jadi lakik ya. Mau apa juga Lo nemuin Sarah hah?! kalian udah berpisah dan Lo gak perlu lagi cari-cari dia." Selin tidak terima mengingat setiap air mata yang Sarah keluarkan karena Rangga.

Rangga mengabaikan Selin dan kembali menatap Dita dengan tatapan memohon "Please Dit kasih gue alamat Sarah."

"Gue gak tau! kalau gue tau juga ogah gue kasih sama Lo."

"Sial!" maki Rangga menggebrak meja "Karena mulut kalian yang memfitnah gue tiap harinya yang buat hubungan gue sama Sarah gak sehat lagi. Semua pertengkaran gue dengan Sarah itu terjadi karena kalian pemicunya," ujar Rangga lalu dia pergi dari sana dengan tertatih karena masih belum sempurna untuk berjalan.

Rangga juga sebenarnya belum di perbolehkan untuk pulang dari Rumah Sakit, tetapi dia memaksa. Dia sangat ingin menemui Sarah, dadanya terasa sesak saat mengingat wanita yang ia cintai sudah benar-benar pergi dari dataran yang sama dengannya saat ini.

"Rangga Lo gak boleh kaya gini dong, Lo ngamuk kaya gitu bukannya nyelesain masalah tau gak." Winda memberikan nasehat kepada Rangga sebagai sahabatnya.

"Sarah itu gak pernah hidup sendiri. Pernah saat dia coba kos seorang diri akhirnya dia masuk Rumah Sakit karena asam lambungnya kambuh, dan sekarang dia pergi ke luar negri sendiri, gue yakin pasti dia akan melupakan jam makannya jam tidurnya____," ucapan Rangga terhenti ketika Winda menutup mulut Rangga dengan telapak tangannya.

"Kalian sudah bercerai Ngga, dan lo gak bisa terus mikirin dia. Hidup lo berjalan kini bukan beriringan dengan Sarah lagi, lo harus terima kalau Lo gagal."

Bersambung...

Serius nanya, ada yang nunggu cerita ini update gak sih?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top