2. Setia Itu Tentang Waktu
Tiga tahun berlalu...
Sarah menghembuskan napas lelah dan juga bosan, tidak itu bukan murni yang dia rasakan. Itu hanyalah reaksi yang Sarah tunjukkan karena dia sebenarnya malas melihat semua murid perempuan di sekolah mereka meriakkan nama Rangga di tengah perlombaan basket antar sekolah yang diadakan setiap tahunnya ini. Tahun ini sekolah mereka menjadi tuan rumahnya, dan Sarah sangat mendukung kekasihnya yang menjadi Kapten di tim basket tersebut.
"Rangga...Rangga...Rangga...," suara tim cherleaders tidak mau ketinggalan menyebutkan nama Rangga. Sarah benar-benar ingin kabur saja dari sana daripada dia merasakan cemburu seperti ini. Selin dan Dita sahabatnya tertawa melihat raut wajah kesal Sarah. "Sabar, sebentar lagi kita tamat dari sekolah ini jadi tidak akan ada lagi teriakan-teriakan menyebalkan yang lo denger sekarang." Dita memberi nasehat yang sedikit membantu Sarah untuk mengembalikan moodnya. Sarah kembali tersenyum dan menatap hanya pada satu orang, yaitu Rangga.
Mereka pacaran dari kelas satu SMA semester dua, putus di tahun kedua yang tepatnya saat itu hubungan mereka sudah masuk satu tahun lebih dua bulan. Kata Rangga karena jenuh, dia memutuskan Sarah. Rangga dekat dengan adik kelas, tapi ujung-ujungnya tanpa Sarah duga Pria itu kembali memintanya menjadi kekasih Rangga. Sarah yang juga belum bisa menjatuhkan hati pada orang lain akhirnya menerima Rangga dan mereka bersama hingga saat ini, tahun terakhir mereka berada di sekolah yang memberikan Sarah seorang malaikat baru untuk melindunginya, yaitu Rangga. Kekasihnya itu memang selalu ada dan bisa dia andalkan.
Terutama dalam menjaga Sarah. Tidak perduli badai hujan, Rangga akan mengantarkan Sarah sampai rumah tanpa kurang satu apapun. Saat Sarah sakit, Rangga akan mencatat pelajaran Sarah agar kekasihnya itu tidak ketinggalan pelajaran. Bisa saja Sarah yang mengerjakan, tapi Rangga menolak karena alasan Sarah harus istirahat biar bisa sembuh dan makan bakso bersamanya.
Bagi teman-teman mereka Sarah dan Rangga sangat cocok, karena Sarah adalah siswi yang pintar dan cantik sedangkan Rangga siswa tampan dan seorang kapten tim basket sekolah. Itu bagi orang yang melihat mereka berdua, tidak untuk Sarah. Baginya dia hanya wanita biasa, sementara Rangga terus dikelilingi dengan murid perempuan yang menyukainya, tidak hanya disekolah, tapi juga diluar lingkungan sekolah mereka Rangga sangat terkenal. Menjadikan Sarah tidak percaya diri.
"Rangga I love you," teriak seorang murid perempuan sekolah lain yang membuat Sarah tercengang sementara Rangga yang mendengar itu menatap kearah penonton wanita tersebut dan tersenyum. "Oh my god, guys...dia senyum sama gue." Sarah yang melihat serta mendengar semua itu memasang wajah dingin. Dia menatap Rangga yang kini kembali fokus ke pertandingan.
Ajang tahunan itu akhirnya berakhir, ditutup dengan tim Rangga, Tomi, Fajar dan lainnya membawa pulang piala tahunan yang belum bisa diambil alih oleh sekolah lain. Rangga melihat kebangku penonton tidak melihat adanya Sarah, lalu dia berlari kecil menghampiri Selin dan juga Dita. "Loh...Sarah mana?" tanya Rangga kemudian dia melihat Selin menunjuk ruang perpustakaan. "Oke, gue susul dia." Saat Rangga melihat ke perpustakaan Sarah sudah tidak ada, dia mencoba menelpon kekasihnya itu dan tidak ada jawaban.
"Sarah marah kali sama lo karena perempuan yang kecentilan tadi," kata Winda yang kini sudah bersama Rangga di parkiran sekolah. Rangga masih berpikir kemudian datang tiga orang wanita yang terlihat sekali suka dengan Rangga. "Kak Rangga boleh minta nomor telponnya gak?" tanya perempuan yang tadi berteriak mencintai Rangga.
Selin dan Dita memantau Rangga dari tempat yang tidak dapat Pria itu lihat. Dalam hati mereka akan memberitahu Sarah jika sampai Rangga macam-macam. "Buat apa nomor gue?" tanya Rangga kemudian dia mengambil helm terlihat bersiap untuk pergi. Winda bersama dengan Tomi dan Fajar tertawa puas, Rangga menghidupkan mesin motornya.
"Udah kalian gak usah mepetin Rangga. Dia ini sudah punya calon istri," kata Tomi tidak mengada-ngada. Rangga memang selalu berkata Sarah adalah calon istrinya. Tidak lama setelah Tomi berkata seperti itu mereka terkejut dengan kehadiran Sarah, Rangga juga terkejut dia pikir Sarah sudah pulang ke rumah karena marah seperti yang Winda katakan.
"Sarah, aku pikir kamu udah pulang ke rumah."
"Enggak kok! aku habis antar buku ke perpustakaan. Kamu mau pulang?" tanya Sarah dan Rangga langsung memberikan satu lagi helm-nya yang selalu dia bawa untuk sang kekasih.
"Kita makan bakso kesukaan kamu dulu sebelum pulang ya," ajak Rangga kepada Sarah dihadapan ketiga perempuan yang meminta nomor ponsel tadi. Pias, itulah yang Sarah lihat dari wajah ketiga wanita tersebut.
***
Bakso didekat taman kota, yang jaraknya hanya lima belas menit dari sekolah mereka itu menjadi tempat kencan favorit Sarah serta Rangga jika jam sekolah usai.
Rangga menyentuh lembut puncak kepala Sarah saat wanita itu memakan bakso dengan sangat lahap. "Kenapa?" tanya Sarah merasa tatapan teduh Rangga padanya saat ini terlihat menyimpan sesuatu.
"Terima kasih ya, kamu sudah mau sampai saat ini bersamaku. Kamu satu-satunya perempuan yang gak memandang aku dari luar saja."
"Siapa bilang?" tanya Sarah sambil kini dia meminum es jeruk yang dia pesan. "Kalau kamu gak ganteng gini juga aku gak mau terima kamu dulu." Rangga mencubit gemas pipi tembam Sarah.
"Jadi kalau aku burik kamu gak mau gitu?"
"Iyalah, rugi banget aku yang cantik ini dapat cowok jelek." Rangga tertawa begitu juga Sarah. Dia tahu semua kisah cinta mustahil tidak melihat paras lebih dulu, hanya saja hubungan mereka bertahan sudah pasti bukan karena sekedar memandang paras dari luar saja. Karena faktanya di luaran sana masih banyak wanita yang lebih cantik dari Sarah, banyak Pria yang lebih tampan darinya.
Bagi Rangga, Sarah adalah sosok yang mengerti betapa dia egois jika sudah menginginkan sesuatu. Rangga juga sangat cuek dalam beberapa waktu, dia mudah bosan, hingga sering kali mengabaikan Sarah. Namun, yang pasti Rangga mencintai Sarah dan dia yakin kekasihnya saat ini adalah wanita yang tepat untuknya.
Pernah satu kejadian manis ketika Rangga dihukum oleh guru matematika, saat itu Rangga lupa mengumpulkan tugasnya dan ketika di tanya Rangga malah dengan santai menjawab lupa. Akibatnya Rangga dihukum keluar kelas, berdiri menghadap tiang bendera dengan posisi hormat. Sarah yang melihat itu ikut bersamanya. Saat Rangga tanya kenapa Sarah di sana, Sarah dengan santai menjawab karena Rangga pernah berkata jika waktu akan sangat indah dan tidak membosankan jika dia lewati bersama Sarah.
Rangga menyuruh Sarah kembali ke kelasnya tapi Sarah tidak mau, dengan keras kepala Sarah berkata jika saat tersulit pun mereka tetap harus bersama melewatinya. Akhirnya Rangga melewati hukuman itu bersama dengan Sarah yang menemaninya, bercerita banyak hal sampai waktu berlalu tidak terasa. Sarah adalah cinta pertama Rangga, dan mereka bertemu di SMA.
Pernah putus dengan Sarah dia dekat dengan beberapa perempuan lain. Semua memaksanya untuk jadi sosok lain. Tidak salah jika sedari awal Rangga sudah jatuh hati kepada Sarah. "Kamu udah tau mau lanjut kuliah di mana?" tanya Sarah kepada Rangga yang masih fokus dengan pemikirannya sendiri.
Rangga menghembuskan napas ketika mendengar pertanyaan ini, sebenarnya dia sudah tahu dari dulu mau melanjutkan kuliah dimana. Dia juga sudah mendaftar dan tinggal menunggu waktu pengumuman saja. Ujian akhir semester sudah mereka lewati, Sarah sudah jelas ingin melanjutkan ke fakultas Sastra Indonesia karena minat Sarah yang suka dengan menulis cerpen serta puisi, buku baik fiksi dan non fiksi Sarah menyukainya.
"Rangga kita tinggal tunggu pengumuman lulus sekolah loh ini, masa kamu belum tahu mau lanjut kuliah dimana." Sarah menasehati dan Rangga rasa ini saatnya dia memberitahu kepada Sarah tentang rencananya.
"Sarah," kata Rangga takut jika Sarah tidak setuju dengan apa yang dia sampaikan. "Aku ingin melanjutkan pendidikan ke Australia. Aku ingin menjadi seorang Dokter." Sarah diam, dia tentu sangat terkejut. Bukan tentang Rangga yang ingin menjadi Dokter, tapi tempat di mana kekasihnya ingin menimba ilmu.
"Bagus kalau begitu," jawab Sarah pada akhirnya. Rangga kemudian memeluk Sarah, di dalam hati Sarah hanya berpura-pura terlihat baik. Impian Rangga adalah tujuan yang sangat berarti untuk masa depan Pria yang dia cintai saat ini, tidak mungkin juga jika dia menyatakan keberatan. Mereka masih sangat muda, tidak ada hak Sarah melarangnya pergi.
"Aku pikir kamu akan berkata keberatan karena aku pergi terlalu jauh darimu."
"Tidak. Meski aku berpikir seperti itu, tapi impian mu adalah hal yang terpenting juga untukku. Hanya saja aku pikir kamu akan mengambil jurusan bisnis karena ingin seperti Om Adinata.
Ya, setelah satu tahun berpacaran dengan Rangga. Sarah tahu kalau ternyata orang tua Rangga adalah pengusaha yang cukup terkenal sukses di Indonesia, dan Rangga adalah anak satu-satunya. "Papa juga ingin aku seperti dia, tapi aku ingin menjadi Dokter setelah melihat banyaknya orang-orang tidak mampu berobat karena kondisi keuangan mereka."
"Kamu akan setia menunggu aku, kan?"
"Iya, aku usahakan."
Rangga masam mendengar jawaban itu, sementara Sarah tertawa. "Jangan cemberut sayang. Harusnya aku yang bilang seperti itu sama kamu."
"Kenapa begitu?"
"Sudahlah tidak usah dibahas lagi, ayo pulang sudah mau maghrib."
~Setia hanya mampu dijawab dengan waktu, bukan janji seseorang.
Bersambung...
Yuhuu....komentarnya aku tunggu ya 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top