11. Pertanyaan

"Happy birthday to you...Happy birthday to you, happy birthday .... happy birthday...Happy birthday to you....," suara banyak orang datang ke tempat Angga sedang bermain bulu tangkis.

Angga terkejut namun dia tetap tersenyum bahagia kala beberapa temannya dan salah seorang wanita yang dia kenal dekat beberapa bulan ini memberikan dia kejutan.

"Happy birthday Dok, makin ganteng dan makin sayang sama aku ya," katanya membuat ku tertawa lepas lalu memeluknya.

Saat aku mengambil pisau kue yang dipegang salah satu teman dapat ku lihat seorang wanita tengah menatap nanar ke arah ku.

"Sarah," gumam ku dan langsung ingin mengejarnya. Karena aku tahu ini akan menjadi suatu bom yang siap meledak disaat hubungan kami sedang tidak baik-baik saja seperti sekarang.

Sarah menunggu ku mendekat ternyata, dia tidak lari seperti pikiranku. Ditangannya sudah ada kotak kue yang belum dia buka, lalu aku melihat kedua anak-anak ku yang dijaga oleh Ibu mertuaku tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Sarah aku bisa jelaskan ini___,"

"Kita pulang saja, jelaskan dirumah." Aku mendengar suaranya yang bergetar.

"Baiklah," kataku mengikuti apa maunya. Dan ku pikir itu lebih baik daripada harus berbicara di tempat umum seperti ini.

"Aku minta ponsel kamu." Sarah meminta ponselku yang langsung aku berikan. Dan aku pun tahu saat itu juga, dia akan semakin salah paham.

*****

Angga menarik napasnya setiap mengingat penggalan masalahnya dan Sarah. Dia lalu kembali merapikan meja ruangannya, pintu di ketuk lalu terlihatlah seorang pria rekan dokter Angga berada di sana.

"Loe yakin mau keluar dari rumah sakit ?"

"Iya," jawab Angga membuat Tomi murung. "Bokap gue minta gue fokus urus perusahaan, jadi ya gue harus berhenti jadi dokter." Angga mencoba santai tapi Tomi yang sudah lama menjadi sahabat Angga tahu hal yang sebenarnya.

"Loe masih cinta banget kan sama Sarah ?" Angga lalu mengambil bingkai yang ada di meja kerjanya itu untuk dia masukkan kedalam box yang akan dia bawa.
Itu adalah foto pernikahannya dan Sarah.

"Loe udah tau jawabannya Tom."

"Harusnya loe gak main-main dengan cewe centil itu, kaya gini kan akibatnya."

"Udah Tom, loe udah sering bilang kaya gitu."

"Gue mau tanya, kaya mana semisal loe dapat kabar nih mantan istri loe bakal nikah lagi sama orang lain ? Loe bakal gimana ?"

"Mendo'a kan yang terbaik buat dia."

"Yakin ya Ga," ujar Tomi memancing Angga namun yang terjadi hanya anggukan kecil dari Angga yang dapat Tomi lihat.

***

Sarah sedang duduk di ruang tamu rumah lamanya dengan orang yang akan membeli mobil, setelah deal dengan harga akhirnya Sarah memberikan semua surat-surat mobil yang sudah lama menemani perjalanannya.
Salsa dan Raga, kedua anak itu melihat penuh pertanyaan ketika pembeli mobil membawa mobil mama mereka.

Mereka berdua kini menatap Sarah yang menuju dapur, Sarah akan melakukan kegiatannya menyusun menu untuk cafe yang akan dia buka bersama Dita.
"Ma kenapa mobil mama dibawa pergi?" tanya Raga yang tidak lepas menatap Sarah membuatnya terpaksa berhenti dengan kegiatannya dan mengusap rambut Raga dengan sayang.

"Raga dan Salsa pernah ke kafe kan?" tanya Sarah membuat kedua anaknya itu bingung kenapa Sarah bertanya seperti itu.
"Mama dan tante Dita mau membuka kafe jadi mama butuh uang untuk membuka usaha mama itu, nanti kalau sudah ada uang lagi mama bakal beli lagi mobil yang baru."

Raga dan Salsa tersenyum lebar, memikirkan mama mereka akan memiliki kafe membuat mereka berpikir akan sangat enak bisa makan dan minum di kafe setiap hari.
"Nanti Salsa dan Raga boleh main di kafe tiap hari ma?" tanya Salsa dan Sarah mengangguk.

"Wah... asik," seru kedua anak itu lalu berlari mencari keberadaan nenek mereka.

Sarah menggelengkan kepala lalu melanjutkan menyusun menu, untuk awal mula membuka kafe ini Sarah hanya menerima 5 orang dulu 3 orang di dapur untuk membantunya memasak sekaligus Sarah akan mengajarkan mereka memasak setiap menu yang ada dan dua orangnya akan menjadi pelayan. Jika bulan depan sudah ramai baru Sarah akan menambah pegawainya.

Disaat Sarah tengah asik memotret hasil masakan yang akan di pajang di menu kafe ponselnya berdering.
Nama Angga ada di sana membuat Sarah sedikit kesal.
"Ya," jawab Sarah singkat.

"Anak-anak mana? Aku mau ke rumah."

"Mereka ada, tapi sebaiknya kamu gak kesini sekarang."

"Kenapa? Aku gak perlu waktu yang kamu atur untuk bisa ketemu anak-anak ku Sarah."
Sarah mengumpat dalam hati mendengar jawaban Angga itu.

"Aku bukan mau ngatur atau membatasi, hanya saja mereka juga harus terbiasa dengan keadaan saat ini."

"Bukan mereka yang harus terbiasa, kamu yang buat keputusan jadi jangan bawa anak-anak."

"Terserah kamu saja!" Sarah langsung mematikan panggilan telpon itu. Dia benar-benar muak berbicara dengan Angga, pria itu benar-benar menjadi orang yang tidak dia kenal lagi.

Sarah sangat malas untuk melihat wajah Angga di sekitarnya, rasanya dia ingin pergi dari rumah saat ini namun pekerjaannya saat ini tidak bisa dia tinggalkan.
Untungnya ada pesan dari Selin kalau dia akan datang ke rumah bersama Roby.
Selin dan Roby adalah sahabat Sarah, mereka sudah berteman sedari SMP begitu juga dengan Dita.

Tak lama Sarah bisa mendengar suara mobil dia tahu itu adalah mobil Angga, Sarah malas untuk melihatnya sehingga dia diam saja di dapur melanjutkan untuk mengambil foto.
Salsa dan Raga berlari dari dalam kamar mereka menyambut Angga, dibelakang mereka Fatma mengikuti kedua anak itu.

Angga menyalami Fatma lalu menggendong dua buah hatinya ke ruang keluarga.
Angga membawakan kedua anaknya mainan dan juga banyak makanan, tidak sedikit pun Sarah ingin tahu apa yang dilakukan oleh Angga dan anak-anaknya.

Fatma ke dapur untuk mengambilkan Angga minuman, ibunya itu melihat Sarah yang sibuk dengan pekerjaannya dan tidak memperdulikan Angga.
Fatma berharap apa yang terjadi kepada pernikahan Sarah adalah mimpi buruk untuknya.
"Sarah kakak mu Fara mengatakan dia akan ke sini besok," ucap Fatma dan Sarah tersenyum.

"Nanti ibu telpon Sarah saja ya kalau kak Fara udah di rumah, soalnya besok Sarah ada pekerjaan dengan Dita dan harus pergi pagi-pagi sekali."

Fatma mengangguk lalu mereka terkejut karena Angga sudah berada di dapur.
"Loh Angga ini ibu mau ambilkan minuman," kata Fatma namun Sarah hanya pergi begitu saja dari sana.

"Tidak ada apa-apa bu, saya mau mengambilkan minum untuk Salsa." Lalu perhatian Angga ke Sarah yang pergi dari sana. Dia pun membuka suara menahan langkah Sarah "Sar itu aku bawa martabak yang biasa kamu suka." Sarah hanya berdecih pelan dia tidak bermaksud agar Angga mendengarnya namun Fatma dan Angga bisa melihat reaksi yang dia berikan. Sarah tidak menjawab dia hanya diam dan pergi begitu saja.

Fatma menepuk pundak Angga "Kamu terlambatmenyadari luka yang istri kamu rasakan Angga, tidak ada gunanya memperbaiki inisekarang. Kalian sudah bercerai," ucap Fatma menyadarkan Angga padakenyataan yang sebenarnya tidak ingin dia terima. 

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top