CIEK
Gisel selalu merasa lelah.
Bukan hanya tubuhnya, tapi juga hatinya yang tak pernah bisa melupakan bajingan Rayyan Waffi.
Bertahun-tahun Gisel mencintai, menyerahkan hati dan tubuhnya tanpa mengharapkan balasan apapun.
Lalu apa yang didapat olehnya?
Bajingan itu pergi dan lenyap. Lalu saat mereka bertemu lagi ternyata dia sudah menikah dan punya anak.
Dan yang paling membuat hati Gisel hancur berkeping-keping adalah saat Rayyan ternyata tidak pernah mengingatnya, baik wajah ataupun namanya.
SIALAN!!
MATI SAJA KAU RAYYAN WAFI!!
itulah yang selalu Gisel jeritkan di hatinya saat bayangan Rayyan muncul.
Kenapa perempuan secantik dan semapan dirinya bisa punya kisah Cinta yang semerana ini?
Selama sepuluh tahun dia hanya mencintai satu pria yang dulu selalu saja menyebutnya dengan panggilan Soha saat mereka bercinta.
Rayyan bangsat!!
Gisel mengusap pelipisnya.
Pasien terakhir baru saja meninggalkan ruangannya.
Dan kini dia bisa duduk dengan posisi yang dia mau atau berbaring sekejap diatas ranjang periksa hanya untuk meluruskan pinggangnya.
Sebagai dokter SpOG, Gisel akui dia sangat menyukai pekerjaannya. Gisel menikmati saat telinganya menangkap detak jantung janin yang masih berkembang ataupun ketika para calon orangtua yang menangis dan tertawa saat melihat melihat anak mereka di dalam kandungan.
Tapi sayang sekali, diumurnya yang ke tiga puluh satu, Gisel belum menemukan sosok yang bisa membuatnya move on dari si kurang ajar itu.
Sosok yang membuat Gisel ingin punya anak dari pria tersebut.
Terkadang Gisel marah dan benci pada para pasiennya yang terlihat sangat beruntung karena dicintai oleh pria-pria mapan dan tampan dan yang terpenting terlihat sangat Setia, seperti
Jadi setelah bekerja seharian satu-satunya cara bagi Gisel untuk melupakan rasa kecewanya adalah menikmati kesendiriannya dan menunjukkan pada dunia kalau dia singel dan dia bahagia.
Gisel menghabiskan waktu dimalam hari dengan bersenang-senang, baik sendirian ataupun bersama teman-teman yang hanya akrab di mulut saja.
Gisel minum dan terkadang kalau dia suka, maka dia akan melakukan one night stand. Prinsip Gisel dalam hal ini adalah datang, temukan dan nikmati lalu tinggalkan.
Gisel tak pernah bersikap ceroboh dan dia selalu berpikir dengan akal sehat. Jadi kalau merasa dirinya terlalu mabuk, Gisel memilih pulang atau menginap di hotel terdekat atau kamar yang disediakan oleh club yang dikunjunginya.
Malam ini Adalah malam minggu, besok Gisel akan senggang seharian jadi dia bebas mau pulang jam berapa dari club.
Setiap hatinya mengingat sosok Rayyan Wafi, maka Gisel akan menjadi perempuan liar yang tak tahu norma dan aturan.
Si brengsek itu benar-benar menghancurkan sisi baik dan alim Gisel sebagai seorang wanita terpelajar..
"Sialan kau Rayyan. Kenapa aku harus bertemu dengamu?"
Desis Gisel sambil merapikan barang-barangnya ke dalam tas.
Membayangkan Rayyan yang begitu mencintai Soha, Gisel tahu kalau harapannya untuk balas dicintai oleh Rayyan sudah punah dari zaman dinosaurus.
Mata Gisel berkaca, kenapa dia begitu susah melupakan Rayyan.
Si setan yang merubah Gisel jadi jalang menyedihkan sudah tobat dan berbahagia tapi kapan Gisel akan bahagia. Kalau bahagia, Gisel tahu dia akan berhenti jadi jalang.
Gisel menghapus airmatanya yang kembali menetes hanya dan Karena sosok Rayyan wafi.
Gisel sudah lelah dengan perasaannya yang dinilai sakit oleh dirinya sendiri.
Gisel sadar, kalau dia tidak bisa melupakan Rayyan, maka seumur hidup dia tidak akan bahagia.
Gisel keluar dari ruangnya,menunduk pura-pura memeriksa isi tasnya agar tak ada yang melihat kalau matanya merah dan basah.
Gisel tidak membalas sapaan, biar saja dia dinilai sombong asal jangan dianggap lemah.
Gisel yang bodoh juga selalu melewati rute yang sama, meski jarak yang ditempuhanya jadi lebih panjang, dia selalu pulang dengan melewati rumah Rayyan Wafi.
Gisel berharap, walau hanya sekilas dia akan melihat Rayyan.
Terkadang keinginannya terkabul tapi disertai dengan rasa sakit yang tak tertahankan, karena Rayyan yang Gisel lihat pasti sedang memeluk Soha atau sedang bermain bersama anak-anaknya.
Dan itulah yang Gisel lihat kali ini, si bajingan itu sedang mencium istrinya di hadapan anak-anak yang sedang melompat-lompat kegirangan.
Gisel sempat berpikir untuk menabrakan mobilnya ke pagar rumah Rayyan. Tapi dia takut dialah yang mati sedangkan si Rayyan tetap sehat dan bahagia, mengingat bentuk pagar Rayyan yang tinggi dan kokoh.
Jadi akhirnya yang Gisel lakukan adalah menekan gas dalam-dalam dan meluncur seperti angin meninggalkan Rayyan dan kebahagiaannya.
Gisel sampai di rumahnya yang mungil dan terletak di perbukitan, lebih cepat dari biasanya.
Di dalam rumahnya, Gisel berteriak kuat melepaskan sumpalan yang menyesak di dadanya.
Gisel menim segelas air putih, berputar dalam rumahnya yang kecil. Rumah yang selalu dibilang terlalu kecil dan jelek oleh sebagian kenalannya.
Tapi Gisel suka rumah ini. Dia bisa saja membeli rumah yang besar.
Selain karena pekerjaannya, uang warisan dari orangtuanya bahkan bisa Gisel nikmati tiga turunan tanpa perlu berkerja.
Nanti, jika Gisel sudah menemukan pengganti Rayyan di hatinya dan memiliki keluarga sendiri mungkin Gisel akan membeli rumah yang lebih Besar.
Tapi entah kapan itu akan terlaksana.
Gisel menghempaskan badannya, rebah diatas sofa yang jarang digunakan untuk duduk olehnya karena Gisel lebih suka berbaring di sana.
Gisel memejamkan mata, dan wajah Rayyan yang sedang bercinta dengannya dulu, langsung muncul.
Gisel membuka mata dan melompat berdiri.
Nafasnya sesak.
Penyakitnya makin parah saja!!
Tidak perlu membuang waktu lagi, Gisel harus mencari pengalih pikiran.
Atau Gisel yang tidak pernah masturbasi seumur hidupnya akan memulainya hari ini.
Gisel berlari ke kamar sambil membuka pakaiannya yang berceceran di sepanjang jalan.
Masuk ke kamar mandi dan langsung berdiri di bawah Shower.
Setengah jam kemudian, Gisel yang cantik bak bidadari dan terlihat menggoda sudah meluncur dengan mobilnya menuju salah satu club ternama yang menjadi langganannya.
Turun dari mobil gisel langsung mencari kartu member untuk ditunjukan pada penjaga.
Kening Gisel berkerut, pria tinggi besar ini bukanlah penjaga yang biasa.
Gisel tahu pria ini, namanya Mars.
Mars adalah tangan kanan pemilik Club yang seorang mafia terkenal.
Dan Gisel tidak suka dengan Mars.
Pria itu pendiam dan tatapannya tajam.
Apalagi kalau dia anak buah seorang mafia, berarti dia juga mafia. Atau yakuza atau gangster atau apapun namanya.
Lihat saja codet di pipinya. Itu pasti didapat akibat dari pekerjaanya.
Gisel sudah beberapa kali melihat Mars menghentikan perkelahian. Pukulan langsung membuat KO dan tanpa Ampun Mars akan menyeret mereka keluar dengan wajah dingin yang tak berubah meski dia sudah membuat semua orang ketakutan.
Dan yang paling membuat Gisel tak suka adalah kalau kenyataan Mars selalu memperhatikannya.
Gisel sadar dia cantik dan seksi tapi biasanya para pria yang sedang menatapnya akan berpaling jika melihat Gisel tidak yang sedang tidak ingin digangu jadi tidak menanggapi respon yang mereka lemparkan dan Gisel balas melotot pada mereka.
Berbeda dengan Mars yang justru tersenyum meremehkan saat Gisel melotot padanya.
Seolah Gisel hanyalah seekor cacing.
Gisel juga tidak suka dengan gaya Mars yang sok jadi pahlawan.
Beberapa kali Mars berusaha menyingkirkan laki-laki mabuk yang nekat ingin berkenalan dengan Gisel.
Yang membuat Gisel tak senang adalah cara Mars melakukannya.
Mars tidak mau repot-repot bertanya pada Gisel. Dia memutuskan sendiri siapa yang harus disingkirkan atau siapa yang harus dibiarkan.
Dan anehnya Mars seolah tahu mana yang membuat Gisel tertarik atau mana yang membuatnya muak.
Mars memang tidak selalu hadir di club ini.
Dia pasti sibuk memantau club yang berbeda setiap malam. Dan sialnya setiap dia ada di club Gisel selalu merasa risih dan tak nyaman seolah Mars sedang mengamatinya.
Andaikan malam ini Gisel tak sedang patah hati untuk keseribu kalinya, Gisel mungkin akan berbalik daripada berinteraksi secara langsung dengan Mars.
Kenapa Mars berdiri di sana tepat saat Gisel sampai. Seoalah dia sedang menunggu Gisel.
Meski gelap, Gisel bisa melihat kalau Mars melihat kedatangannya dan tatapan Mara yang tajam dan mengerikan kini hanya tertuju pada Gisel.
Gisel merasa kalau dalam pikiran Mars, dia sedang menelanjangi Gisel.
Gisel mulai merasa risih dan menyesal memilih baju yang dianggapnya paling seksi diantara koleksi pakaiannya.
Soalnya kan Gisel sedang ingin berburu kenikmatan untuk melupakan Rayyan.
Gisel ingin bercinta sekuat yang dia bisa dengan sebanyak pria berbeda yang bisa digaetnya malam ini.
Ah,, itulah enaknya jadi dokter kandungan. Gisel tak perlu mencemaskan akibat dari sikap jalangnya yang kambuh-kambuhan.
Akhirnya setelah menghembuskan nafas, Gisel memantapkan Diri, melangkah mendekati Mars dan menunjukkan kartu keanggotaannya.
Mars mengamati setiap ayunan langkah Gisel. Diambilnya kartu platinum yang Gisel sodorkan, membaca dengan detail seolah Gisel orang yang tak pernah dilihatnya di club ini dan patut dicurigai.
Inilah yang membuat Gisel marah pada Mars yang selalu terkesan meremehkan dan merendahkan Gisel.
"Jadi, apa aku boleh masuk atau kau akan membiarkanku berdiri semalaman di luar?"
Ketus Gisel yang langsung memeluk dirinya akibat rasa dingin yang tiba-tiba berhembus begitu Mars menatapnya.
Mars menyerahkan kartu Gisel. Dengan agak kasar Gisel merampas kartunya kembali dan dengan canggung memasukan kedalam tasnya.
Mars bergeser seolah sedang memberi Gisel jalan.
"Tentu saja kau boleh masuk. Kau tamu istimewa"
Kata Mars.
Gisel merinding..
Ya Tuhan., dia belum pernah mendengar suara seorang pria seseksi dan semenggoda ini.
Meski wajah Mars membuat wanita berpikir untuk mendekat tapi suara Mars pasti membuat semua wanita tertarik tak terkecuali Gisel yang terpana.
"Jadi apa kau berubah pikiran?"
Tanya Mars pada Gisel yang masih berdiri di tempatnya.
Gisel cepat-cepat mengangguk.
"Tentu saja"
Ketuanya yang sebenarnya tak berniat bicara sekasar itu.
Alis Mars terangkat dan dia memberi isyarat agar GISEL melewati jalan di depannya.
Gisel bergegas melangkah, tapi jalan yang Mars berikan terlalu sempit dan Mars sepertinya tidak berniat bergeser untuk melapangkan jalan Gisel.
Mars seakan sedang menantang keberanian Gisel.
Dan Gisel yang geram memilih tetap berjalan.
Gisel memiringkan tubuhnya dan berjalan melewati Mars. Mars
Menunduk dengan senyum tipis di bibirnya, mengamati Gisel yang terlihat marah.
Akibat jalan yang terlalu sempit, maka Sialnya payudara Gisel jadi menyapu dada Mars yang dibalut jaket kulit hitam.
Darah Gisel berdesir dan payudaranya langsung merespon. Puting Gisel berdiri dan Mars yang sadar dengan reaksi tubuh Gisel, langsung mengangkat sebelah alisnya untuk mengejek.
"Sangat sensitif"
Gumannya dengan suara yang seksi dan menggoda.
Gisel yang sudah melewati Mars, terdiam sejenak sebelum kembali melangkah dan berusaha mengabaikan kata-kata Mars yang cabul.
"Malam ini Mau mencobanya denganku?"
Ucap Mars pada Gisel yang sudah mulai menjauh.
Untuk sejenak Gisel kembali terdiam. Lalu dia berbalik dan mendekati Mars.
"Simpan saja pikiran jorokmu itu, karena sampai kapanpun Aku tidak akan pernah mau tidur dengan pria kurang ajar dan tak sopan sepertimu"
Desis Gisel.
Bukanya tersinggung Mars malah tertawa.
"Baiklah, kau menantangku. Dan aku akan mendapatkanmu dengan sukarela sebelum malam ini berakhir"
Gisel ternganga mendengar kata-kata Mars.
"Beraninya kau.. "
Makian Gisel dipotong Mars.
"Jangan terlalu mabuk malam ini karena aku tak mau kau beralasan kalau kau mabuk hingga aku bisa menidurimu"
Kata Mars dengan ketenangannya yang mematikan seluruh jawaban yang siap Gisel luncurkan dari bibir merah menyapanya.
Setelah bicara seperti itu, Mars berbalik dan meninggalkan Gisel yang masih berusaha mengendalikan dirinya agar tak mengamuk dan menjambak rambut Mars.
**************
(13102018) PYK.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top