Nadira Maharani Sutanto

"Ada perlu apa lagi, Om? Kalo Om nggak ngomong-ngomong, mendingan aku pamit duluan. Aku di sini bukan untuk liatin orang bengong. Buang-buang waktu."

Aku tahu kebahagiaan yang kurasakan saat itu bersifat semu. Masa depan yang dijanjikannya juga hanya wacana. Di matanya, aku hanyalah seorang bocah. Bocah yang selalu bermimpi bisa menjadi wanita dewasa yang hampir nyaris sempurna.

Apa sih sebenarnya yang ada di otakku sampai aku menerima ajakkannya untuk bertemu?

Dan sekarang... Aku hanya disuguhi pemandangan dirinya yang hanya bisa terdiam...mengagumi keindahanku, mungkin.

"Aku pamit aja deh, Om. Dari tadi aku nungguin Om ngomong, tapi nggak ngomong-ngomong. Udah berapa menit coba kita kayak begini? Kita kan nggak lagi lomba tatap-tatapan ampe meleleh, kan?"

Lo mau ngomong nggak sih? Nyebelin banget.

Laki-laki yang ada di hadapanku ini akhirnya mengeluarkan suara. Suara yang pernah menemaniku bertelepon ria berjam-jam lamanya, saat itu.

"Aku kangen kamu, Nadira."

Ayo, Dira. Lo bisa.

"Ngaco. Udah ya, Om. Aku pamit. Aku udah nggak ada waktu untuk hal-hal kayak begini. Permisi."

Eh, tangan gue kenapa ditarik?

"Please, Dira. Aku tau aku salah. Sangat salah."

Astaga jantan, kemana aja selama ini? Bukannya lebih bahagia sama dia?

"Dan aku lebih salah salah salah berkali-kali lipat salah karena pernah mencintai Om."

Makan tuh kangen!

Aku keren. Aku tahu itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top