4. Empat
Raka menatap refleksi bayangan dirinya di cermin sambil melipat lengan panjang kemeja hitamnya. Malam ini, ia akan kembali ke tempat permainannya dulu. Drag racing. Jika bukan karena tugas dan juga karena wanita tercintanya, ia tak akan mungkin kembali ke ajang gila itu. Bukan karena balapan liarnya, tetapi karena kaum hawanya. Tingkah laku mereka membuatnya bergidik geli dan risih. Raka pun mengakui bahwa kebanyakan dari mereka adalah wanita cantik. Karena mereka semua adalah kaum borjuis yang akan selalu mempertahankan kecantikannya.
Mendengar kata borjuis terkadang membuat Raka kesal. Bukan menyesal dilahirkan dari kalangan berada. Namun semua harta yang dimilikinya itu terkadang membuat dirinya lelah hati. Banyak kaum hawa yang berlomba-lomba memikat hatinya. Dengan ketampanan dan juga harta yang dimilikinya, siapa yang tak akan melirik seorang Raka Bagaskara. Namun hatinya sudah tergembok rapat-rapat sejak beberapa tahun yang lalu. Mungkin dirinya gila, karena jatuh cinta hanya dengan melihat fotonya saja. Tapi jika berbicara soal cinta, lima huruf sakral itu tak akan pernah habis untuk dibahas. Sangat susah jika ia harus menjelaskan, bagaimana dirinya bisa mencintai sesosok wanita cantik hanya dari sebuah gambar.
Illyana Cinta Pradipta. Wanita yang sudah mengisi seluruh hati Raka saat ini. Ralat, wanita cantik yang sudah memporak porandakan jiwanya beberapa tahun terakhir. Namun, baru kali ini ia mulai mendekati wanita cantik itu. Tentunya ia sudah mengetahui dengan pasti siapa Cinta yang sebenarnya dan bagaimana keluarganya. Semua berawal saat Ayah Cinta menceritakan putri semata wayangnya kepada Raka. Dan entah mengapa, Ayah Cinta ingin menjodohkan Raka dengan putrinya. Raka pun dengan senang hati menerimanya.
Raka dan Ayah Cinta berteman baik. Ia menganggap Ayah Cinta seperti ayahnya sendiri. Pekerjaan Ayah Cinta sebagai seorang hakim yang mempertemukan mereka. Ayah Cinta adalah salah satu sosok yang Raka banggakan setelah orang tuanya. Beliau adalah seorang hakim yang jujur dan bijaksana. Setiap mereka bertemu, dia selalu menceritakan putri cantiknya itu kepada Raka. Namun Raka sama sekali tak pernah bertemu dengan Cinta dan bundanya selama ini. Ia hanya mengetahui mereka dari foto keluarga yang terpampang di dinding ruang kerja Ayah Cinta.
Kematian Ayah Cinta dua tahun yang lalu, membuat Raka berkutat kembali untuk membuka masa lalu yang sebenarnya tak bisa dilupakannya hingga detik ini. Terlebih pesan Ayah Cinta kepadanya sebelum meninggal. Entah angin apa yang membuat bibir Ayah Cinta mengucapkan kalimat itu. Meminta dirinya untuk menjaga putrinya dan juga istri tercintanya. Raka hanya bisa terdiam kala itu. Dan beberapa hari kemudian, ia pun mendengar kabar duka tentang sosok yang dikaguminya itu.
Kematian Ayah Cinta mungkin terlihat seperti kecelakaan biasa, tapi tidak untuk Raka. Tanda seperti tato yang berada pada dada sebelah kanan Ayah Cinta saat meninggal, membuat luka lama Raka terbuka kembali. Tanda itu sama seperti tanda yang ditemukannya di tubuh adiknya saat meninggal. Dan saat ini, keinginan Raka hanya satu, menangkap dan menghukum para pembunuh itu dengan tangannya sendiri.
Dengan langkah besarnnya, Raka berjalan menuju basement apartemen mewahnya. Lebih tepatnya apartemen milik Cinta. Raka sengaja membelinya saat Cinta menjual apartemennya itu. Sedari dulu, Raka sudah memantau perkembangan Cinta dari jauh. Dan saat dirinya memberanikan diri untuk mulai mendekati Cinta, rasa posesif pada dirinya membuncah. Untuk itulah, ia sudah tak sabar untuk segera menjadikan Cinta sebagai miliknya.
Raka menekan tombol remot kunci mobil mewahnya, Lamborghini Aventador. Mobil sport mewah yang biasa digunakannya untuk bertanding. Mobil yang dimodifikasi total dan habis-habisan untuk ajang gila itu. Dan sudah lama, Raka tak pernah memakainya. Ia segera masuk dan duduk di kursi kemudi sesaat setelah bunyi bip-bip terdengar. Tak lupa ia memakai seatbelt yang super rumit. Tanpa menunggu lama, ia melajukan mobil sport mewah berwarna putihnya keluar dari basement apartemen menuju ajang drag racing.
---
Raka memarkirkan mobilnya di samping mobil teman lamanya, Dudi. Dari plat mobilnya saja Raka sudah hafal. Ia segera turun dari mobilnya dan segera mencari teman lamanya itu. Matanya memicing saat melihat beberapa orang dengan tubuh tegap yang sudah dikenalnya. Raka pun segera menghampiri mereka.
“Hai guys,” sapa Raka kepada beberapa teman lamanya.
Teman-teman lamanya tampak terkejut. Kemudian tersenyum senang kepada Raka. Mereka pun berjabat tangan ala lelaki seperti biasanya.
“Hai bro, long time no see. Sombongnya yang sudah menjadi pengacara terkenal,” ujar Zackly kepada Raka.
Raka terkekeh. Zackly belum mengetahui saja pekerjaan Raka yang sesungguhnya. Tentunya lebih dari sekedar menjadi seorang pengacara.
“Maklumkan saja Zack, kliennya oke-oke. Berasa dapat mainan baru dia,” timpal Dudi yang membuat semuanya tertawa.
Zackly dan Dudi adalah teman baik Raka. Mereka adalah kaki tangan pendiri ajang ilegal ini. Dan bos merekalah yang sedang menjadi target Raka.
“Mau turun?” tanya Dudi.
Raka menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya.
“Anjir! Gue bisa turun pangkat nih,” seloroh Zackly.
Raka dan Dudi terkekeh. Raka mengetahui bahwa saat ini Zackly adalah the King of drag racing. Dan Raka adalah lawan tangguh untuk Zackly. Jika salah satu dari mereka berdua menang, maka itu hanyalah keberuntungan dari Dewi Fortuna saja. Karena mereka berdua sama-sama tak terkalahkan.
“Just for tonight Zack. Cinta ikut?” tanya Raka to the point.
Cinta adalah tujuan Raka malam ini. Kedua teman lamanya pun terbelalak.
“Lo tahu Cinta, Bro? Jangan bilang Lo datang ke sini buat PDKT sama dia? Queen gue itu!” seru Zackly yang mebuat Raka tertawa.
“Mungkin dia queen Lo di sini. Tapi dia permaisuri di hati gue. Cinta cewek gue!” tandas Raka.
Dudi dan Zackly terkejut. Mulut mereka berdua menganga dan matanya melotot sempurna.
“Sumpah Lo? Ko bisa?!” seru Dudi dan Zackly bersamaan, sedangkan Raka hanya terkekeh.
“Gue aja ditolak mentah-mentah sama dia. Muka gue yang katanya mirip Zack Efron aja dia tolak, masa muka Lo yang mirip Aliando Syarief diterima sih. Bokis Lo! Ganteng juga gantengan gue!” gerutu Zackly yang membuat Raka tertawa keras.
“Heh! Aliando juga ganteng kali. Dia punya pesonanya sendiri. Cinta suka yang lokal. Nggak kaya Lo, blasteran nggak jelas!” timpal Raka yang membuat Zackly mendengus kesal.
“Sambungan lokal jelek Bro!” sungut Zackly kesal.
Raka dan Dudi tertawa membahana.
“Udah. Mau lokal kek, mau interlokal kek, semua tergantung selera Cinta. Kok dia mau sama Lo, Ka?” tanya Dudi.
Raka tersenyum sebelum menjawab, “Gue paksa.”
“Sue Lo! Jangan bilang Queen gue udah Lo perkosa, Bro!” Dudi dan Raka tertawa kembali mendengar ucapan Zackly.
“Emang gue kayak Lo! Suka gali lobang terus lupa nutupnya!” timpal Raka sambil menonyor kepala Zackly.
Mereka semua pun tertawa keras bersama karena percakapan konyol mereka. Raka bertaruh besar kali ini. Ia berharap jika Cinta menang, wanitanya itu akan membawa uang yang banyak. Zackly pun menambah taruhannya ketika melihat Raka bertaruh besar. Dudi pun terlihat sangat senang. Karena jika jumlah taruhan banyak, maka dia akan memperoleh bagiannya dengan jumlah yang banyak. Memperoleh dua puluh lima persen dari bos besarnya, bos mafia.
Bos mafia itu bisa memiliki segudang uang tanpa perlu mengotori tangannya dan tanpa perlu menampakkan batang hidungnya. Bos mafia yang menyebarkan kaki tangannya untuk merusak generasi muda negara kita. Bos mafia yang sudah mengacak-acak hukum di negara tercinta kita. Dan juga memperjual belikan hukum lewat antek-anteknya yang sudah tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Lucunya negeri ini, hanya karena uang semua jadi terporak-poranda.
“Bro, Lo main pertama dan sebentar lagi mulai. Siap-siap!” ucap Dudi kepada Raka.
Raka pun mengangguk membalasnya.
“Gue kapan, Bro?” tanya Zackly saat Raka berjalan menuju mobilnya.
“Lo terakhir, Bro!” teriak Dudi yang suaranya masih bisa terdengar di telinga Raka.
“Gue duluan, Bro! See you,” teriak Raka saat melewati Zackly dari dalam mobilnya.
“See you,” teriak Zackly sesaat setelah menghisap rokoknya.
Raka melajukan mobilnya dengan pelan menuju track race. Ia menyapu pandangannya di sepanjang perjalanan menuju track race. Senyumnya tersungging, saat melihat wanita tercintanya baru saja keluar dari mobil sport-nya. Wanitanya terlihat sangat cantik dengan dandanan casual-nya. Ini dia wanita tercintanya, Cinta. Wanita yang tak akan menguras isi kantongnya. Namun telah mampu mencuri hati Raka yang tak ternilai harganya. Raka menancapkan gas mobilnya setelah melewati wanitanya. Ia sudah mengetahui predikat wanitanya di ajang drag racing ini. Ia hanya ingin melihat seberapa keren wanita tercintanya bertanding melawan dirinya.
Setelah mengalahkan dua orang riders dengan mudahnya, akhirnya saat-saat yang ditunggu pun tiba. Melawan wanita tercintanya. Sedari tadi Raka sengaja tak membuka kaca jendela mobilnya. Jika wanita-wanita gila di sini mengetahui keberadaan Raka, mereka semua akan menyerang seakan dirinya adalah santapan lezat untuk segera dilahap. Raka pun sebelumnya telah meminta Dudi untuk merahasiakan tentang dirinya. Ia ingin melihat raut wajah terkejut dari wanita tercintanya.
Raka memosisikan mobilnya di tempat yang sudah ditentukan. Ia masih menunggu wanitanya yang sedang menuju ke tempatnya karena baru saja mengakhiri tahap race-nya. Raka tersenyum saat mobil sport Ferrari F12 berwarna putih menyejajarkan diri dengan mobilnya. Wajah cantik wanitanya langsung terlihat dari kaca jendela mobilnya yang terbuka. Cinta menatap mobil Raka dengan lekat. Ia sungguh ingin mengetahui siapa yang menjadi lawannya itu. Raka terkekeh dari dalam mobil mewahnya. Kaca mobilnya yang gelap, membuat siapapun tak mengetahui apa yang sedang dilakukannya di dalam mobil mewahnya.
Raka melajukan mobilnya di belakang garis start sesaat setelah wanita norak memberikan tanda kepadanya untuk membawa mobilnya ke depan. Tahap stage sebelum memulai pertandingan. Jika ban mobil melewati garis start maka akan langsung di diskualifikasi. Setelah mobilnya stand by, giliran mobil Cinta untuk masuk. Raka menekan sebuah tombol untuk menurunkan kaca jendela mobilnya, sesaat setelah Cinta memosisikan mobilnya dengan benar di samping mobil Raka. Cinta menoleh ke arah Raka. Raka pun langsung memberikan senyum mautnya kepada wanita tercintanya. Senyuman maut yang mampu membius para kaum hawa yang melihatnya.
Senyum Raka semakin mengembang ketika melihat wanitanya terbelalak karena terkejut. Cinta menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Tatapan tajam telah ditujukannya kepada Raka. Dengan wajah kesal nan imut, Cinta kembali fokus menatap ke depan saat wanita norak itu memberi aba-aba untuk bersiap. Sambil tersenyum, Raka memfokuskan pandangannya ke depan. Mengeratkan pegangan tangannya pada benda bundar pengendali mobilnya. Dan dengan terpaksa, ia harus melihat wanita gila yang meliuk-liukkan tubuhnya di antara mobilnya dan juga mobil Cinta. Saat wanita itu mulai membungkuk dan berteriak “Go” saat itu juga Raka menancapkan gas mobilnya dengan full power.
Raka selalu menyejajarkan posisi mobilnya dengan mobil wanita tercintanya. Ia bisa melihat raut wajah kesal dari wajah cantik wanitanya. Wajah kesal Cinta yang menggemaskan membuatnya ingin melahap bibir tipis nan lembut itu dengan bibirnya. Bibir tipis Cinta sudah mampu menjadi narkoba untuknya. Senyumnya tersungging saat mobil Cinta melesat dengan cepat bagai kilat petir. Wanitanya sudah mulai memakai NOS rupanya.
“It's too fast baby,” ucap Raka saat melihat mobil Cinta melesat jauh.
Beberapa detik kemudian, Raka menekan tombol NOS-nya. Mobilnya berhasil melewati mobil sport wanita tercintanya. Raka tersenyum senang saat sudah melewati garis finish. Wanitanya benar-benar keren. Gaya balapannya sudah tidak diragukan lagi. Walaupun tadi, perhitungannya sedikit meleset saat menekan tombol NOS.
Selesai melewati garis finish, Raka segera memutar mobilnya. Drifting pun terjadi. Suara decitan ban mobilnya pun memekik. Ia memalangkan mobilnya, agar mobil Cinta berhenti di sampingnya. Kemudian ia segera keluar dari mobil dan berdiri bersandar di samping pintu mobilnya. Kedua tangannya dilipat di depan dada. Ia sudah tak sabar ingin memeluk tubuh wanita tercintanya sekarang. Pertengkaran kecil di café miliknya tadi pagi membuat dirinya merasa bersalah sekaligus semakin merindukan Cinta.
Cinta mengerem mobilnya mendadak. Ia sangat terkejut dengan posisi mobil Raka yang melintang. Dengan kecepatan tinggi ditambah dengan mengerem mobilnya mendadak, drifting kasar pun terjadi. Jantung Raka berdegup kencang melihatnya. Ia benar-benar sudah membahayakan wanitanya sendiri.
“Damn it!” umpat Raka saat melihat mobil Cinta memutar di hadapannya.
Cinta turun dari mobilnya dengan kesal. Ia membanting pintu mobilnya dengan keras. Raka tersenyum lega. Detak jantungnya perlahan kembali berdetak normal ketika melihat wanita tercintanya dalam keadaan baik-baik saja. Cinta menatap Raka dengan tajam sembari berjalan menghampiri lelaki yang hampir mencelakakannya sekaligus lelaki yang sedang di rindukannya. Raka melihat Dudi, Fiza dan dua orang yang tak dikenalnya mendekat ke arah mereka berdua.
“Astaga naga!” pekik Fiza yang terkejut melihat Raka.
Kedua sisi bibir Raka masih tersungging menghiasi wajah tampannya. Sedangkan Cinta masih menatap tajam Raka dengan raut wajah super kesalnya.
“Ini kuncinya!” ucap Cinta geram saat menyodorkan kunci mobilnya kepada Raka.
Raka tersenyum. Kesabarannya habis sudah. Ia menarik tangan kanan Cinta yang mengulurkan kunci kepadanya. Ia membawa tubuh wanitanya ke dalam dekapannya. Memeluk Cinta dengan erat. Menikmati aroma wangi floral dari rambut wanitanya. Kemudian mengecup pucuk kepala Cinta dengan penuh sayang. Cinta hanya terdiam. Ia tak memberontak atau pun membalas pelukan erat Raka.
“Ya amsyong! Berasa ngontrak gue,” pekik Fiza.
Raka mendengar kekehan tawa dari Dudi dan dua orang yang tak dikenalnya. Satu lelaki yang sepertinya bekerja di club kala itu dan satunya lagi wanita berwajah oriental khas Jepang. Raka sama sekali tak memedulikan ocehan Fiza. Cinta yang tersadar segera mendorong tubuh Raka agar menjauh. Namun tangan kanan Raka masih tetap setia melingkar manis di pinggang Cinta. Ia menatap Raka dengan tajam. Membuat keduanya saling beradu pandang.
“Kamu sedang apa disini, hah?!” tanya Cinta kesal yang membuat Raka mengembangkan senyumannnya kembali.
“Jemput kamu pulang, Sayang,” jawab Raka asal yang membuat Cinta mendengus kesal.
“Memangnya aku anak TK apa pakai di jemput segala!” sungut Cinta kesal.
Raka terkekeh. Mulut Cinta sudah mulai mengerucut. Tanpa ijin dan tanpa aba-aba Raka segera melumat bibir Cinta dengan singkat.
“Wow!” pekik semua orang yang melihat atraksi kilat Raka.
Cinta menatap Raka dengan tatapan tajam dan sebal. Raka hanya tersenyum memandang respon negatif wanitanya itu. Wanita berwajah oriental itu tersenyum kemudian pergi meninggalkan mereka semua sembari menepuk bahu Dudi.
“Raka!” teriak Cinta geram.
“Iya Cintanya Raka, nggak usah teriak-teriak begitu! Telingaku masih normal kok,” sahut Raka menggoda.
Cinta terlihat semakin kesal kepada Raka. Membuat Raka semakin gemas dan ingin melahap kembali bibir Cinta yang sangat menggoda imannya itu. Cinta melepaskan tangan Raka yang melingkar di pinggangnya.
“Ini kuncinya,” ucap Cinta kembali seraya memberikan kunci mobilnya kepada Raka.
“Aku nggak akan mengambil mobil kamu, Sayang. Masa iya, aku tega mengambil mobil pacarku sendiri. Anggap saja itu hadiah dari aku. Oke?!” ujar Raka yang membuat Cinta menaikkan salah satu alisnya.
“Katanya kaya raya, masa kasih ceweknya mobil bekas,” cibir Cinta kepada Raka.
Semua tertawa. Sedangkan Raka hanya terkekeh.
“Sekarang aku sudah kembali menjadi wanitamu lagi. Tapi tadi, aku lawan kamu. Jadi ambil kunci mobil ini!” imbuh Cinta.
“Yakin?! Nggak menyesal memberikan mobilmu untukku?” tanya Raka menyakinkan.
Cinta menatap Raka dengan lekat. Ia sungguh tak rela jika mobil mewahnya beralih tangan sekalipun kepada lelaki tercintanya. Raka pun bisa membaca raut wajah wanita tercintanya itu. Dari raut wajah Cinta, ia nampak berpikir sejenak. Kemudian mengangguk pasrah. Raka yakin wanitanya sangat tidak rela memberikan mobil mewah itu kepadanya. Kemenangannya saja sudah bisa di pastikan membuat wanitanya kesal.
“Ya sudah kalau kamu memaksa,” kata Raka sambil mengambil kunci mobil milik Cinta.
Sesaat setelah Raka mengambil kunci mobil itu, ia melangkahkan kakinya ke arah Fiza. Lelaki di samping Fiza merengkuh tubuh Fiza dengan erat. Membuat Raka tersenyum.
“Fiza, tolong bawa mobil Cinta pulang ya! Cinta pulang bersamaku.” Fiza mengangguk sembari tersenyum mendengar permintaan Raka.
Raka mengulurkan tangan kanannya kepada lelaki yang berada disamping Fiza, “Raka, kekasihnya Cinta.”
“Ricky,” balas Ricky sembari tersenyum, “kamu itu lelaki yang memenangkan lelang itu bukan?” sambung Ricky yang dibalas anggukan kepala dari Raka.
“Nggak menyangka kalau kamu itu pacarnya Cinta,” sambung Ricky yang membuat Raka mengangguk diiringi senyuman khasnya.
Raka menoleh ke belakang, saat melihat Fiza dan Ricky menatap tajam ke arah belakang dirinya. Raka menaikkan salah satu alisnya, lantas kedua sisi bibirnya tersungging. Melihat Cinta sedang memelintir tangan seorang lelaki yang tubuhnya lebih besar dari tubuhnya. Cinta memutar tangan kanan lelaki itu, kemudian menariknya ke belakang dan mendorong tubuh lelaki itu ke samping pintu mobil milik Raka. Tangan kanannya mengunci tangan kanan lelaki yang berada di belakang tubuh lelaki itu. Tangan kirinya menekan kuat tengkuk leher lelaki itu. Dengan sigap Cinta mengunci tubuhnya.
Bruk.
“Awww!!!” pekik lelaki itu.
Raka berjalan menghampiri wanitanya tanpa berniat untuk melerainya. Raka yakin lelaki itu pasti sudah membuat Cinta kesal.
“Gue sudah memperingatkan Lo untuk nggak menyentuh gue! Apalagi mencium gue! Berengsek Lo!!!” pekik Cinta geram.
“So… sorry Ta,” ucap lelaki itu.
“Shit!” desisnya lagi saat Cinta semakin menarik tangannya ke belakang, membuat Raka tersenyum melihatnya.
“Mau apa Lo cari gue?” tanya Cinta kesal.
“Gu …, gue …, mau menagih hutang Lo, Ta,” ucapnya terbata-bata.
“Berapa hutang Cinta?” tanya Raka.
Raka pun memberi isyarat wanitanya untuk melepaskan kunciannya kepada lelaki itu. Cinta pun melepaskannya sembari mendorong kepala lelaki itu dengan keras. Hingga kepalanya membentur bagian kap atas mobil mewah Raka. Raka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Wanita tercintanya itu benar-benar bar-bar rupanya. Membuat dirinya semakin mencintai Cinta.
Dug.
“Awww...,” rintih lelaki itu kesakitan, lantas mengusap-usap dahinya yang sudah terbentur tadi.
“Seratus juta,” ucap lelaki itu sambil meringis kesakitan.
Raka menatap wanita tercintanya dengan intens. Kamuflase yang sedang dilakukan Cinta benar-benar total. Sepertinya ia harus memiliki extra sabar jika dirinya menikahi Cinta nanti. Karena Raka tahu, wanitanya itu tidak akan berhenti dari pekerjaannya ini.
“Gue yang bayar,” ucap Raka.
“Nggak usah, Ka! Aku masih mempunyai uang untuk membayarnya,” sela Cinta.
“Biarkan aku yang membayarnya, Sayang. Ini traktiran dariku karena aku sudah mengalahkanmu, the queen of drag racing,” ucap Raka sembari membelai wajah cantik wanitanya.
Cinta hanya terdiam. Ia seperti terhipnotis dengan tatapan Raka dan perlakuan manisnya. Raka melirik Dudi.
“Dud, Lo kenal laki-laki ini?” tanya Raka yang langsung dibalas anggukan kepala dari Dudi.
“Uang taruhannya belum Lo kirim ke gue kan?! Kalau belum, tolong Lo transfer seratus juta ke dia. Sisanya Lo transfer ke rekening Cinta,” kata Raka kepada Dudi.
Dudi mengangguk. Cinta menatap Raka dengan lekat. Ia merasa terlindungi saat ini. Raka merengkuh pinggang wanitanya dengan erat.
“Pergi Lo! Dudi yang akan mentransfer hutang Cinta sama Lo!” hardik Raka kepada lelaki itu.
Lelaki itu pun mengangguk, lantas berpamitan kepada Cinta sembari melambaikan tangannya, “See you Ta!”
“Bangke Lo!” pekik Cinta geram.
Raka mengusap-usap punggung Cinta perlahan, mencoba menenangkan wanitanya. Kemudian merangkulnya dan mengecup pucuk kepala Cinta dengan lembut. Suara sirine dari pihak berwajib pun terdengar.
“Oh shit!” umpat Cinta.
Semua dibuat kalang kabut oleh suara sirine itu. Mobil-mobil sudah mulai melaju tak beraturan. Dudi sudah berlari entah kemana. Fiza dan Ricky masuk ke dalam mobil mewah Cinta dan melesat pergi. Raka pun segera menarik tangan Cinta dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.
“Pakai seatbelt-nya, Sayang!” perintah Raka sebelum menutup pintu mobilnya.
Raka berlari memutari bagian depan mobilnya dan segera masuk ke dalam mobil. Dengan segera ia melajukan mobilnya keluar dari arena balap tanpa sempat memakai seatbelt. Semua terlihat berantakan. Banyak mobil yang sudah saling tumbuk satu sama lain.
Raka melajukan mobilnya untuk segera keluar dari pelabuhan. Ia mencari jalan pintas untuk melarikan diri dari tempat yang sudah berantakan itu. Setelah keluar dari pelabuhan, ia kembali menancapkan gas mobilnya. Tak ada tujuan di otaknya kali ini. Yang ada di otaknya saat ini adalah ia tak boleh melepas tekanan pedal gas mobilnya. Dengan lihai tangan kirinya memainkan persneling mengikuti instruksi otaknya.
“Oh my God, Raka! Kita bisa mati, Ka, kalau kamu membawa mobilnya kayak setan begini!” teriak Cinta.
Raka terkekeh tanpa membalas ucapan Cinta. Bagaimana bisa Cinta ketakutan saat dirinya mengendarai mobil secepat ini.
“Raka, please! Slow down, Baby,” pekik Cinta kembali.
Raka tersenyum sebelum membalas ocehan wanita tercintanya tanpa mengalihkan pandangannya ke jalan yang sedang dilaluinya.
“Sayang, kamu nggak mau kan kita ketangkap polisi?”
“Iya, tapi nggak begini juga, Ka! Aku bisa gagal jantung tahu!”
Raka tertawa mendengar gerutuan Cinta.
“Gue belum menikah, Ka. Please! Gue nggak mau mati muda,” lanjut Cinta lagi yang membuat Raka semakin tertawa keras.
“Aku yang menyetir deh, Ka, please!” ucap Cinta memelas.
Raka pun menoleh ke samping. Ia cemas bukan main, melihat wajah Cinta yang sudah pucat. Ia sungguh tak mengerti, apa yang telah membuat wanitanya itu ketakutan saat ini.
“Tenang, Sayang! Tutup mata kamu sekarang! Kalau kita selamat, aku akan menikahi kamu secepatnya. Oke!” ucap Raka sembari mengelus pucuk kepala Cinta.
Cinta mengangguk, lantas memejamkan kedua matanya. Beruntung jalanan pagi ini lengang tanpa hambatan. Dan siapa juga yang akan mengejar Raka. Karena dirinya adalah salah satu orang yang ikut andil dalam operasi penggerebekan ini. Raka membelokkan mobilnya ke jalur jalan tol. Entah kemana ia akan membawa Cinta pergi. Ia memilih jurusan ke arah puncak. Ia pun mulai menurunkan kecepatannya sedikit saat sudah mulai berada di jalan tol. Jalanan bebas hambatan ini akan membawanya menuju daerah puncak dengan lancar.
“Kita mau kemana, Ka?” tanya Cinta yang sudah mulai membuka kedua matanya.
“Nggak tahu,” jawab Raka asal.
Cinta mengembuskan napas beratnya, “Tolong pinggirkan mobilnya sebentar dong, Ka, please!” pinta Cinta.
Raka mengerutkan dahinya. Kemudian menoleh ke samping untuk melihat keadaaan Cinta. Raka terkejut karena wajah Cinta sudah terlihat pucat pasi.
“Sayang, kamu kenapa? Kamu nggak kenapa-kenapa kan?” tanya Raka cemas.
Cinta menggeleng dengan lemas.
“Pinggirkan mobilnya, Ka. Cepat!” pinta Cinta kembali dengan suara yang semakin lirih.
Raka semakin bingung. Ia terdiam menatap wanitanya sembari mencoba untuk tetap fokus mengendarai mobilnya.
“Rakanya Cinta, please! Tolong hentikan mobilnya!” ulang Cinta.
Jantung Raka berdebar kencang saat mendengar lima suku kata yang terdengar merdu di telinganya saat Cinta memanggilnya dengan panggilan khusus itu. Ia pun segera menepikan mobilnya sesaat setelah melihat sebuah warung kecil di pinggir jalan. Cinta segera meminta Raka untuk membuka pintu mobil yang terkunci otomatis. Sesaat setelah Raka menekan tombol untuk membuka kunci pintu mobil, Cinta segera keluar dari mobilnya. Memuntahkan semua isi perutnya di samping mobil mewah Raka.
“Oh my God!” seru Raka terkejut tak percaya sembari mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.
CintaRaka®
Repub. 12Nov,17
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top