3. Tiga

Cinta menghempaskan tubuhnya di atas kasur spring bed di kamar kosnya. Ia memejamkan matanya perlahan. Lelah, letih dan juga pening bercampur menjadi satu. Karena jarak cafe dan tempat kos tak begitu jauh, ia memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki setelah Raka meninggalkannya di cafe. Rasa bersalah dan rasa takut masih menyelimuti dirinya. Sepertinya Raka sudah masuk terlalu jauh ke dalam relung hatinya yang sudah lama kosong. Dan itu berarti, Ia harus bersiap kembali untuk merasakan sakit hati saat mengijinkan seseorang masuk kembali ke dalam kehidupannya.

Cinta memeluk boneka Doraemon besar pemberian bundanya saat berulang tahun yang ketujuh belas. Air matanya menetes perlahan. Ia merindukan kehidupan bahagianya bersama ayah dan bundanya kala itu. Kasih sayang ayah dan bundanya yang hanya tercurah untuknya seorang, membuatnya sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Dan sekarang, kebahagian itu hanya tinggal menjadi kenangan terindah untuknya. Andai saja ayahnya masih hidup, kehidupannya tak akan berubah sedrastis ini.

Suara dering smartphone Cinta berbunyi. Lagu Problem milik Ariana Grande terus menggema. Ia menyeka air matanya. Kemudian segera beranjak mencari smartphone-nya di dalam tas slempang kulit miliknya. Dengan malas, ia menggeser sebuah tanda di layar datar benda persegi panjang yang berada di genggaman tangannya untuk menerima panggilan penting itu. Dari deringnya saja, Cinta sudah mengetahui dengan pasti siapa yang menghubunginya.

“Halo Bos, ada apa?” tanya Cinta

“Drag racing. Review please, Cinta!” titah seseorang dari seberang.

“Pelabuhan seperti biasa. Pesta narkoba dan transaksi ilegal.”

“Playing clearly, Cinta! Akan ada tim lain yang masuk sebagai pembersih. Be careful!” peringatnya.

“Siap Bos!”

Cinta menghembuskan napas beratnya. Ia yakin akan ada kejadian besar malam ini. Menjadi pembuka saja sudah membuat dirinya was-was setengah mati, apalagi menjadi tim pembersih. Terkadang mengingat pekerjaannya itu, membuat Cinta sering dilanda ketakutan. Menikmati hidup normal seperti kebanyakan orang adalah keinginannya yang selama ini terpendam di dalam hati. Menikah, mengurus anak-anak, dan menunggu suami pulang dari pekerjaannya. Rasanya, ia ingin menikmati masa-masa itu suatu saat nanti, seperti bundanya. Ia berharap semoga keinginannya itu bukan hanya mimpinya semata.

Cinta kembali menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur kesayangannya yang berada langsung di atas lantai keramik. Untuk sementara, tempat ini adalah tempat ternyamannya sekarang. Ia pun mulai memejamkan matanya untuk melanjutkan tidurnya kembali.

---

Cinta tersenyum simpul, saat melihat refleksi bayangan dirinya di cermin. Dandanannya sebagai seorang mahasiswi dengan berbagai macam side job aneh, membuatnya merasa seperti remaja kembali. Dengan tank top berwarna hitam, dibalut kemeja kotak-kotak berwarna biru dongker bercampur putih yang sengaja tak dikancingkan. Sedangkan lengan panjangnya sengaja dilipat sedikit, serta celana jeans hitam slim fit kesayangannya yang selalu membuat dirinya merasa sangat nyaman. Tak lupa sepatu converse hitam yang selalu menemani langkahnya saat bergaya casual seperti sekarang.

Disatukannya rambut sebahunya, lantas mengikatnya ke atas hingga membentuk kucir kuda yang memperlihatkan leher jenjangnya. Senyum pun mengembang kembali di wajah cantiknya. Senyum pertanda dirinya telah siap untuk melaksanakan tugas malam ini.

Suara deru mobil telah terdengar, membuat Cinta tersenyum simpul kembali. Jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Cinta pun membuka pintu kamar kostnya, kala sahabat baiknya Fiza baru saja keluar dari mobil sport mewahnya. Ferrari F12.

Mobil sport mewah berwarna putih bersih yang telah Cinta dapatkan dari kemenangannya mengikuti drag racing satu tahun yang lalu, saat ia baru pertama kali mengikuti balap mobil ilegal itu. Body mobilnya masih orisinil, namun beberapa bagian dalam dan juga mesinnya telah dimodifikasi agar mobil sport mewah itu bisa melesat lebih cepat saat bertanding.

Mobil itu pun sudah menggunakan NOS (Nitrous Oxide System). Salah satu alat yang digunakan untuk membantu meningkatkan daya dorong kecepatan saat mengemudi dengan kecepatan tinggi. Namun, Cinta hanya menggunakan mobil itu saat akan bertanding saja. Beberapa mobil lain yang didapatkan dari kemenangannya dijual dan salah satunya diberikan kepada Fiza, BMW M1. Mobil mewah itu adalah mobil impian Fiza, yang entah kapan bisa dimilikinya dengan gaji standar pekerjaan mereka.

“Langsung berangkat?” tanya Cinta kepada Fiza.

Fiza tersenyum. Dandanan mereka berdua hampir sama, hanya saja rambut medium bob Fiza digerai dengan bebas. Fiza melewati Cinta yang sedang berdiri di ambang pintu.

“Haus, Ta. Sebentar ya!” ucap Fiza sembari berjalan menuju lemari pendingin di kamar kos Cinta.

Cinta mengangguk, lantas mengambil tas slempangnya. Kemudian memasukkan smartphone dan juga iPad-nya ke dalam tas.

“Tolong bawakan air mineral buat gue.” Fiza mengangguk mendengar permintaan Cinta.

“Let's go, Ta! Drag Racing-nya sudah mulai nih,” ajak Fiza yang membuat  Cinta menatapnya tajam.

Cinta menggeleng-gelengkan kepalanya. Bisa-bisanya Fiza terlihat santai seperti itu. Jika sampai terlambat, semuanya bisa gagal total.

“Dasar dudut! Buruan!” seru Cinta kesal.

Fiza tertawa. Cinta mematikan lampu di kamarnya. Tak lupa ia pun mengunci pintu kamar kosnya sebelum pergi.

“Dudut-dudut gini, Lo juga betah sama gue. Wleee!” protes Fiza pada Cinta sambil menjulurkan lidahnya.

Sejak tiga tahun lalu, hanya Fiza yang bersedia dengan senang hati menerima Cinta menjadi temannya. Semua berubah saat dirinya dituduh telah melalaikan pekerjaan.

“Lo urutan terakhir Ta, woles Mbak Bro!” lanjut Fiza sembari menepuk pundak Cinta dan berlalu masuk ke mobil.

Cinta segera menyusulnya. Ia mengangkat tangan kirinya, jam tangannya hampir menunjukkan pukul sebelas malam. Di tempat kosnya tak pernah sepi pengunjung, sangat bebas. Ada sepuluh kamar kos, posisi kamar-kamarnya membentuk huruf U. Kos yang mirip seperti sebuah motel. Semua hidup sesuka hatinya. Sibuk dengan urusan masing-masing, namun saling menghormati satu sama lain tanpa rasa tak acuh. Jika ada yang sedang kesulitan, maka akan saling membantu. Semua penghuni kos mempunyai kunci gerbang sendiri-sendiri, tak terkecuali Fiza. Dia sengaja membuat kunci cadangan sendiri agar bisa dengan bebas masuk ke wilayah tempat kos Cinta.

Cinta mulai mengenakan seatbelt mobil sport-nya yang super rumit, tak seperti seatbelt mobil biasanya. Suara deru mobil mewahnya terdengar saat Cinta mulai menyalakan mesin mobil. Ia memasukkan persneling mobil sebelum menancapkan gasnya.

“Pakai seatbelt lo, Dek Bro!” titah Cinta yang dibalas kekehan dari Fiza sebelum mengenakan seatbelt-nya.

Beberapa detik kemudian, Cinta pun segera melajukan mobilnnya keluar dari halaman kos. Sesampainya di jalan raya, ia menancapkan gas untuk mempercepat laju mobilnya. Pada jam-jam seperti ini, jalanan sudah tak begitu ramai. Mobilnya pun bisa melaju dengan lancar tanpa hambatan.

“Kak, sumpah ya! Kalau Lo setiap hari dandan kayak begini, kapan Lo kelihatan tuanya coba?! Jealous gue sama Lo!” celoteh Fiza.

Cinta hanya terkekeh seraya menatap lurus ke depan. Kedua matanya fokus memandang jalanan yang dilaluinya. Jarak umur mereka berdua terpaut empat tahun. Cinta berumur dua puluh lima tahun, sedangkan Fiza berumur dua puluh satu tahun.

“Inilah spesialnya gue, Dek Bro. Punya wajah baby face. Kagak pernah boros,” balas Cinta yang diikuti tawanya yang membahana.

Dengan wajahnya yang masih terlihat imut dan awet muda, membuatnnya selalu beruntung jika mendapatkan tugas dari atasannya.

“Martabak kali yang spesial,” celetuk Fiza yang akhirnya membuat mereka berdua tertawa bersama.

Akhirnya mereka berdua sampai juga di pelabuhan tempat acara ilegal itu diadakan. Entah apa yang sudah dilakukan oleh para pembuat acara, sehingga dengan mudahnya mereka semua bisa masuk ke area pelabuhan dengan bebas. Tentu saja hanya yang mempunyai ID card yang bisa mengikuti acara ilegal ini. ID card persatuan konyol ilegal.

Cinta memarkirkan mobilnya di samping mobil mewah berwarna merah menyala yang baru saja di parkirkan. Suara dentuman musik dari lagu Teriyaki Boys-Ost. Tokyo Drift mulai terdengar memekakkan telinga. Siapa lagi kalau bukan DJ Jasmine yang memainkannya dari mobil mewahnya, mobil Camaro mewah milik Bumblee Bee di film Transformers. Bukan hanya Drag Racing saja yang diadakan di sini, ada juga ajang pamer mobil-mobil mewah yang sudah dimodifikasi menjadi mobil-mobil yang memukau. Banyak juga aktivitas terselubung di sini.

Cinta dan Fiza keluar dari mobil. Begitu juga pemilik mobil mewah di sebelahnya. Dengan segera pemilik mobil mewah itu langsung menyapa Cinta. Cinta dan Fiza pun menyunggingkan kedua sisi bibir mereka.

“Hai Ta, long time no see,” pekik wanita cantik berwajah oriental khas Jepang, Rizuki Yamada.

Perempuan cantik nan baik yang sangat percaya kepada Cinta kala itu untuk membawa mobil mewahnya, agar Cinta bisa mengikuti drag racing untuk pertama kalinya. Karena pinjaman mobilnyalah Cinta bisa membawa pulang mobil sport mewah Ferrari itu.

“Nice to meet you, Rizuki,” ucap Cinta saat menjabat tangan Rizuki, lantas mereka pun berpelukan.

“Kemana aja Lo, Ki? Hampir sebulan ini gue nggak pernah ketemu sama Lo,” ujar Cinta.

Acara ini diadakan dua minggu sekali. Dan waktunya random, untuk mengantisipasi kebocoran dari pihak berwajib.

“Bokap sakit, jadi gue harus pulang ke Jepang,” cerita Rizuki.

Cinta mengangguk paham. Fiza pun berjabat tangan dengan Rizuki, kemudian berlalu menghampiri kekasihnya, Ricky. Bartender tampan di club tempat Cinta bekerja.

“I'm sorry to hear that, sista. Baru lagi nih? Ikut turun nggak?” tanya Cinta kepada Rizuki seraya menunjuk mobil di sampingnya.

Mereka berdua duduk bersandar di depan mobil mewah masing-masing.

Rizuki tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Cinta, “Thanks, Ta. Yups, Kak Yuki yang kasih, katanya dia sudah bosan. Sudah turun tadi, kalah gue.”

“Si Reddish masih perlu banyak latihan,” lanjut Rizuki sambil mengelus-elus mobil mewahnya yang berwarna merah menyala itu, Lamborghini Gallardo.

Cinta kembali tersenyum menanggapinya. Jujur saja, ini bukan tempat bermain kesukaannya. Apa daya demi tugas tercinta, ia pun ikhlas menjalankannya. Ini adalah tempat para high class berkumpul. Di sini, Cinta hanyalah seekor semut yang sedang mencari sebongkah gula batu. Miris.

Cinta merasakan ada beberapa pasang mata yang sedang memandangnya. Ia menatap dua orang lelaki yang berada di seberang. Mereka menatap Cinta dengan tajam.

“Gue ke sana dulu ya, Ki,” pamit Cinta pada Rizuki yang hanya membalasnya dengan seulas senyum dan anggukan.

Cinta melangkahkan kakinya ke arah dua lelaki di seberang jalan. Mereka bertiga saling beradu pandang. Tubuh kedua lelaki itu tinggi tegap dan berisi seperti tubuh atletis Raka. Cinta menggeleng-gelengkan kepalanya. Bagaimana bisa ia mengingat lelaki itu lagi. Sepertinya Cinta sudah tidak bisa menghindari rasa yang terdiri dari lima kata yang sama dengan namanya, cinta.

“Cinta, right?” tanya salah satu lelaki itu.

Cinta mengangguk pelan. Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Cinta.

“Jaguar three,” ucapnya pada Cinta.

Cinta mengangguk. Kemudian ia beralih menoleh ke lelaki sebelahnya.

“Jaguar five.” Cinta mengangguk dan tersenyum simpul sambil menjabat tangannya.

“Eagle two,” ujar Cinta.

Mereka mengangguk bersama.

“Be careful Ta, playing clearly!” bisiknya sambil menepuk bahu Cinta, dan hanya anggukan kepala dari Cinta yang membalasnya.

“Cinta!” panggil seseorang dari seberang.

Cinta menoleh, kemudian mengangguk.

“Good luck for us. See you,” ucap Cinta lirih sebelum meninggalkan mereka.

Kedua lelaki itu hanya tersenyum simpul. Cinta pun segera berlari ke seberang, menuju mobilnya kembali. Ricky, Fiza, Rizuki dan Dudi memandangnya heran. Cinta tersenyum.

“Siapa, Ta?” tanya Ricky.

“Mereka tadi ngelihatin gue, Kak. Gue samperin aja. Biasa tanya perawan,” kilah Cinta yang membuat semua tertawa keras.

“Tahu aja mereka kalau Lo masih perawan, Ta,” cibir Ricky.

Cinta mendengus kesal, “Nggak usah diperjelas juga kali, Kak!”

Fiza, Ricky, Rizuki dan Dudi terkekeh.

“Absen dulu, Ta,” perintah Dudi.

Cinta menyengir ke arah Dudi, mempertontonkan barisan gigi putihnya. Kemudian ia mengeluarkan ID card-nya dari saku celana jeans hitamnya. ID card yang juga sekaligus kartu debit platinum untuk absen kehadiran dan juga memasang taruhan. Cinta menyerahkan ID card-nya pada Dudi.

Dudi adalah orang penting di sini. Jika akan ikut bertanding, maka dia lah orang yang harus dicari. Tugasnya mengatur jadwal bertanding, mengecek kehadiran para anggota dan juga para riders serta mengumpulkan uang taruhan. Bukan hanya mobil yang dijadikan taruhan saat masuk final nanti, namun masing-masing riders juga harus memasang taruhannya. Dengan jumlah minimal taruhan lima puluh juta rupiah. Cinta melihat Dudi menggesek kartunya di presence machine. Kemudian mengeluarkan kembali sebuah mesin pembayaran kartu debit untuk bertaruh.

“Pasang berapa, Ta?” tanyanya kepada Cinta.

“Biasa aja Kak, standar,” jawab Cinta yang membuat Dudi menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Dari dulu pasangnya cuma segini-gini aja, Ta. Tambah dikit gitu,” ledek Dudi yang membuat Cinta terkekeh.

“Ya elah Kak Dudi, Kakak tega gitu malak mahasiswi unyu yang kere kaya gue ini,” gurau Cinta yang membuat semua tertawa.

“Kan Lo menang terus, Ta. Masa iya nggak ada duitnya,” sambung Dudi kembali.

“Duitnya buat nyokap,” balas Cinta singkat yang membuat Dudi mengangguk paham.

“Sudah terkumpul berapa, Kak Dudi?” tanya Rizuki.

“Total semuanya lima ratus juta,” jawab Dudi bersemangat.

“Wow! Bukannya cuma delapan orang yang main? Tumben banyak banget,” timpal Ricky.

“Ada orang baru, dia pasang seratus juta. Zackly sama Adam pasang tujuh puluh lima juta malam ini,” cerita Dudi yang membuat semua terbelalak kaget saat mendengarnya.

Cinta tersenyum, “I wanna get it so much!” seru Cinta penuh semangat.

“Bagi-bagi ya, Ta,  kalau lo menang,” ujar Dudi.

Cinta tersenyum dan mengangguk kemudian mengacungkan ibu jari kanannya.

“Siap-siap Ta! Habis ini lo,” perintah Dudi sebelum beranjak untuk pergi.

“Lawan gue siapa, Kak?” teriak Cinta saat Dudi berjalan meninggalkan kami.

“Pacar Lo!” pekik Dudi keras.

Deg.

Cinta tercengang mendengar ucapan Dudi. Detak jantungnya pun seakan berhenti berdetak. Suara kekehan semua orang menyadarkan lamunannya. Ia tahu siapa yang Dudi maksud, Zackly Ortiz. Lelaki tampan blasteran Amerika dan Bali. Dia adalah rider terkenal di drag racing. Mereka menyebut Zackly, the king of drag racing. Dan Cinta adalah satu-satunya perempuan yang bisa mengalahkam Zackly. Mobil sport mewah milik Cinta saat ini adalah milik Zackly dulu. Di sini, Cinta adalah the queen of drag racing.

Cinta segera masuk ke dalam mobilnya dan segera memakai seatbelt-nya. Kemudian menyalakan mesin mobilnya. Tangan kirinya terulur untuk menggerakkan persneling di samping kursi kemudinya.

“Good luck, Ta!” pekik Fiza yang dibalas Cinta dengan senyuman.

“Doain gue ya!” pinta Cinta kepada ketiga teman dekatnya.

Mereka semua tersenyum dan mengangguk.

“Lo pasti menang, Ta! Cuma Lo yang bisa mengalahkan Zackly,” kata Rizuki.

Cinta tersenyum, kemudian menancapkan gas mobilnya menuju track untuk drag racing. Semua orang sudah mulai bersorak-sorai memanggil-manggil nama Cinta dan juga nama Zackly. Mobil sport mewah Zackly sudah bersiap di posisinya. Cinta pun memposisikan mobilnya tepat di samping mobil Zackly.

Drag racing merupakan salah satu jenis balap mobil, dimana pertandingan adu balap ini diadakan di sebuah jalur track race yang lurus. Lintasan balapnya hanya sepanjang kurang lebih 402 meter. Ada dua tahap dalam ajang ini, Stage and Race.

Tahap stage, merupakan tahap saat membawa mobil yang digunakan ke belakang garis start. Jika menempatkan ban melebihi garis start, maka peserta akan didiskualifikasi. Dan setelah itu adalah tahap Race, tahap dimana kedua mobil melaju hingga ke garis finish. Cinta membuka kaca jendela mobilnya bersamaan dengan Zackly yang juga sedang membuka kaca mobil.

“Hi King,” sapa Cinta seraya meledek Zackly.

Zackly terperanjat. Matanya melotot sempurna. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Dia tak menyangka jika dirinya akan berhadapan kembali dengan wanita yang membuatnya penasaran, Cinta.

“Oh Damn! My Queen, give me a chance to win the game. Please!” pinta Zackly memohon.

Cinta terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda tak menyetujui permintaan Zackly. Ia mengeratkan pegangan tangannya pada benda bundar di hadapannya, saat seorang wanita cantik berkulit sawo matang berjalan ke tengah area track race. Dengan atasan tank top separuh berwarna kuning yang hanya menutupi dada besarnya dan juga rok jeans super mini yang menampilkan pakaian dalamnya, serta high heels yang super tinggi. So bitchy. Wanita itu memposisikan dirinya di tengah-tengah, di antara mobil Cinta dan juga mobil Zackly.

Suara deru mobil Cinta dan juga mobil Zackly terdengar. Mereka berdua saling memainkan gas mobil sport milik mereka. Zackly memulai tahap stage nya, membawa mobilnya di belakang garis start, saat wanita yang bergaya sexy itu memberi tanda pada Zackly untuk membawa mobilnya maju ke depan. Setelah itu, dia berganti memberi tanda kepada Cinta. Selesai dengan tahap stage, selanjutnya adalah tahap race. Dan ini yang sedari tadi Cinta tunggu.

“Are you ready?” pekik wanita itu keras sambil menunjuk mobil Zackly dengan tangan kanannya yang memegang sapu tangan berwarna pink.

Suara deru mobil Zackly pun terdengar kembali. Setelah itu dia menoleh ke arah Cinta seraya memberikan senyum terpasrahnya. Cinta membalasnya dengan tersenyum jahil.

“And I think you've been ready, right?” lanjut wanita itu memekik sembari menunjuk kepada Cinta dengan tangan kirinya yang juga memegang sapu tangan dengan warna yang sama.

Deru mobil Cinta pun terdengar sebagai pertanda telah siap untuk melaju. Kedua matanya menatap wanita itu dengan jengah, seraya mengeratkan tangannya kembali di benda bundar di hadapannya. Rasanya, ia sangat ingin menabrak wanita itu sekarang juga. Kedua tangan wanita itu meliuk-liuk ke atas seperti sedang menari tarian ular. Semua badannya bergoyang. Dia bergoyang dan memutarkan pinggulnya perlahan. Saat tubuhnya diturunkan seperti akan berjongkok, kedua tangannya diacungkan ke depan, kemudian berteriak "Go", maka di saat itulah mobil Cinta dan mobil Zackly melesat dengan cepat.

Salah satu kaki Cinta menekan pedal gas dengan seluruh tenaganya, sedangkan tangan kirinya bermain persneling dengan lihai. Kedua matanya fokus menatap ke depan seakan garis finish sudah terlihat. Sesekali matanya melirik pergerakan mobil Zackly dari samping melalui kaca spion mobilnya. Senyum di bibirnya tersungging, sesaat setelah Zackly mengerlingkan mata kepadanya sebelum menancapkan gas dan menekan tombol NOS dari mobilnya.

“It's too fast, baby, I'll get you,” ucap Cinta sambil menyeringai.

Garis finish sudah mulai terlihat, dan saat itu juga Cinta menekan pedal gas agar melaju lebih cepat. Ia pun segera menekan tombol NOS. Jantungnya seakan jatuh merosot dari tempatnya ketika mobil sport-nya melesat secepat angin yang berhembus kencang. Cinta tersenyum gembira ketika mobilnya melewati mobil Zackly. Ia bersorak sesaat setelah melewati garis finish. Dengan segera Cinta memutar balik mobilnya, hingga drifting pun terjadi. Setelah itu ia melajukan mobilnya kembali untuk bertanding ulang mengikuti semi final.

Cinta memosisikan mobilnya seperti biasa sebelum menuju tahap stage. Sembari menunggu giliran, ia meminum air mineralnya. Dua mobil sport di depannya sudah mulai melaju ke tahap race. Dan beberapa menit lagi gilirannya akan tiba. Cinta melirik ke samping kanannya. Seorang lelaki tampan tersenyum kepadanya. Adam Efron. Ia mengelap mulutnya sesaat setelah selesai minum dengan punggung tangannya.

“Hai Cintaku,” sapa Adam kepada Cinta.

Cinta mengerucutkan mulutnya sebal. Jika Raka yang mengucapkan itu, jantung Cinta pasati sudah ketar-ketir dibuatnya.

“Thanks Ta, Lo sudah mengalahkan The King. Giliran gue yang akan mengalahkan Lo!” ucap Adam yang membuat Cinta mengerutkan dahinya.

“Let's see,” balas Cinta singkat.

Dibandingkan dengan Zackly, Adam tak ada apa-apanya untuk Cinta.

Cinta membatin, “Oh my God. I'm with stupid now!”

Giliran mereka berdua pun tiba. Seperti tadi, peraturannya masih sama. Setelah melalui tahap stage yang membuat Cinta kesal karena melihat wanita super norak berlenggak-lenggok di depannya, tahap race pun tiba. Seperti prediksi Cinta sebelumnya, Adam akan kalah telak dengan dirinya. Dipertengahan jalan Adam sudah menekan tombol NOS.

“So stupid!” batin Cinta.

Cinta melajukan mobilnya untuk menyusul Adam. Saat jaraknya hanya kurang beberapa meter dari mobil Adam, garis finish pun sudah terlihat dalam pandangannya. Dengan segera, ia menekan tombol NOS. Bibir tipisnya menyunggingkan senyum, seraya melihat mobil Adam yang berada di belakangnya dari balik kaca mobilnya.

Cinta kembali ke posisi awal. Inilah sesi penentuan, siapa yang akan menjadi pemenang. Ia memosisikan mobilnya di samping mobil Lamborghini Aventador berwarna putih. Mobil yang baru pertama kali dilihatnya. Ia pun mulai berhati-hati, karena tak ingin posisinya tergeser oleh pemilik mobil Lamborghini itu. Rasa penasaran pun semakin tinggi, lawannya sama sekali tidak membuka kaca mobilnya. Cinta mulai bersiap-siap, saat mobil mewah berwarna putih itu melaju di belakang garis start. Gilirannya pun tiba untuk membawa mobilnya di belakang garis start.

Entah mengapa jantung Cinta berdegup kencang saat ini. Degup ini pernah dirasakannya saat mengikuti drag racing pertamanya, dan juga saat Raka menatapnya dengan intens. Kepalanya menggeleng, entah mengapa ia bisa teringat kembali kepada Raka.

Cinta menoleh saat lawannya membuka kaca mobil. Sesaat setelah mobilnya berhenti di belakang garis start. Kedua matanya terbelalak. Dadanya bergemuruh hebat. Jantungnya pun berdetak kencang, sekencang laju mobil sport-nya kala dirinya menekan tombol NOS. Pengendara mobil mewah berwarna putih itu tersenyum manis kepada Cinta.

Cinta pun membatin dan mengumpat di dalam hatinya, “Ya Allah, senyuman mautnya. Super damn! Aku tak yakin kali ini bisa menang. Double shit!”

Benar apa kata orang, dunia itu selebar daun kelor. Super kecil. Cinta menatap pengendara mobil itu dengan tajam. Ia pun kembali memfokuskan pandangannya ke depan, melihat wanita yang sok sexy itu meliuk-liukkan tubuhnya. Saat wanita itu berteriak “Go”, Cinta menancapkan pedal gas mobilnya dengan penuh emosi. Jantungnya masih berlari maraton saat ini. Degupnya benar-benar kencang. Si pemilik mobil mewah putih itu selalu menyejajarkan mobilnya dengan mobil Cinta. Saat Cinta mulai melihat garis finish, ia segera menekan tombol NOS. Kedua matanya terbelalak kembali, saat mobil Lamborghini putih itu melewatinya.

“Unbelievable! Damn it!” umpat Cinta kesal.

“Argh!!!” Cinta menggeram kesal sambil memukul-mukul setir mobilnya.

Kesempatan Cinta untuk membawa pulang uang banyak telah gagal sudah. Dan mobil mewahnya ini akan beralih kepemilikan. Ia mengerem mobilnya dengan mendadak saat akan menabrak mobil Lamborghini Aventador yang sudah mengalahkannya.

Si pemilik mobil sport mewah itu sudah bersandar di samping pintu mobilnya, dengan kedua tangannya yang sudah terlipat di depan dada sembari tersenyum. Cinta kembali memandang lelaki pemilik mobil Lamborghini itu dengan lekat. Ia masih mengagumi pemandangan terindah dari Sang Maha Penciptanya. Lelaki itu amat sangat tampan. Tubuh kekarnya berbalut kemeja lengan panjang berwarna hitam. Dia sengaja melipat lengan kemejanya sembarangan. Celana jeans berwarna hitam serta sepatu converse hitam yang sepertinya sudah menjadi style kesayangannya pun selalu melekat di tubuh tinggi tegapnya yang sempurna.

Cinta memasang wajah kesalnya saat menatap lelaki tampan itu. Dengan kesal ia menarik kunci mobilnya lantas segera turun dari mobil mewahnya. Ia membanting pintu mobilnya dengan kasar. Fiza, Ricky, Rizuki dan Dudi berjalan mendekat ke arah Cinta dan lelaki tampan itu.

“Astaga naga!” teriak Fiza kaget saat melihat si pemilik mobil Lamborghini Aventador itu.

“Ini kuncinya!” ucap Cinta sembari memberikan kunci mobil sport -nya kepada lawannya itu.

Lelaki itu tersenyum menatap Cinta. Ia sama sekali tak berniat untuk mengambil alih kepemilikan mobil sport mewah Cinta. Cinta terkejut saat lelaki tampan itu menarik tangannya yang sedang terulur untuk memberikan kunci mobil. Dalam hitungan detik, lelaki itu mendekap tubuh Cinta dengan erat. Aroma parfum yang melekat di tubuh lelaki tampan itu sangat familiar di indera penciuman Cinta.

Kedua mata Cinta terpejam saat merasakan sebuah kecupan sayang mendarat di pucuk kepalanya. Cinta terlihat sangat pasrah menikmati perlakuan manis lelaki tampan itu. Ia sama sekali tak membalas pelukan hangat itu, sekalipun dirinya merindukan sosok lelaki tampan ini. Dunia Cinta sudah benar-benar terporak poranda oleh lelaki tampan berwajah khas Arabian itu. Raka Bagaskara.

CintaRaka®

Repub.11Nov17; Teaser Novel DIA.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top