Dia.


Hani melihat ke arah cermin dan sesosok wanita mungil berambut hitam panjang balas melihatnya. Sangat terlihat jelas dari warna kulitnya yang berupa sawo matang dan mata besar warna cokelatnya, wanita tersebut bukan berasal dari negara ginseng tempat ia sekarang berpijak. Hani lalu menghela napas panjang mengamati setelan kerja berwarna biru yang ia kenakan. Semalaman Hani kalang kabut mengacak-acak seluruh isi kopernya untuk mencari pakaian yang cocok untuk ia kenakan di hari pertamanya magang di Mnet Media Corp, sebuah perusahaan stasiun televisi terbesar di Korea yang bergerak di industri musik.

Bekerja di dunia hiburan di Korea merupakan salah satu impian terbesar Hani. Mungkin orang-orang berpikir Hani bisa berkuliah dengan jurusan ilmu komunikasi di negara ini karena uang dari kedua orang tuanya yang memang merupakan salah satu pengusaha di Indonesia. 'Pantas saja dia bisa kuliah di korea, yang hanya dia lakukan adalah meminta uang kepada orang tuanya dan poof! Semuanya terjadi sesuai apa yang dia inginkan.' Itulah kata-kata yang sering dilontarkan oleh orang-orang di sekitarnya. Hani tidak pernah menyalahkan mereka yang berpikir seperti itu, karena sejujurnya ia tidak peduli dengan apa yang ada di pemikiran mereka. Mereka tidak tahu saja perjuangan yang telah Hani lakukan selama ini. Saat semua orang menghabiskan akhir pekan mereka dengan bersenang-senang berkumpul bersama teman atau keluarga mereka, Hani harus berkutat dengan berbagai macam les. Kedua orang tua Hani memang selalu menuntutnya untuk selalu menjadi yang terbaik di kelas maupun di masyarakat. Oleh karena itu, masa remaja Hani yang seharusnya ia habiskan untuk membuat memori bersama teman-temannya ia habiskan untuk belajar agar dapat meraih cita-citanya.

***

"Hani, kamu pasti bisa! Bekerja di sini adalah hal yang selalu kamu inginkan sejak pertama kali kamu berkuliah di negara ini!" Hani menyemangati dirinya sendiri yang mulai gugup saat melihat gedung besar di hadapannya. Hani lalu berjalan memasuki gedung dan mengecek catatan yang ia simpan di dalam ponselnya.

Room 312 , Kang Minhyuk PD - 10.00 am

ia mengecek jam dan membelalak kaget saat melihat waktu sudah menunjukkan jam 09.58 pagi. Hani pun berlari berharap ia tidak terlambat karena itu akan memberikan kesan pertama yang buruk.

Tiba-tiba Hani merasakan tubuhnya terhempas menabrak sesuatu yang keras, Hani kehilangan keseimbangannya dan terjatuh.

"Apakah kamu baik-baik saja?" sebuah suara rendah memasuki gendang telinga Hani, membuatnya mendongak ke sumber suara tersebut.

"Oh maaf! Aku sedang terburu-buru. Apakah kamu tahu dimana aku bisa menemukan Pak Kang Minhyuk?" jelas Hani sambil berusaha berdiri dan merapihkan penampilannya.

"Ah! Kamu pasti Hani!" seru pria bertubuh tinggi di hadapannya. Untuk sesaat Hani mengagumi ketampanan pria yang ternyata mengetahui dirinya itu.

"Iya, perkenalkan aku Hani dari Indonesia." ucap Hani sambil mengulurkan tangan mungilnya ke arah pria tersebut.

"Ya, aku tahu. Aku adalah Kang Minhyuk yang kamu cari."

"Ternyata kamu berbeda sekali dengan yang aku bayangkan."

"Memang seperti apa yang bapak bayangkan?" tanya Hani dengan penuh rasa ingin tahu.

"Aku tidak pernah membayangkan bahwa yang akan menjadi asistenku adalah seorang gadis manis yang fasih berbahasa Korea. Apakah kamu benar-benar bukan berasal dari Korea?" ucap Kang Minhyuk sambil melontarkan senyum tampannya.

Hani pun hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas pujian yang dilontarkan oleh atasan barunya itu. Dalam hati Hani berharap bahwa semuanya akan berjalan lancar selama ia magang di tempat ini.

***

Enam bulan telah berlalu. Hari-hari Hani dipenuhi dengan kesibukan yang sangat menguras energi dan otak Hani. Hani memang sudah membayangkan bahwa menjadi anak magang di Mnet tidaklah mudah, apalagi semenjak Hani tahu bahwa Kang Minhyuk adalah seorang atasan yang perfeksionis dan ternyata sangat serius dan tegas dalam bekerja. Saat bekerja, Kang Minhyuk tidak pernah sekali pun mengajaknya mengobrol atau bercanda. Ditambah lagi, terkadang perlakuan dari beberapa idol dan pegawai sedikit tidak mengenakkan. Pernah suatu hari saat ia melewati sekelompok orang di belakang panggung ia mendengar percakapan mereka soal dirinya. Mereka berpikir bahwa bahasa Korea Hani belum terlalu lancar.

"Ya! Kamu tahu tidak anak magang baru yang berasal dari Indonesia itu?" tanya salah satu dari mereka yang berambut pirang.

"Ah! Yang kulitnya berwarna cokelat itu? Gadis yang sangat dingin dan sombong itu?" balas teman di sebelahnya.

"Iya benar! Menurutku juga dia sangat sombong, padahal hasil kerja dia biasa saja. Tapi mengapa ya Pak Minhyuk mempercayainya untuk mengurus idol-idol besar? Padahal dulu aku harus menunggu setahun untuk mengurus idol yang terbilang cukup terkenal." imbuh nya dengan menghela napas.

"Hah! Seharusnya dia balik saja ke negaranya. Dia tidak pantas berada di sini, lagipula idol-idol banyak yang lebih ingin di urus oleh orang Korea daripada dengan orang asing sepertinya."

Hani tidak mendengarkan kelanjutan dari percakapan itu, pada saat itu ia langsung pergi dan melanjutkan pekerjaannya. Hani tidak pernah berpikir bahwa ia sombong. Mungkin memang ia terlihat dingin, tapi itu semua karena Hani tidak pernah ingin menunjukkan sisi lemah dirinya. Jika seseorang menawarkan bantuan kepada Hani karena mereka berpikir Hani tidak bisa mengurus suatu pekerjaan karena Hani bukan orang Korea, Hani menolak bantuan tersebut. Hani ingin menunjukkan bahwa ia dapat melakukannya. Hani terkadang berpikir mengapa masih ada orang yang mempermasalahkan asal usul dari seseorang. Mengapa mereka tidak menilai seseorang dari apa yang telah ia perbuat tanpa memandang latar belakang dari orang tersebut. Sebenarnya kejadian seperti ini bukanlah yang pertama kali terjadi dalam hidup seorang Hani di Korea. Ia sempat merasakan diperlakukan berbeda di kampusnya hanya karena ia bukan orang Korea. Dan hal tersebut Hani jadikan salah satu motivasinya untuk selalu melakukan segala sesuatu dengan benar dan baik, agar ia dapat menunjukkan bahwa ia mampu bekerja dengan baik seperti orang-orang di negara itu. Tetapi pada faktanya manusia tidak luput dari kesalahan.

***

"Benar-benar memalukan!" bentak Lee Howon sambil memukul meja dengan kepalan tangannya.

'Bodoh.. bodoh.. bodoh' rutuk Hani dalam hati. Hani telah melakukan hal yang sangat bodoh. Wajar saja Lee Howon terlihat seperti macan yang ingin menerkam mangsanya. Hani hanya bisa menundukkan wajahnya dan mempersiapkan dirinya atas apa pun yang akan terjadi.

"Kang Minhyuk! Kamu tahu apa kesalahan kamu bukan? Kamu tahu bahwa kamu bisa di pecat karena kesalahan...." belum sempat Lee Howon menyelesaikan kata-katanya, ada seseorang yang memotong perkataannya.

"Pak, ini semua karena Hani.." Semua mata lalu tertuju kepada Hani. Mereka menatap Hani dengan penuh rasa kesal, kecewa, dan bahkan iba.

"Hani ! Kenapa kamu diam saja? Kamu ingin berlindung dibelakang Pak Minhyuk dan membuat beliau di pecat?!" ucap seseorang bernama Jae Hin yang berdiri tepat disebelahnya.

"Saya tidak peduli. Yang saya tahu, ini adalah tanggung jawab dari Kang Minhyuk."

"Minhyuk, saya tunggu kamu di kantor saya." imbuh Lee Howon mengacuhkan perkataan orang-orang tadi mengenai Hani. Bahkan mungkin Lee Howon sama sekali tidak memandang Hani dan benar-benar mengacuhkan keberadaan Hani yang hanya seorang anak magang. Lee Howon lalu langsung meninggalkan ruangan tersebut.

"Pak Minhyuk... Saya yang salah.. Biarkan saya yang akan ke kantor Pak Howon.." Hani menghampiri Kang Minhyuk yang memasang wajah datar sedari tadi.

"Tidak apa-apa. Ini tanggung jawab saya. Yang penting untuk selanjutnya, kamu bisa belajar dari kesalahan." Jawab Kang Minhyuk sambil menyinggungkan senyum manis andalannya, dan langsung bergegas mengikuti Lee Howon. Hani benar-benar terkejut melihat senyuman yang terlukis di wajah Kang Minhyuk. Mengapa bisa Kang Minhyuk tidak memarahinya, padahal beliau adalah orang yang sangat perfeksionis dan tidak mentolerir kesalahan.

Plakkk!

Sebuah tangan melayang melukiskan bekas merah di pipi kanan milik Hani, sesaat Hani tidak menyadari situasi yang sedang terjadi. Yang ia rasakan adalah rasa panas yang timbul di pipinya, sontak ia menangkup pipi miliknya dan melihat ke arah pelaku yang telah menamparnya dengan wajah dingin.

"Bisakah kamu membantu ku? Tolong pergi dari hadapan ku, dari hadapan Kang Minhyuk. Atau kalau bisa pergi dari negara ini. Masih banyak orang Korea yang lebih kompeten dari pada kamu." ujar Jae Hin dengan wajah datar namun memancarkan kesinisan.

"Kamu tidak punya mulut? Sedari tadi kamu hanya diam dan memasang wajah yang membuat ku muak. Tidak ada sedikitpun rasa bersalah." ucap seorang wanita yang merupakan salah satu orang yang membicarakan Hani di belakang panggung waktu itu.

"Apakah kamu tahu akibat dari perbuatan bodoh mu itu? Jika sampai Kang Minhyuk di pecat, dia akan menyia-nyiakan 6 tahun perjuangannya agar sampai di titik ini. Dan hanya karena seorang wanita bodoh dia mungkin harus memulai semuanya dari nol lagi." dan kata-kata Jae Hin itu menampar keras diri nya. Hani pun lalu membalikkan badan mengacuhkan orang-orang di sekitarnya dan pergi.

***

"Mereka benar! Semua yang mereka bicarakan benar tentang aku semuanya benar. Tidak di sini, tidak di Indonesia mereka semua akan selalu meragukanku. Tak peduli seberapa keras aku berusaha." Hani tertawa kecil menertawakan kehidupannya yang seperti adegan komedi. Alam seolah ikut berperan dalam kehidupannya, dan rintik-rintik air pun mulai berjatuhan membasahi tubuh mungil Hani. Udara dingin di atap gedung terasa begitu menusuk tulang.

Hani terbayang-bayang sosok Kang Minhyuk yang bisa saja dipecat karena kesalahannya. Satu-satunya orang di Mnet yang tidak pernah memandang Hani dengan sebelah mata. 'Pak Minhyuk pasti sangat membenci ku.. Senyuman tadi tidak akan ada lagi jika dia benar-benar di pecat karena aku..' pikir Hani dalam hati.

"HAHAHAHA! YA! HANI KAMU ORANG TERBODOH YANG PERNAH ADA!" Hani terus tertawa hingga satu persatu air matanya mulai berjatuhan, derai tawanya berubah menjadi isak tangis yang selama ini terpendam. Selama 21 tahun hidupnya, Hani selalu di kenal sebagai gadis yang jarang menangis. Hani selalu tampak seperti gadis dingin yang kuat menerima terpaan apa pun.

Tetapi rasa sakit yang disebabkan oleh rasa dingin itu pun tidak sebanding dengan apa yang Hani rasakan saat ini. Hani sangat lelah dengan semua ini. Semua orang akan selalu meragukan dan merendahkan Hani, tidak peduli seberapa keras Hani berusaha untuk meraih impiannya. Dari kecil, Hani selalu di tuntut untuk selalu menjadi juara kelas oleh kedua orang tuanya. Hani bisa mendapatkan beasiswa kuliah di Korea pun, juga karena usaha yang ia lakukan mati-matian. Tetapi tetap saja orang akan mengatakan bahwa Hani dapat juara kelas karena menyogok atau Hani dapat ke Korea karena uang orang tuanya. Di saat Hani datang ke Korea, Hani berharap untuk memulai hidup yang baru. Di mana orang-orang tidak tahu siapa orang tua Hani. Hani ingin memulai semuanya dari awal lagi. Namun, ternyata takdir memang selalu mempermainkan Hani. Di Korea pun, ia di hadapi dengan masalah diskriminasi hanya karena dia bukan orang Korea. Seberapa baik hasil kerja Hani, saat Hani hanya melakukan satu kesalahan, orang-orang tetap akan menghujatnya.

Hani lelah. Saat Hani selalu berusaha tetapi tak ada seorang pun yang percaya akan dirinya atau mendukung dirinya. Seperti, seberapa pun Hani berusaha Hani tidak akan pernah cukup baik. Hani merasa sendiri dan terpuruk. Kepercayaan dirinya yang ia miliki selama ini, seketika menguap begitu saja. Yang hanya ingin Hani lakukan sekarang adalah memeluk erat dinginnya hujan sampai ia mati rasa atas semua nya. Ia memejamkan matanya untuk sesaat dan bersandar menghadap langit menikmati hujaman hujan yang mengenai wajahnya. Tiba-tiba ia tidak merasakan rintik hujan lagi, melainkan kehangatan di seluruh tubuhnya dan ia juga merasakan sentuhan di kedua pipinya. Hani pun membuka matanya dan melihat langsung ke dalam sepasang bola mata yang memancarkan keteduhan. Hani menyadari bahwa Kang Minhyuk telah meletakkan jaket tebal di tubuhnya dan memayungi mereka berdua sambil mengelus pipinya. Untuk sesaat Hani hanya terdiam dan membayangkan apa yang terjadi dalam ruangan Lee Howon. Hani lalu berdiri dan mendorong Kang Minhyuk, dan membuat nya terkejut atas reaksi Hani.

"Berhenti berpura-pura baik kepadaku! Aku tahu pasti Pak Minhyuk juga memiliki pemikiran yang sama dengan Jae Hin dan yang lainnya. Aku memang gadis bodoh! Bahkan aku membuat dirimu dipecat! Aku bahkan bisa-bisanya memberikan rundown yang salah kepada idol senior dan membuatnya tidak datang ke acara musik tadi." teriak Hani kepada pria di hadapannya.

"Aku memang bodoh! Aku lelah.. aku tidak akan pernah menjadi seseorang yang cukup baik. Sebagaimana pun aku berusaha." Hani pun mulai terisak kembali sambil menutupi wajahnya.

Kang Minhyuk memegang kedua bahu milik Hani dan mencoba menenangkannya sambil berkata, "Tenang Hani, Aku tidak pernah sedikit pun berpikir hal buruk tentangmu. Selama 27 tahun aku hidup, baru pertama kali aku bertemu seseorang seperti dirimu. Dengan sikap optimis pantang menyerah dan ambisi yang terpancar dari matamu. Aku pun sangat tahu, dibalik sikap dinginmu terdapat gadis berhati lembut di dalamnya. Kamu bukanlah tipe gadis yang ingin terlihat lemah di hadapan orang. Dan kata siapa aku dipecat? Tidak ada seorang pun yang bisa menyingkirkan ku semudah itu. Kamu juga harus seperti itu, karena Hani yang aku kenal tidak akan pernah menyerah. "

"Tenang kita akan berjuang bersama. Aku yakin kamu pasti bisa. Karena dari awal kita bertemu, yang aku lihat adalah sesosok gadis manis yang kuat dan memiliki mata yang berapi-api. Pada saat itu aku pun berjanji pada diriku untuk selalu ada untuk mendukungnya." Ucap Kang Minhyuk dengan senyuman tampan yang mengingatkan Hani pada saat mereka pertama kali bertemu. Dan senyuman itu juga yang membuat Hani merasa siap menghadapi rintangan apapun di kemudian hari.

Kang Minhyuk, Dia orang pertama dalam kehidupan Hani di negara ginseng yang percaya bahwa Hani dapat meraih impiannya.

~SELESAI~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top