✏️ 10 🍯 Tugas Akhir yang Melelahkan
بسم الله الرحمن الرحيم
¤Marentin Niagara¤
-- Selamat Membaca --
✏ Bersama dalam setiap doa yang terangkai indah sampai pada waktunya tiba ✏
🐾🐾
Bekerja, penelitian dan menulis. Tiga hal yang membuat Samudra hampir tidak memiliki waktu untuk bisa memanjakan hati bercengkerama dengan kekasih tercinta. Pun demikian halnya dengan Aida. Mengajar, privat, siaran, kegiatan kampus dan juga discuss dengan pak Agung yang lumayan alot.
"Jadi begini Pak, mengapa saya memilih wilcoxon sign rank test karena data yang saya ambil sudah abnormal sehingga____"
"Stop it Aida. I said before, every student who wanna discuss with me about their thesis please speak up in English."
Persyaratan baru dari fakultas yang mewajibkan mahasiswa yang akan ujian compre harus memiliki toefl minimal 450 maka dengan itu pula hampir setiap dosen memberlakukan untuk setiap kali bimbingan dengan mahasiswanya harus bisa berbicara dengan Bahasa Inggris.
Bukan hal sulit, tapi mungkin belum terbiasa saja untuk Aida.
"I'm so sorry, Sir. That's just not used to it yet. So, why did I choose to use the wilcoxon sign rank test because the data which I obtained became abnormal when I used the SPSS test."
Dan demikianlah selanjutnya Aida melakukan diskusi tentang pengerjaan skripsinya. Agung Pamungkas, doktor keluaran Edith Cowan University, Joondalup, Aussie ini memang begitu detail memberikan arahan bahkan sampai dengan pemilihan diksi kalimat yang membuat Aida tercengang.
Banyak sekali coretan dengan bolpoint merah yang harus dia ganti. Baik itu kalimat pengantar maupun tentang pembahasan ke inti permasalahan.
Kalau sudah lelah seperti itu siapa lagi tempat Aida mengadu. Samudra Wijaya yang selalu meluangkan waktunya untuk mendengar semua ocehan dan keluh kesahnya.
Namun, sudah 3 minggu ini seolah memang komunikasi mereka sedikit terhambat. Bukan karena tidak saling support hanya karena kesibukan masing masing dan deadline yang harus disegerakan untuk mengeksekusi pekerjaan mereka masing masing.
"Capek Sayang. Satu minggu kemarin benar-benar ikut lepas pantai. Nentuin titik sumur yang akan di drill. Skemanya sudah dapat hanya memang arus yang ada di sana jauh lebih gede dari perhitungan kita. Jadi musti di hitung ulang." Kata Samudra saat dia dan Aida tersambung dalam sebuah panggilan vidcall.
"Istirahat Nda, tubuhnya juga perlu diperhatikan. Itu sampe jambang tumbuh subur kok nggak di cukur sih Nda? Kelihatan kurus tau."
"Bukannya terlihat macho atau lebih dewasa?" Aida tersenyum membenarkan, hanya saja di proyek dan dengan keadaan seperti itu membuat Samudra seperti orang yang tidak terurus.
"Kamu selalu tampan dengan model apa pun Nda. Hanya saja kalau tumbuhnya seperti itu kaya orang nggak terawat." Kata Aida membenarkannya.
"Iya, lupa nggak bawa shaving cream. Kemarin dipaksain dicukur tapi malah berdarah. Nantilah kalau ada waktu ke kota beli." Jawab Samudra dengan senyum smirknya.
"Untung saja di sana jarang yang namanya kaum hawa." Kata Aida sambil tertawa.
"Kalau pun ada juga tidak akan lebih menarik daripada kamu Ndut. Jangan mikir macem-macemlah. Aku kan di sini dalam misi supaya tugas akhirku cepet kelar."
"Sudah sampai mana Sayang ngerjainnya?"
"Ya tinggal pembahasan saja. Hasil dari penelitian yang aku lakukan. Wuih ternyata di lepas pantai itu ngeri-ngeri sedap ya. Mungkin karena aku juga baru pertama kali ini langsung ikut survey kemudian ngukur arus juga. Menentukan titik drill itu ternyata nggak semudah bayangan kita seperti ketika sedang diskusi di kelas." Jelas Samudra. Sebenarnya Aida tidak begitu mengerti cerita Samudra namun dia selalu antusias mendengarkan cerita kekasihnya itu.
"Terus?"
"Ya kita harus benar-benar jitu menentukan sudut untuk drilling. Kalau salah fatal akibatnya, terlebih jika terjadi kebocoran. Bukan hanya manusia yang merugi tapi juga biota laut. Bayangin saja jika sampai laut tercemar karena kebocoran drilling, bukankah ekologi tidak lagi bisa memberikan contohnya karena kepunahan biota laut tersebut. Anak cucu kita tidak akan menikmati indahnya terumbu karang." Kata Samudra.
"Dosen banget sih bahasanya. Dokter Boyke mah bukan ngomongin biota laut Nda, but how to explore new styles to get maximum results."
"Excuse me?? Mulai nakal ya." Kata Samudra dengan senyumnya.
Aida bukannya menjawab tapi memilih untuk tertawa. Ya, tertawa bersama Samudra itu sangat mengasyikkan setelah dia bergelut dengan semua tugas yang membuatnya sangat lelah.
"Inget Armageddon jadinya Nda, ndutmu ini. Dan tentu saja ndandaku sayang ini yang jadi Bruce Willisnyalah ya. Gimana tuh kira-kira caranya melakukan pengeboran dengan tepat untuk menanam hulu ledak nuklir sehingga bisa menghalau dan meledakkan meteor dan menyelamatkan bumi dari malapetaka." Kata Aida diantara sela-sela tawanya.
Samudra hanya tersenyum menanggapi Aida yang masih terkekeh geli. Mengingat correlation dari cerita Aida dan juga tentang pekerjaannya.
Ya sebagai seorang insinyur minyak pasti harus mengerti bagaimana membuat sumur dengan pengeboran onshore, kemudian pembuatan mud pit dan cellar. Baru setelahnya membuat derrick sebagai penyokong drilling rig dan seluruh aktivitas pengeboran.
"Bedanya di darat dan di lepas pantai itu apa saja sih Nda?" tanya Aida yang mulai nyambung diajak bicara oleh Samudra.
"Apa ya, kalau darat ya di darat Ndut kalau lepas pantai ya di laut."
"Iya maksudnya caranya itu tadi buat drilling rignya?"
Samudra tersenyum kemudian menjawab pertanyaan Aida, "Yang sangat kentara adalah konstruksi platform dan metode mendirikan derrick. Di darat, derrick didirikan dengan sangat mudah. Namun lain halnya dengan pengeboran lepas pantai. Setidaknya ada 4 jenis platform untuk pengeboran lepas pantai yaitu fixed platform, self-elevating platform, semi-submersible platform, dan dynamic positioning vessel."
"Itu makanan dalam bentuk apa sih Nda? Kok ndut belum pernah dengar." Tepok jidat Samudra bersamaan dengan tawa renyah Aida.
Ya tentu saja Aida tidak memahami dengan penjelasan ilmiah Samudra. Mendengar saja mungkin baru juga kali ini darinya. Istilah-istilah yang menurut Aida begitu asing baik penyebutan dan juga fungsinya.
Begitulah yang bisa dilakukan untuk dua orang yang sedang jatuh cinta itu untuk saling support. Meski berjalan dengan jalur yang berbeda namun bukan perbedaan yang menjauhkan mereka namun justru membuat keduanya ingin selalu ada untuk menjadi pemantik semangat sehingga bisa bersama sama mencapai tujuan yang diinginkan.
Malam menjadi siang dan siang yang selalu siang. Kegiatan full dan juga tugas akhir yang menyedot begitu banyak perhatiannya membuat Aida jarang sekali memperhatikan pola tidur dan makannya. Insomnia akut dan juga penyakit malas menyentuh makanan membuat tubuhnya memberikan aksi protes.
Hingga Samudra telah menyelesaikan kerja prakteknya di Balikpapan dan telah kembali ke Bandung. Mereka berdua hanya berkomunikasi sebentar sekedar say hallo dan bertukar kabar. Selebihnya memang disibukkan dengan penulisan karya ilmiah mereka masing-masing.
"Well done, this thesis is ready to be registered for the exam. How about your compre and also toefl?" tanya pak Agung saat Aida bimbingan di hari terakhirnya. Semua skripsi yang di tulis Aida memang telah selesai dikerjakan hanya ada beberapa revisi tentang kalimat yang pemilihan diksi katanya kurang tepat menurut pak Agung.
"Everything is settled."
"Back to me in the next meeting and don't forget to bring approval page for your thesis examination registration. Of course with the revision about our last discuss." Kata pak Agung dengan senyum yang mengembang.
Tidak perlu dijelaskan bagaimana bahagianya saat Aida mendengar pesan informal itu dari dosen pembimbing skripsinya. Lampu hijau yang dia dapatkan tentu harus dengan persetujuan DPS keduanya.
"Ok, I will ask Mrs. Elok first and tell about this to her. Thank you very much, Sir" Jawab Aida yang tidak lepas sedikit pun dari senyuman indah di bibirnya.
"With our pleasure. Tidak salah memang Pak Yusuf memilihmu untuk menjadi asistennya. Diskusi dua arah yang sering kita lakukan cukup menjawab what's different you with." Kini berubahlah topik pembicaraan mereka bukan lagi sebagai seorang mahasiswa dengan dosen pembimbingnya. Tetapi antar seorang dosen dan asisten dosen.
"Sebenarnya ada sebuah proyek yang ingin saya sampaikan sedari awal kamu ingin mengambil skripsi tentang ini. Saya tahu betul kapasitas pengetahuan kamu tentang pasar modal, saham, IPO, right issue, stock split, margin trading, bullish, capital loss, capital gain, cut loss and everything about Indonesian Stock Market. Pernah nggak kita berpikir untuk mendirikan sebuah pojok bursa di fakultas ini. Saya ada satu PC yang terkoneksi dengan internet, so why not we are try to learn it together?" Kalimat panjang terakhir dari Pak Agung tersebut membuat mulut Aida menganga.
"Sorry but is this an order or an offer?" tanya Aida dalam mode ketidakpercayaannya.
"Yes, both of it. What do you think?"
Tidak lagi bisa membantah, Aida memang terlalu suka dengan hal baru yang dia pelajari sekarang. Tentang sebuah trading di pasar modal juga dengan semua habbit yang terjadi atas anomali transaksi di saat saat tertentu yang bersentuhan langsung terutama dengan karya ilmiahnya.
"Ok, siapa takut. But___hhhmmm about the capital, How do we get it?"
"I have 3 million rupiahs for take it."
"Deal. I will try to make sure tomorrow after class."
Percakapan baru yang membuka peluang Aida untuk menunjukkan penerapan ilmu yang telah dia pelajari. Actually, banyak bank-bank yang menjadi kustodian dalam proses penjualan saham. Namun dengan ilmu yang di peroleh serta beberapa sharing season yang pernah Aida ikuti tentang sebuah trading di pasar modal membuat percaya dirinya untuk bisa bermain dengan pojok bursanya sendiri.
Ini bukan tentang sebuah akuntansi. Tetapi manajemen untuk membagi modal dalam beberapa portfolio. Don't put all eggs in the same basket. Hanya istilah itu yang Aida terapkan untuk mengelola keuangannya.
Sambil menunggu jadwal untuk pelaksanaan ujiannya Aida begitu asyik dengan pekerjaan barunya. Memperhatikan IHSG dan beberapa saham yang menjadi incarannya termasuk saham saham blue chip di dalamnya.
Berbeda dengan Aida, Samudra begitu serius dengan tulisannya. Sedikit bermasalah dengan sebuah ukuran yang sebenarnya tidak terlalu krusial namun membuatnya hingga harus berdebat dengan dosen pembimbingnya.
"Kamu tahu kan itu artinya seperti apa?"
"Tapi sebenarnya itu bukan masalah krusial Pak, di lapangan yang saya peroleh seperti itu."
"Kebetulan, jangan meremehkan hal hal kecil yang nantinya akan menimbulkan masalah besar. Kamu tahu peristiwa di Jawa Timur yang sampai saat ini tidak ada penyelesaiannya? Rubah atau kamu harus mengulang dari awal."
Mengulang dari awal? Yang benar saja. Perjuangan selama satu semester ini pasti akan sia-sia jika harus mengulang dari awal.
"Nda, apa susahnya si ikuti aturan mainnya dia? Daripada harus ulang dari awal. Bakalan lama dong ntar lulusnya."
"Gombles emang itu dosen. Padahal mas Nugroho, dospem utama aku sudah ACC Ndut. Tinggal minta tanda tangan dia doang. Aduh gimana dong?"
"Nda nanya ndut, ndut nanya siapa dong?" tawa garing Aida tidak ditanggapi oleh Samudra. Sepertinya memang dia sangat frustasi akibat ditolaknya pengajuan pengerjaan akhir tugas akhirnya. "Begini saja Nda, untuk lebih amannya ndanda ikuti saja permintaan beliau. Menyesuaikan dengan ukuran yang diminta. Apa terlalu banyak yang harus di rubah jika menggunakan angka itu?"
"Nggak juga Ndut. Cuma masalahnya gambar di excelnya yang ndamu ini nggak bisa. Temen nda si Abbas sedang keluar kota untuk penelitian tugas akhirnya juga. Nda butuh cepet."
"Temen yang lain nggak bisa bantu?"
"Yang bisa cuma Abbas doang sekelas."
"Gini deh coba, semoga bisa membantu ya. Pak Agung, dospem ndut itu mahir dan ciamik banget excelnya. Besok coba deh ndut discuss sama beliau kira-kira bisa bantu nda nggak."
"Yakin?"
"Dicoba deh ya, daripada galau begini. Cuma gambar saja kan?"
Keesokan harinya Aida menemui dospemnya untuk membicarakan masalah Samudra tentang gambar drilling rig yang 'dianggap' keliru oleh dospemnya.
"Samudra? Pacar kamu itu ya, sampai bisa menggantikan nama saya di lembar persetujuan loh. Coba lihat yang ini benar nama saya atau masih nama Samudra?" ah pak Agung ini mengingatkan Aida tentang peristiwa memalukan saat dia akan seminar proposalnya dulu.
"Coba dia suruh kirim modelnya seperti apa Da, nanti di utak-atik dari sini."
Tidak butuh waktu lama, Samudra segera mengirimkannya ke email Aida untuk bisa disempurnakan. Membaca petunjuk dari Samudra, Aida dan pak Agung berusaha untuk mengutak atik sesuai dengan permintaan dosen pembimbing Samudra.
Satu jam berlalu dan mereka akhirnya menyelesaikan tanpa cela.
"Sam, you know what's different your girl with the others?" tanya Pak Agung saat Aida melakukan video call dengan Samudra untuknya mengucapkan terima kasih atas bantuan dosen pembimbing Aida tersebut.
"She is full of determination." Jawab Samudra dengan sangat yakin.
"And I know that she does love you. Only your name is in her heart and mind, because my name can also be read into your name." Kata pak Agung sambil tertawa disambut senyum tersipu milik Samudra dan juga Aida.
"Ah Bapak bisa saja."
"Bener, coba tanya dia." Jawab pak Agung yang masih dengan senyum sisanya.
"Pak jangan buka rahasia dong, nanti mas Samudra makin gede kepala." Sergah Aida.
"Is dat waar?" tanya Samudra kepada Aida.
"Omdat ik hou van jou." Jawab Aida yang diikuti tanggapan tangan terbuka dari pak Agung seolah dia bertanya apa yang sedang mereka bicarakan.
"Ik hou ook echt van jou."
"Baiqq, orang tua seperti saya ini tidak perlu tahu percakapan kalian apa." Protes dari pak Agung langsung membuat ketiganya tertawa bersama.
"No Sir, for everything I would like to say thanks. May Allah give His take care of you more." Jawab Samudra.
"All our pleasure. Satu pesan saya buat kamu Sam, jangan buat sakit anak didik saya yang satu ini ya. Titip jaga hatinya."
"Inshaallah."
Sejauh apa pun rencana manusia. Allah tetaplah dzat pemilik kuasa atas segala hal.
👦👧
-- to be continued --
Jadikanlah AlQur'an sebagai bacaan utama
♀️🙇♀️
Jazakhumullah khair
Blitar, 04 September 2019
R
epublish 02 November 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top