25. Villa

Selepas membawa ketiganya keluar dari tempat tak seharusnya mereka berada, Taeyong segera mengajak rekannya agar bergegas kembali ke villa malam ini juga. Karena percuma juga balik, sedangkan ketiga rekannya itu sesungguhnya masih tinggal di villa.

Agak membingungkan, tapi kenyataan bahwa tiga orang yang diajak pulang bukanlah teman mereka, cukup menimbulkan banyak pertanyaan. Mengingat bagaimana interaksi mereka sebelum menyadari ketiga sosok itu. Namun, mama dan Junghwan jauh lebih bingung dan khawatir. Terlebih ketika Taeyong menjelaskan apa yang sedang dialami oleh Jisoo. Membuat mereka terguncang tanpa dapat berkata-kata. Sehingga Taeyong meminta Yuta, Siyeon bersama Seolhyun menemani ibu dan saudara Jisoo, selama mereka masih mengalami syok.

Sementara itu, Taeyong bersama tiga rekanannya langsung banting setir menuju villa. Jarak yang amat panjang itu ditempuh dengan kecepatan perkilometer per jam. Menyebabkan keluhan penghuni bangku belakang lantaran mengalami guncangan yang mengoyak isi perut. Beruntung saja, malam ini jalan sepi dan mobil tidak harus bersaing dengan pengguna jalan lain.

Hwasa begitu diberitahu Taeyong perihal ketiga temannya, segera menghubungi Eunbi yang sampai detik ini tak kunjung jua membalas. Barangkali gadis itu masih terlelap tidur, mengenali pukul berapa saat ini. Lalu berdasarkan perhitungan Johnny, mereka akan sampai villa kurang lebih saat pagi hari, sekitar pukul 6 atau paling lama jam 7.

Kali ini Johnny-lah yang menyetir mobil dengan gaya ugal-ugalan. Beberapa kali dia sengaja melewatkan lampu merah yang kebetulan sepi, minim kendaraan kewat. Menembus keheningan dengan kebisingan gerungan sang kendaraan.

Taeyong sendiri telah meminta Junkyu dan teman-temannya agar menjaga Jisoo juga lainnya di villa tersebut. Ketiganya berada di tempat berbeda, yang menyembunyikan keberadaan mereka beberapa hari ini. Bobby pun masih menyakinkan Scoups lewat telepon bahwa gadis yang bersamanya saat ini bukanlah Bona. Mengikuti arahan Taeyong, dia memberihukan padanya apa yang perlu dilakukan untuk mengusir arwah itu dari tubuh fana sang kekasih.

Sedangkan pihak Jimin sulit dihubungi, membuat mereka bingung. Demikian pula, sama Taehyung. Hwasa-lah yang meminta Yuta—barusan dihubungi—supaya mencari tahu Taehyung ataupun Jimin.

“Eunbi!” Hwasa yang berseru kegirangan spontan diperhatikan oleh ketiga cowok tersebut. Mereka juga sama girangannya begitu Eunbi merespon panggilan. Kemudian meminta supaya gadis itu mengecek ke villa dan menjaga teman-teman mereka di sana, yang mana membingungkan Eunbi.

Dengan cepat Hwasa menjelaskan. Seolah paham keadaan, Eunbi segera menuruti permintaan sang teman. Di tempatnya sendiri, dia bergegas membangunkan kedua orangtuanya dan mengulang lagi semua penjelasan Hwasa yang kontan mengagetkan sepasang orang tua tersebut.

Tanpa pikir panjang lagi, mereka bertiga bergegas ke villa dan mencari keberadaan ketiga orang yang ternyata masih tinggal di villa. Siwon, ayah Eunbi, kelewat panik. Rasa sesal terbesit di hati, seakan inilah salahnya karena luput memberitahukan tentang villa.

Terlebih pula, kedatangan mereka di waktu yang tidak tepat. Mereka seharusnya tidak datang pada malam Ju’mat kliwon. Jangan pula bertandang sebelum penghuni melewatkan hari sakralnya. Lantas, beginilah akibat saat datang di waktu yang salah dan kesalahan dirinya pula karena lupa memberitahukan sisi lain dari villa.

...

Matahari mulai nampak di sudut cangkrawala. Petang pun tergantikan sang fajar. Sesuai prediksi Johnny, mereka sampai villa pukul enam kurang lebih. Langsung berbondong-bondong turun dan masuk ke rumah bertingkat yang semua masih tampak asli terbuat dari pohon jati berkualitas tinggi.

“Lo cari Jimin, kalian Bona ... Jisoo urusan gue!” perintahnya mutlak.

Tanpa membantah, mereka bertiga bergegas melaksanakan perintah demi mencari teman yang tertinggal. Namun, sebelumnya Taeyong berpesan supaya mereka tetap berhati-hati.

Hwasa bersama Bobby yang bertugas mencari Bona berseru keras memanggil Eunbi. Barangkali gadis itu berada di villa setelah mendapatkan permintaan darinya. Mengikuti tuturan Yuta sebelum mereka pergi, lelaki berpesan bahwa posisi Bona saat ini terjebak di taman belakang villa, sedangkan Jimin ada di kamar mandi, dan sekarang ini, Johnny sedang menyusulnya.

Jisoo? Dia terjebak di kamar itu. Kamar penyembahan yang diyakini Taeyong atas pengakuan Junkyu baru-baru ini.

Begitu sampai lantai dua, Taeyong terbeliak melihat sosok itu berdiri marah di depan pintu—satu-satunya pintu di lantai dua. Sosoknya tidak sendirian, ternyata ada makhluk lain bertubuh besar bersamanya. Namun sepertinya, makhluk bertubuh besar itu sedang menghalangi kemarahan si perempuan bergaun merah, dengan menghadang akses masuknya ke ruangan.

Taeyong cukup yakin bahwa dirinya mengenali sosok berbadan besar tersebut.

“Junkyu!” Si hantu bocah melambaikan tangan kepadanya. Sebagai kode agar dia bergegas mengikutinya masuk ke kamar.

Taeyong mengangguk pasti. Cepat-cepat mengejarnya, melewati perempuan bergaun merah yang tadinya ingin mencekik dirinya, tapi tertolong oleh makhluk besar tersebut.

Saat melihatnya di dimensi lain dengan kondisi mengerikan, bahkan dengan luka di setiap tubuhnya saja membuat hati Taeyong mencelos. Lalu sekarang, melihat gadis itu dipasung di dekat hiasan kepala kambing di dinding, makin menyesakkan batinnya.

Jisoo mengenakan gaun merah darah serupa dengan sosok perempuan itu. Surai panjangnya tergerai ke depan sehingga menutup sebagian dari wajahnya. Bekas luka di tangan dan lehernya langsung tertangkap jeli oleh netranya. Taeyong menahan napas sesaat, sebelum dirinya menaiki meja di bawah hiasan tersebut, kemudian menyibak rambut sang gadis dan mengangkat wajah lemasnya agar terpaku pada dirinya.

“Jis, Jisoo, Jisoo!” Sambil mengusap pipi pucatnya yang mulai kehilangan warnanya itu, Taeyong menyisik sekitar. Mencari cara untuk melepaskan ikatan bersimpul mati hingga matanya menangkap gunting rambut yang langsung diambil begitu saja. Dengan susah payah ia menggunting tali, acapkali membuat dirinya mengumpat lantaran kesal.

Bekas merah melingkari pergelangannya, tampak mengerikan juga memprihatikan. Taeyong lega, dan jauh lebih lega lagi ketika dirasa gadis ini mulai mengerang, menandakan masih ada kehidupan pada dirinya. Berhasil melepas ikatannya, Taeyong langsung menangkup tubuh itu kepelukannya. Tanpa sadar dia menangis lega, merapalkan syukur yang direspon oleh lenguhan kesakitan Jisoo.

“Kali ini kita pulang,” gumamnya bersyukur. Meskipun tidak mendapatkan respon, Taeyong tetap membopongnya. Kini dia tidak melihat kedua makhluk itu begitu keluar kamar. Sepertinya sang mentari telah mengusir eksistensi mereka.

Begitupun presensi Junkyu yang menghilang usai Taeyong menemukan Jisoo.

Selain dirinya, ternyata Hwasa dan Bobby sudah berada di ruang tengah bersama Bona di pelukan teman-teman mereka, Johnny juga, tetapi mereka masih dalam kondisi belum sadar demikian pula dengan Jisoo. Namun, wajah murung yang diperlihatkan oleh ketiga orang itu membuat kening Taeyong mengerut.

“Kenapa?”

Selain teman-temannya, ada Eunbi dan kedua orangtuanya pula. Taeyong sempat tak menyadari presensi mereka lantaran dipusatkan pada ekspresi teman-temannya.

“Jimin ....”

Jawaban Bobby sedikit membingungkan. Lelaki itu sepertinya sengaja menggantungnya. Membiarkan Taeyong yang tengah mengendong Jisoo, memperhatikan sendiri temannya yang dibiarkan terbaring di sofa.

Netra Taeyong menyipit tajam, memperhatikan Jimin lamat-lamat. Mulanya dia tidak menyadari apa pun, sampai berjalan mendekat hingga dia merasakan pundak meremang dan tungkai lemas begitu melihat dengan mata telanjangnya sebuah tragedi menyayatkan hati yang dialami oleh teman mereka.

Sekujur tubuh Jimin kaku, sudah kehilangan warnanya, tak selayak manusia pada umumnya. Disamping hal tersebut, satu-satunya yang membuat Taeyong mengeratkan Jisoo di gendongannya itu, bagian leher Jimin menganga lebar.

Lantas tersadarlah dia penyebab minimnya ekspresi teman-temannya ini. Taeyong pun baru menyadari kalau Hwasa sejak tadi tengah menangis sambil lalu memeluk Bona. Johnny diam seribu bahasa, Bobby sepertinya ingin semaput jika Eunbi dan orangtuanya tidak menggapai kedua pundaknya.

Taeyong tak dapat berkata-kata, selain menyampaikan duka atas kehilangan seorang teman untuk kedua kalinya. Walaupun jauh di lubuk hatinya amat bersyukur karena dua teman lainnya masih dapat mereka selamatkan.

“Taehyung ....”

Suara Johnny kali ini mengisi keheningan. Tak ada yang menyahut, sampai lelaki itu menjelaskan mengapa dirinya menyebutkan satu nama teman mereka.

“... di rumah sakit.”

...

Ini kayaknya mau end deh 🤭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top