14. Rencana
Melinoe club
Hwasa: gais, gimana kalau kita liburan?
Jimin: sinting kali liburan pas sibuk kuliah
Hwasa: emang gue ngajakin lau?
Hwasa: lagian siapa sih yg masukin si pendek?
Jimin: pendek kata lo?
Jimin: heh! Gini-gini tinggi gw semampai, tahu!
Hwasa: idfc
Hwasa kick Jimin
Hwasa: case closed!
Bobby: wkwkwk
Johnny: tapi bener sih kata Jimin. Serius nih, ngajakin liburan pas sibuk kuliah?
Taehyung: RT ajalah
Hwasa: halah, sok rajin lo pada. Kayak IPK di atas 3.5 aja.
Taehyung: wah, belum tahu IPK gue, lo?
Taehyung: Jim, kasih tahu!
Seolhyun: tolol! Jimin barusan di-kick.
Taehyung: woiya, Baginda Raja lupa.
Yuta: IPK pas-pasan aja sombong amat lu.
Yuta: btw, Sa, gue boleh ajak orang luar gak? Ya, masa liburan hati gue merana sih, gak elit banget.
Bona: bukannya merana takdir lo, Yut?
Nayeon: hahaha bona ih
Bona: lho, nggak salah kan?
Taehyung: enggak kok sayang, kamu benar.
Bobby: punya pawang, Boss, jangan main ngardus lo.
Sowon: ninuninu
Taehyung: pawangnya gak ada di sini rapopo.
Bona: ohhh, begitu ya, Tae? Bentar, ya.
Bona add Scoups.
Bona: mangga dah, kenalan sama sang pawang
Bobby: WKWKWKWK MAMPUS
Scoups: apaan, nih? Baru masuk dimampusin. Sama Bobby pula.
Bobby: eh?
Bobby: bukan buat lo. Noh, di atas.
Bobby: dah kan kicep dia wkwk
Taehyung: berisik!
Taehyung: orang gw ngardus sama Nayeon kok.
Nayeon: alasan
Bona: wkwkwk
Seolhyun: hellooooooo, silent please!
Seolhyun: kita mau bahas soal liburan. Hwasa mau ngejelasin kalian berisik mulu, lama-lama gw kick, nih.
Johnny: aelah baperan amat.
Seolhyun: iye, serah.
Seolhyun: mana lainnya?
Sowon: aku nyimak
Nayeon: me too 🙌
Taehyung: Nayeon cukup nyimak hatiku aja sih, aku rapopo
Seolhyun kick Taehyung
Johnny: sadissss
Seolhyun kick Johnny
Hwasa: sabi juga nih
Hwasa: gak papa kalau lo mau ngajak orang luar asal bisa diajak kompromi @yuta
Hwasa: ngomong-ngomong gw bahas ntar deh, lagi ngawasi anak
Yuta: sejak kapan lu punya anak?
Bobby: anak setan kali
Nayeon: bobby wkwk
Hwasa: send a pict
Scoups: Tiga bulan gue tinggal, selama ini lo ngebabu, Sa?
Bona: astaga, Scoups!
Scoups: hehehe, apa sayang?
Bobby: EXCUSE ME!
Hwasa: terpaksa jagain anak orang, habisan kakak juwan lagi kemesraan ini di luar kota gitu
Seolhyun: hah?
Seolhyun: nuguseo?
Scoups: kakaknya juwan kan, Jisoo, teman lo, gimana sih! Ditinggal tiga bulan pada bego semua.
Bobby: sombong amat manusia satu ini
Sowon: kok bisa, Sa? Emang Jisoo ke mana?
Yuta: iqro juseyooo
Sowon: apaan sih, orang Hwasa gak jelasin Jisoo ke mana
Yuta: iqro juseyooo (2)
Sowon: tau ah, bete sama lu!
Yuta: hadeh, serba salah
Bobby: wkwkwk
Bona: SA, JANGAN SENGAJA ILANG TERUS BIKIN KITA PENASARAN!
Bona: Jisoo ke mana?
Hwasa: hadeuh, iqro dong pada, udah gue jawab gitu
Seolhyun: lo cuma ngasih sebatas lagi ‘kemesraan ini’.
Nayeon: .-.
Hwasa: Jisoo pergi sama Taeyong ke luar kota dan baru balik sore nanti.
Bona: ohhh
Bona: heh? KOK BISA?
Yuta: wadaw, gas pol juga nak indigo
Bobby: wkwkwk mantul
Scoups: gw lupa, Taeyong itu yang mana?
Bona: temannya Yuta sama Bobby, Sayang.
Scoups: yang mana? Terus Yuta itu mana?
Bona: di atas Bobby tuh, Yuta
Nayeon: ambigu, Na .-.
Bona: lo doang yg ambigu!
Scoups: mana sih, Sayang?
Hwasa kick Scoups
Hwasa: —area bukan orang bodoh—
Hwasa: ntar gue bahas lagi setelah ngurus anak orang. Bye!
—————
Nggak habis pikir deh sama keembaran Hwasa di group chat. Kok bisa-bisanya dia bilang kayak begitu yang justru bikin teman heboh sampai-sampai beberapa orang mengirim chat sekadar bertanya kebenarannya. Jisoo langsung pusing dan mengabaikan bom chat dari teman-temannya sembari melirik Taeyong yang cuma diam lantaran fokus menyetir.
Saat ini mereka perjalanan pulang ke rumah setelah setengah hari mencari keberadaan lidah Yuqi di tempat dalam penglihatan Jisoo, sekaligus di sanalah remaja itu terbunuh. Begitu menemukannya, mereka lalu dipusingkan dengan alamat rumah orangtua Yuqi. Memang benar mereka menemukan rumah sederhana yang letaknya masuk ke dalam gang sempit. Sayangnya, orangtua Yuqi sudah meninggal rumah tersebut dua minggu lalu setelah kematian putri semata wayang mereka.
Jisoo dan Taeyong mulanya belum tahu mesti bereaksi bagaimana karena sempat berpikir bahwa kedatangan mereka nggak membuahkan hasil. Dan siapa menyangka kalau Yuqi sudah meninggal dua minggu lalu? Astaga, pasti hantu itu sudah lama terjebak di dunia manusia. Pantasan saja dia butuh pertolongan mereka.
Lalu berkat bantuan tetangga, mereka dibantu berbicara dengan orangtua Yuqi lewat telepone. Taeyong yang melakukan perbincangan, butuh puluhan menit baginya untuk menyakinkan ayah Yuqi atas cerita juga permintaan arwah putrinya tersebut. Awalnya susah lantaran ayah Yuqi mengira menipu namun setelah mereka melakukan video call dengan Taeyong menunjukkan temuannya, barulah ayah Yuqi percaya.
Jisoo nggak tega melihat raut sedih orangtua Yuqi hingga sekarang pun masih terngiangkan raut mereka dan pasti ikut bersedih. Taeyong menyadari spontan meremas tangan Jisoo untuk menenangkannya. Kendati demikian, mereka nggak bisa ikut-serta penguburan lidah Yuqi karena hal itu akan dilakukan dua hari nanti setelah orangtuanya pulang ke kampung halaman. Mereka menitipkan bagian Yuqi ke seseorang yang diakui sebagai saudara ayah Yuqi.
Taeyong menitipkan dan mempercayakan itu terhadapnya. Selesai urusannya, dia melihat sosok Yuqi berdiri di depan halaman rumahnya yang kini kosong tengah melempar senyum berterima kasih pada Taeyong dan Jisoo. Karena Jisoo nggak bisa melihat, dia langsung memberitahukan apa yang dilihatnya. Membuat cewek itu ikut tersenyum membalasnya.
Mereka pun pulang, sesuai praduganya, sore menjelang malam mereka baru sampai rumah. Jisoo kontan bergegas turun dan lari memasuki rumah, sementara Taeyong menyusul di belakang. Langkah cowok itu sontak terhenti di depan mobil saat melihat sosok tersebut muncul lagi di taman rumah Jisoo, memandangu kepulangan anak si pemilik rumah.
Taeyong hendak menghampiri namun sosoknya menghilang, seolah dia tahu keinginannya bertanya, dan terkesan sedang menghindari dirinya. Enggan membiarkan Taeyong tahu sosok seperti apa dia sebenarnya.
Mengesampingkan sesaat tentang makhluk tersebut, Taeyong berlari kecil memasuki rumah; kontan dirinya disambut oleh pelototan mata si bocah remaja juga pandangan curiga cewek dewasa di sampingnya. Serupa apa yang sedang didapatkan oleh Jisoo sekarang.
“Aturan tetap aturan,” ujar Junghwan bernada marah sekaligus kecewa. “Kalau Kakak lagi pacaran, seenggaknya jangan lupa sama Juwan! Juwan empat belas tahun di rumah sendirian, terjaga sampai pagi buat nungguin Kakak pulang!”
Jisoo menunduk merasa bersalah. “Maaf, kakak lupa. Tapi sumpah, kakak pergi bukan buat pacaran kok.”
“Mana ada pergi seharian berdua kalau bukan pacaran,” ujar Hwasa mengompori saja.
Jisoo melempar pandangan jengkel padanya yany sekadar mendapatkan balasan angkatan bahu tak acuh. Taeyong melihat mereka hanya dapat membuang napas sebelum angkat bicara, “Kakak lo dapat penglihatan. Dia pergi karena dimintai tolong sama arwah yang baru mati dua minggu lalu. Sementara gue nemenin karena cuma gue yang bisa ngelihat hantu.“
Barangkali Junghwan syok juga terkesima atas pengakuan Taeyong tentang “bisa melihat hantu”. Buktinya, bocah remaja itu langsung mengalihkan topik pembicaraan mereka. “Kak Taeyong bisa ngelihat hantu? Berarti bisa ngelihat hantu dapur kita dong?”
“RUMAH LO ADA HANTUNYA?” pekik Hwasa berbalik cepat menghadap dapur, mendadak tertarik ingin mencari penghuni lain.
“Iya, Kak, ada. Kak Jisoo sering ngerasain kehadirannya.”
“Dia baik kok, hantu cewek, nggak usil juga cuma senang kalau dapurnya ada orang,“ jelas Taeyong.
“Seriusan?” Junghwan begitu tertariknya sampai mendekati Taeyong lalu mengajak cowok yang katanya teman sang kakak ini buat bercerita tentang kemampuannya tersebut. “Kak Taeyong indigo, ya? Wah, keren!”
Jisoo merasa puas atas bantuan Taeyong memberitahukan kemampuannya pada Junghwan sehingga sang adik melupakan amarahnya. Namun, nggak buat Hwasa. Cewek itu spontan menarik Jiooo, membawanya ke dapur. Memaksanya bercerita tentang kepergian mereka sekaligus menyuruh Jisoo merasakan kehadiran sang penunggu dapur.
Dongeng sorenya pun berlanjut panjang. Mana kala dia mendapatkan reaksi berlebihan Hwasa yang lebih banyak protes dan merengek karena Jisoo melewatkan dirinya selama aksi membantu bertema horor. Astaga, cewek ini sepertinya amat menggilai dunia horor. Atau barangkali, dia terobsesi dengan dunia lain. Persis kayak Jimin.
Di sela bercerita, sesekali Jisoo melirik Taeyong yang juga sedang menjawab semua pertanyaan Junghwan, sembari melihat reaksi adiknya yang lebih terus menunjukkan kekaguman. Membuat Jisoo terkekeh hingga kemudian mata mereka bertemu. Taeyong melemparkan senyum; dia pun membalas tanpa sungkan.
“Udah, nggak usah kasmaran mulu. Sekarang giliran gue yang cerita,” seru Hwasa, menarik wajah Jisoo agar tetap fokus terhadapnya. Kini giliran Hwasa menjelaskan keinginannya mengadakan liburan bersama. Ternyata ide itu sudah tercetus dari kemarin, dan Hwasa sudah merencanakan segalanya dengan matang.
“Tapi nggak ada horornya ‘kan?” tanya Jisoo mulai memandangnya curiga. Hwasa cuma tertawa tanpa memberitahu ide apa lagi yang ada di kepala cewek ini.
Pasti nggak jauh-jauh dari horor!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top