01. A club
KENAPA AKU LUPA BAWA SASAKU??! HUHU AMPUN, GAIS, THE GIRLS NAMBAH SATU ORANG: HWASA!
———
Seriusan deh, Jisoo nggak paham sama ajakan dua hari lalu Hwasa waktu mereka berkumpul di Kafe Ares. Temannya itu mengusulkan, atau tepatnya mengajak mereka berlima membuat klub pencari hantu.
What the—klub macam apa, hei!
Katanya, “Kita cari sensasi—bukan buat konten viral ya, I mean, mencari sesuatu yang berfaedah gitu.”
Cari hantu dikata faedah? Ya ampun, faedah dari mananya, sih? Hwasa pasti lagi kesambet jin iprit waktu ngomong begituan. Aneh aja, mendadak dia ngomongin “dunia lain” sesuatu yang belum pernah dijadikan topik obrolan.
Lalu kemarin, tiba-tiba saja berkata demikian. Weird banget nggak sih? Seolah ada maksud terselubung di balik ucapannya kemarin, dan lebih sintingnya lagi, tiga dari kelima temannya menyetujui.
Jisoo sih, absolutely no!
Cewek yang baru-baru ini menggilai TV series “La Casa De Papel” percaya hantu itu memang ada, tapi terlalu sinting kalau manusia awam seperti mereka bertekad mencari hantu. Meskipun berdalih “mencari sesuatu yang berfaedah” tapi ... bisa nggak sih, cari kegiatan lainnya saja? Yang lebih berfaedah ketimbang mencari hantu.
Ugh, kalau protes mah udah dia lakuin sejak kemarin. Sayangnya, aksi protesnya itu ditolak oleh teman-temannya. Sedangkan Nayeon dan Sowon sama sekali nggak membantu. Padahal mereka berdua juga sama-sama takut dengan hal-hal gaib.
“Udah deh, mending kita cari kegiatan lain aja,” katanya mati-matian merengek supaya ide membuat klub pencari hantu terbatalkan. Jisoo masih mau menikmati kehidupan normalnya tanpa ada unsur mistis. “Misal, bikin klub kayak ‘The Book Club’ gitu, kan, asyik tuh. Iya nggak, Nay?”
“Hah, apaan?” Nayeon yang tadi sibuk bicara sama Seolhyun mendadak lola saat namanya disebut.
Hwasa menggeleng nggak setuju. Lagian percuma juga Jisoo menentang habis pembentukan klub pencari hantu kalau Hwasa semalaman sudah merancang ide yang berhubungan sama klub mereka dengan Bona. Bahkan, mereka sudah menetapkan akan menjadikan gedung rumah Bona sebagai tempat pertemuan “Melinoe Club” nama sementara untuk klub.
Nama tersebut berdasarkan anak Hades dan Persephone yang diketahui sebagai dewi minor pengurus hantu. Ada-ada saja memang teman-temannya ini.
Nah, itu sebabnya pula mereka di tempat Bona—tepatnya di gudang rumah teman mereka yang sebetulnya akan dijadikan sebagai balai peliharaan anjing orangtuanya. Semalam juga, Bona mengusulkan supaya orangtuanya tidak memakai gudang karena tempat itu akan dimanfaatkan olehnya.
“Kira-kira bannernya begini,” Seolhyun menunjukkan hasil banner bikinannya, “gimana menurut kalian?”
“Oke, kok,” jawab Sowon yang sudah mengkhianati Jisoo; mendadak sepakat ikut gabung.
Jisoo menatap Nayeon, satu-satunya harapannya untuk menolak gagasan Hwasa, tapi cewek itu nggak bisa diharapkan lebih. Nayeon sadar kalau mereka kalah jumlah sebab ini dia meringis sambil melirik Jisoo, merasa bersalah.
“Maaf ya,” lirihnya.
Jisoo cemberut. Sekarang cuma dia satu-satunya orang yang kontra atas gagasan Hwasa sedangkan kelima temannya pro semua. Pada akhirnya, dia pun menyerah dan mengiyakan kesepakatan bersama mereka membuat klub pencari hantu.
Well, Jisoo menyetujuinya dengan setengah hati. Presentasenya kira-kira begini: 85% menolak, sedangkan 15% mengiyakan. Cuma ada dua alasan mengapa Jisoo nggak senang dengan keputusan teman-temannya membuat klub ini.
Pertama, dia benci hantu. Semua orang pasti akan berkata begini ‘kan? Memangnya ada yang cinta hantu? Tapi rasa benci Jisoo ke hantu amatlah lain. Dia pernah mendapatkan trauma yang berhubungan sama hantu dan masih membekas hingga sekarang.
Kedua, Jisoo benci mengeluarkan reaksi berupa cegukan, saat di sekitarnya ada hantu.
Dia memang tidak dapat melihat hantu, tapi bisa merasakan kehadiran mereka di sekitarnya. Cegukannya bukan sekadar cegukan biasa. Saat mengalaminya pasti disertai tubuh mengigil sebagai pertanda, “di sini ada setan”.
Jisoo telah mendapatkan hal semacam beginian saat usianya delapan tahun. Ceritanya panjang. Kapan-kapan saja dia ceritakan, jangan sekarang deh, dia masih mode bete banget.
“Widih, seru nih kalau gue join!” Nggak ada angin, nggak ada hujan, di siang bolong begini, Bobby muncul bersama sepedanya. Itu sepeda udah dua tahun menemani masa lajang cowok tersebut. Benda mati yang setia padanya dibandingkan makhluk hidup sendiri.
“Masuk aja Bob, kalau bisa bantuin juga,” usul Bona. “Sepedanya jangan ditempelin gerbang. Catnya masih baru.”
Bobby sempat melotot sebelum menggerutu yang cuma dibalas cengiran si pemilik rumah.
Dua orang yang memiliki nama depan serupa ini memang tinggal di lingkungan sama juga. Selain sekompleks, mereka pun satu kampus cuma beda fakultas saja.
“Mau bikin apaan?” tanya Bobby setelah bergabung bersama mereka. Cowok itu melihat isi gudang yang masih berantakan, sama sekali belum dibersihkan oleh keenam cewek ini. Kemudian atensinya terpusatkan pada layar laptop. Membaca tulisan banner hasil kreasi Seolhyun.
“Melinoe Club?” ucapnya bernada bertanya, “apaan dah?”
“Klub pencari hantu,” jawab Hwasa dengan bangga tersenyum padanya.
Bobby menoleh disertai kening bertaut. “Kenapa juga cari hantu kalau cari duda lebih nikmat?”
“Nah, itu setuju!” timpal Jisoo dan Nayeon bersamaan. Keduanya sempat bertukar pandang hingga kemudian Nayeon meringis sesal karena sudah berkhianat pada Jisoo tadi.
“Halah, trend duda udah basi,” timpal Seolhyun.
“Terus habis ketemu hantu mau kalian dokumentasikan gitu? Kalian wawancarai hantunya? Biar viral?”
Bona menggeleng. “Enggak gitu konsepnya, Bob.”
Sebelum dijawab oleh cewek dengan postur tinggi nan kurus itu, Hwasa lebih dulu menimpali, “Kita nggak akan ngusik kehidupan hantu dengan memviralkannya. Konsep kita itu hantunisasi.”
“Hwasa Prasetyo lo?” Kekeh Bobby demikian.
Hwasa mengabaikan meskipun teman-temannya juga ikut mentertawakannya. “Konsepnya tuh, ‘perikehantuan’.”
“Kemanusiaan kali, Sa,” celetuk Sowon namun langsung diabaikan olehnya.
“Kayak Scooby doo squad. Ngerti nggak lo?”
“Mereka konsepnya detektif. Ada pula dokumentasi. Nah, emang lo kira di sini hantunya macem Casper apa?” kata Jisoo.
“Oh, oke, gue paham.” Bobby segera menghentikan perdebatan para cewek setelah menangkap maksud dari klub mereka. Dengan gaya sok tahunya itu, dia mencoba menyarankan sebuah ide barangkali bermanfaat untuk klub mereka. “Kalau kalian mau ketemu hantu. Salah satu dari kalian harus bisa ngelihat hantu.”
“Jisoo,” jawab berlima serentak.
Jisoo kontan melotot tak senang diikutsertakan. “Gue nggak bisa lihat hantu!”
“Tapi lo bisa ngerasain kehadiran mereka ‘kan?” ucap Seolhyun mendiamkannya.
“Seriusan nih, kalian berenam cewek semua pada berani?” tanya Bobby lagi sambil memandangi satu per satu raut mereka.
Nayeon melirik temannya malu-malu sebelum beradu mata sama Sowon, lalu mereka mengakui kalau sebenarnya takut cuma ikut aja demi klub. Jisoo sendiri lantas mengibarkan bendera penolakan yang langsung turun dalam sekejap lantaran Hwasa dan Seolhyun kompak membekap mulutnya.
“Gue tertarik join cuma ....” Cowok itu berkutat sesaat membuat keenam cewek tersebut terpaksa menunggu pernyataan. “Gue punya kenalan, dia bisa ngelihat hantu dan satu lagi bisa mencium kematian orang.”
“Ih, Bob, teman lo serem semua,” seru Sowon seketika merinding membayangkan kedua teman Bobby.
“Teman lo yang bisa cium kematian ... errr, please, nggak usah diajakin.” Serupa dengan Sowon, Bona juga sama takutnya bertemu teman Bobby yang satu itu.
Sementara Bobby malah cekikikan, terhibur akan reaksi mereka. “Mereka juga manusia kali.”
“Tapi serem gitu,” ujar Sowon.
“Yakin serem? Ntar yang ada kalian jatuh cinta sama mereka lagi.” Kekehnya seperti biasa.
Jisoo yang berhasil melepas bekapan Hwasa dan Seolhyun langsung menimpali dengan cepat, “Ajakin aja kedua teman lo itu, Bob. Biar mereka semua pada ngerasain ketemu hantu. Gue bukannya nakut-nakutin, cuma terserah kalian kalau ada apa-apa jangan salahin gue.”
“Jisoo, ih, jangan nakutin dong!” koor Nayeon nyaris akan menangis sebelum waktunya bertemu hantu.
“Bukan nakutin Nay, cuma nasehatin,” balasnya.
Nayeon merenggut tak senang. Lantas memilih berdiam di sofa usang sambil menulikan kedua indra pendengarnya.
“Satu teman lo aja udah ketakutan begitu. Kalian serius, masih mau lanjut?” ujar Bobby.
Hwasa dengan mantap mengiyakan. “Lanjutlah!” Yang disetujui oleh kedua temannya.
“Oke deh, gue japri dua teman gue nih.”
Namun, tanpa diketahui oleh teman-temannya, Jisoo sebenarnya punya firasat lain apabila mereka serius membuat klub pencari hantu.
Cerita ini aku masukin ke mature content karena beberapa part mengandung kekerasan dan akan ada death chara (karakter mati)
Salah satu kenalan KKN-ku ada yang begitu kayak Jisoo, bisa ngerasain hantu lewat cegukan haha
Also, please gausah mention shipper yang nggak ada di sini, karena aku senang dengan shipper-ku sendiri. Wadaw 🙆
Aku akan melayarkan shipper baru. Siapa itu 😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top