Part 08
"Udalah San gak usah dipikirin apa yang di ucapin Yudha itu gak ada gunanya" ucap Ran mencoba menghibur Ikhsan.
"Hehe... kamu tau dari mana aku mikirin ucapan dia? Kekeh Ikhsan yang dilanjut pertanyaannya.
"Ya... aku nebak aja. Itu makanan yang kamu pesen dari 10 menit yang lalu kamu anggurin malah pikiran orangnya lagi terbang kelangit. Kasian ni makanan dicuekin cup... cup... cup... jangan nangis ya makanan. Nanti aku beliin permen deh" canda Ran.
"Hehehe... kamu bisa aja Ran"
"Eh, San aku mau tanya deh. Emang ada gitu makanan makan permen? Masa makanan makan makanan yang notabennya makanan? Kanibal dong? Ah au ah buram. Aku pusing mikirinnya." Ran melanjutkan candaannya.
"Hahaha... Ran, ran... kamu tuh ada ada aja ya" Ikhsanpun tak dapat menahan tawanya. Sederetan gigi putih yang berbaris terlihat rapi sangat kontras bersanding pada bibirnya yang bewarna merah tanda Ikhsan bukan pecandu rokok.
Suasana kantin siang kala itu yang ramai tiba-tiba rasa hening merasuk pada kedua remaja yang berbeda gender itu. Jam istirahat pertamapun kini tengah berada diujung tanduk. Tapi, sebelum bell berteriak nyaring, Ikhsan menyampaikan semua hal kepada Fuji Ran perihal hubungannya dengan Yudha.
"Ran, sebenarnya Yudha itu dulunya adalah sahabatku. Kami bahkan sempat membuat geng disekolah kami yang dulu. Dialah orang yang mendorong aku kedalam jurang yang gelap hingga keadaanku sekarang seperti ini. Anehnya, walaupun ia menjadi pelopor peristiwa pencurian itu, ia masih bisa bernafas dengan bebas. Dan sekarang entah bagaimana takdir tuhan seperti mempernainkan ku dengan membuat kami bertemu kembali." Beber Penjelasan Ikhsan.
"Mentang-mentang ayahnya seorang kolongmerat dan memiliki kekuasaan, ia menjadi semena-mena. Apa dunia memang begini ya Ran? Gak adil bagi orang yang lemah seperti aku. Hukum ibarat sebuah paku. Tajam kebawah, tumpul keatas" lanjut Ikhsan.
Ran yang sedari tadi asyik mendengarkan penjelasan Ikhsan kini ikut berkomentar.
"Ikhsan, kamu keliru kalau kamu berfikir bahwa tuhan sedang mempermainkan kamu melalui skenario takdirnya. Malahan sepertinya tuhan ingin memberimu motivasi lebih melalui kedatangan musuhmu"
"Motivasi?" Potong Ikhsan dengan pertanyaan.
"Iya. San, terkadang motivasi itu bukan saja hanya perihal dukungan. Kamu terlalu berfikir sempit jikalau hanya mendefinisikan motivasi hanya berdasarkan perihal dukungan saja. Coba deh sekali-kali kamu coba berfikir luas lagi. Jika kamu mencoba untuk membuka diri untuk opini-opini yang berbeda, maka kamu akan menemukan sudut pandangmu tersendiri. Kata motivasi sendiri menurutku adalah bukan saja perihal dukungan, tapi juga merujuk pada kata dorongan. Apapun yang berhasil membuat kita untuk terus maju ntah itu semangat ataupun hinaan sekalipun, itulah motivasi. Coba kamu ubah pola pikir kamu. Jangan hanya menerima sudut pandangmu dan menolak mentah sudut pandang orang lain. Jadikan kedatangan Yudha sebagai motivasi untuk memenangkan Olimpiade nanti. Tunjukan kepadanya, kepada abimu, bahkan kepada dunia sekaligus bahwsanya kamu bisa berubah" lanjut Ran panjang kali lebar.
"Gitu ya Ran?" Ikhsan nampak berpikir sejenak.
"Bener juga ya Ran. Pokoknya aku harus bisa!" Semangat Ikhsan mulai muncul kembali.
"Gitu dong San. Dan, perihal hukum yang tak adil, percayalah kepada karma. Kelak mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal"
Ran yang mencoba untuk memberikan Ikhsan wejangan dan semangat, tanpa disadar tangannya menyentuh tangan Ikhsan yang berada diatas meja. Sontak saja, membuat jantung mereka berdetak kencang bagai drum yang ditabuh. Darah keduanya juga seolah mendesir keseluruh tubuh membuat wajah keduanya tampak bulshing seperti kepiting rebus.
Sontak saja keduanya langsung menarik tangannya. Canggung tak bisa mereka tutupi. Suasana akward tiba-tiba menghampiri. Malupun tak dapat mereka pungkiri. Untuk mencairkan suasana, Ikhsan membuat gurauan ringan.
"Hahaha..." tawa canggung Ikhsan mengundang empati Ran yang penasaran.
"Kenapa kamu ketawa?" Tanya penasaran Ran.
"Gak, cuma mikir aja kayaknya kamu harus ganti nama deh"
"Ganti nama? Maksudnya?"
"Iya, dari Fuji Ran, menjadi Ran Teguh sang motivator yang tangguh" jawab Ikhsan sambil mengangkat sedikit kepalanya dan membuat gesture kepalan didada melambangkan kekuatan lantas hal tersebut membuat Ran tertawa.
"Hahaha... kamu bisa aja San. Udah cepetan habisin makanannya jam istirahat pertama udah mau habis"
"Iya deh iya... Ran Teguh..."
"Paan sih San?"
"Hahaha..." keduanya tertawa secara bersamaan.
"Eh... Btw istirahat kedua nanti kamu disuruh nemui bu Mia kan? Mau aku temenin?"
"Hah..? Oh iya Ran, Gak usah. Lagian bu Mia nyuruh aku sendirian buat nemui beliau."
"Owh... okeh" jawab Ran sambil mengangguk
"Kamu mau?" Tawar Ikhsan hendak menyuapi makanannya kepada Ran.
Ketika Ran membuka mulutnya, Ikhsan dengan jahilnya menarik kembali sendok yang dipegangnya dan langsung melahapnya sendiri. Sontak hal tersebut membuat Ran berpura pura merajuk dengan memanyunkan bibirnya yang tipis.
Kejadian tersebut terus terulang sampai tiga kali. Dan saat yang ketiga kalinya Ran mencoba untuk menolaknya tapi Ikhsan memaksanya untuk Ran agar menerima suapannya. Ran yang mengetahui sisi bulus Ikhsan, mencoba untuk tak tertipu lagi dengan cara menahan tangan Ikhsan dan langsung melahap makanan tersebut.
Senyum tulus tak dapat ditahannya hangat mengalir menjalar ke sanubari kedua Insan yang tengah bergurau akrab ditempat yang bernama kantin. Euforia menangkap adegan yang seolah terjadi dengan pergerakan lambat tersebut.
Tanpa disadar keduanya, disudut kantin terlihat seorang pemuda tangguh dengan ekspresi kesalnya ia memukul tembok yang tak bersalah. Kemudian ia menyeringai licik seolah ia menyusun strategi jahat dalam kepalanya.
xxx
Sebuah mata dengan manik jatinya sedang menatap serius lembaran-lembaran kertas pre-test untuk olimpiadenya. Sejak 30 menit seusai menunaikan solat isya, Ikhsan tak henti berkutik pada lembaran-lembaran itu.
Sepertinya ia kini benar-benar termotivasi. Dari pemuda skeptis,
kini Jiwa Ikhsan bermetamorfosa menjadi pemuda yang optimis.
Berbagai sumber iya pelajari dan mencari jawabannya. Dari buku sekolah, internet, E-book dan sebagainya menandakan iya benar-benar serius agar tak mengecewakan orang-orang disekitarnya.
Tok... tok... tok...
Terdengar suara ketukan dari balik pintu biliknya yang rupanya itu adalah sang bundanya.
"Nak, buka pintunya. Bunda bawain susu dan cemilan buat kamu"
"Masuk aja bun, gak dikunci kok"
Ikhsan yang sedang fokus pada lembaran-lembaran pre-test, enggan beranjak dari meja belajarnya.
Cekrek....
"Bunda bawain susu gangat sama cemilan untuk kamu" tutur sang bunda
"Iya bun, makasih ya bun" jawab Ikhsan tanpa memalingkan fokusnya.
Bunda Ikhsan yang heran akan sikap anaknya, kemudian mendekati Ikhsan dan mengelus lembut kepala sang anak.
"Lagi belajar apa sih? Kok serius banget?"
Ikhsan menghentikan aktivitasnya sejenak dan menoleh kearah bundanya yang tengah mengelus kepalanya. Tersenyum simpul, Ikhsan memberikan lembaran-lembaran pre-test tersebut ke bundanya tanpa memberikan penjelasan.
Bundanyapun membaca kata demi kata hingga menjadi satu padu kalimat sebagai penjelas akan rasa penasarannya.
"Owh... kamu jadi ikut olimpiadenya?"
"Iya bun, awalnya Ikhsan ragu. Tapi temen Ikhsan ngasih motivasi agar Ikhsan tak berhenti. Jadinya ya sekarang Ikhsan ikut deh olimpiadenya"
Bunda Ikhsan yang peka terhadapp anaknya, sepertinya ia menangkap signal kasmaran anaknya. Tersenyum jahil, ibunda Ikhsan mencoba untuk menggoda anaknya. Ikhsan yang melihat ekspredi sang bunda hanya bisa tersenyum bingung.
"Kenapa bun?"
"Temen kamu cewek kan? Tanya penggoda sang bunda.
Ikhsan yang kelewat naif belum menyadari akan bundanya yang sedang menggoda dirinya.
"Iya bun, emang kenapa?" Jawab polos Ikhsan dengan ekspresi bingungnya.
"Emmm... temen ap temen? Goda bundanya kembali.
Ikhsan yang baru menyadari akan godaan bundanya langsung membuat wajahnya bulshing bak kepiting rebus.
"Temen lah bun... udah ah Ikhsan mau lanjut belajar lagi bun" Sambil mendorong lembut bundanya kearah pintu yang terbuka.
Iya deh iya... salam ya buat pac.., temen kamu" ralat bundanya
"Paan sih bunda" senyum malu tak dapat Ikhsan samarkan.
"Yaudah, kalo kamu mau nambah susu atau cemilannya panggil bunda aja ya nak"
"Iya bun..."
Bunda Ikhsanpun menghilang menuju tikungan kamarnya. Ikhsan yang hendak menuju meja belajarnya tiba-tiba dikejutkan dengan bundanya yang datang kembali. sontak saja membuat Ikhsan memutarkan kembali badannya.
"San, siapa sih namanya? Cantik kan? Alamatnya dimana? Eh dia sekolah ditempat kamu juga ya?" Bertubi-tubi rasa penasaran bundanya ia sampaikan melalui pertanyaan-pertanyaan itu. Tak lupa senyum jahilnya masih terukir.
seraya meletakan telapak tangannya ke dadanya sambil beristighfar Ikhsan yang terkejut hendak menyamperin sang bunda. Baru ia dua langkah, bundanya pergi kembali kearah kamarnya.
Untuk mengantisipasi kedatangan bundanya lagi, ia meneruskan langkahnya untuk menutup dan mengunci pintu biliknya. Namun, ketika Ikhsan baru memegang gagang pintu tersebut, bundanya datang kembali.
"Kapan-kapan ajak kesini dong San" goda sang bunda yang kesekian kalinya tanpa ia tanggalkan senyuman jahilnya.
Ikhsanpun kaget untuk yang kesekian kalinya. Baru Ikhsan ingin memanggil bundanya, bunda Ikhsan sudah pergi lagi sambil terkekeh. Ikhsan yang melihat tingkah bundanya hanya bisa tersenyum geli sambil berdo'a dalam hati.
"Ya Allah, lindungilah hamba dari godaan bunda hamba yang jahil tapi cantik nan anggun jelita" cakap hati Ikhsan.
Dengan tersenyum, Ikhsanpun menutup pintu kamarnya dan hendak fokus belajar kembali.
📝📝📝
Ekspresi bingung dipasang pemuda yang kini tak bisa lagi fokus pada pre-testnya. Pasalnya, ada beberapa soal yang iya tak bisa jawab sendiri. Iya sudah mencari diberbagai sumber, hasilnya pun nihil. Internet jaman sekarang banyak situs yang tak bisa dipercaya.
Sebagai contoh jikalau kita nyari dengan keyword "mutasi gen" yang muncul malah artis yang dijuluki sebagai raja youtuber asia. Belum lagi banyak iklan dan berita-berita sampah. Sekalinya ketemu, penjelasannya tidak bisa membuat Ikhsan paham.
Tiba-tiba ikhsan teringat percakapannya bersama Ran.
Flasback On:
"Dan apa yang harus aku mulai sekarang? Pre-test yang sempat tertunda kemarin?"
Ran menerawang jauh, jemarinya menopang dagu dan ruat wajahnya tampak bingung. Seketika ia menggeleng. "Aku rasa nggak sempat untuk hari ini. Bagimana jika kamu kerjakan di rumah? Nanti besok kita evaluasi."
Ikhsan menyetujui dan menerima beberapa kertas yang diberikan Ran. "Jika ada yang ingin aku pertanyakan boleh aku whatsapp kamu? "
"Boleh kok, asal jangan modus, ya!" jawab Ran seolah bercanda sambil mengerlingkan mata sebelah kirinya. Namun alih-alih percandaan yang ia buat justru menjadi boomerang bagi lelaki itu. Desiran darah Ikhsan gemetar dan hatinya seolah ikut terombang-ambing. Apakah ini yang dinamakan mencintai dalam diam?
Flashback Off
Segera Ikhsan ambil ponselnya kemudian ia klik aplikasi hijau dengan lambang telephone genggam. Iya klik fitur pencarian lalu iya ketik
"Fuji Ran 🌞"
Munculah satu kontak yang belum memiliki percakapan apapun. Ikhsan klik, dan ia mulai mengetik pesan.
30 menit kemudian Ikhsan selesai belajar dan mengerjakan pre-test nya. Ia pun memutuskan untuk berchatingan bersama Ran. Mereka berdua menghabiskan malam dengan berchating ria hingga tak sadar jam menunjukan pukul 11:00 WIB dan rasa kantukpun mulai menghadiri Fuji Ran.
Ran memberi tahu Ikhsan bahwa ia akan tidur lantas saja Ikhsan menyetujuinya. Kedua Insan itupun memutuskan untuk menghentikan chattannya.
Kedua scene yang berbeda seolah tampak menjadi satu menampilkan adegan yang sama antara Ikhsan dan Ran. Mereka berdua tersenyum mengingat chatingan mereka tadi kemudian menggeleng dan memutuskan untuk tidur.
Sebelum tidur, tak lupa mereka panjatkan do'a kepada yang kuasa. Dimatikannya lampu terlelaplah kedua tubuh insan dengan damai diatas kasur yang nyaman nan empuk membuat jiwa mereka hanyut kedalam alam bawah sadar.
__________________________
T
B
C
Vote dan comment yah...
Sharing juga deh...
Terimakasih...
😂😅
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top