Part 04

"Bagai asa yang beranak pinak, tak jua stagnan berjatuhan dari angkasa. Kupungut dan kurangkai menjadi secercah harapan. Dari kelamnya masa lampau menuju benderangnya masa hadapan"

➖✴➖

Pria ringkih itu kini berada pada biliknya. Sambil memegang sebuah brosur, tak henti senyum simpul menghias wajahnya. Brosur yang pada bagian titlenya bertuliskan huruf kapital dengan ukuran font yang besar.

"OSN, O2SN, dan FLS2N"

sebuah ajang bergengsi tingkat Nasional. Ini adalah kesempatannya membuktikan kepada dunia dan Abinya bahwa ia bukanlah Ikhsan yang dulu lagi. Ia ingin menata kembali kehidupannya. Ia ambil stabilo merah pada laci nakasnya kemudian ia coretkan secara perlahan dan presisi pada tulisan:

 "OSN: Cabang Biologi dan Informatika (penerapan Bioteknologi dan Komputerisasi dalam Perkembangan Zaman)"

Ya, remaja itu mengikuti Olimpiade Sains Nasional. Ia tak begitu khawatir tentang disiplin ilmu Olimpiade bidang Informatika mengingat ia menguasai beberapa basic ilmu computer dan ahlinya dibidang programer serta bidang coding. Keahlian dimana ia terjebak ranjau masa lalu.

Ia pun memejamkan matanya sambil menyandarkan bahu pada kursi yang berhadapan langsung dengan langit malam. Kemudian ia menarik napas panjang dilanjutkan dengan menghembuskan C02-nya ke udara secara berat. Ia teringat kembali akan peristiwa kelam itu dan berusaha untuk menolak melihatnya lebih dalam kejadian tersebut dengan cara berusaha untuk membuang ingatan ingatan kelam itu.

"Mulai sekarang aku ingin menggunakan keahlianku hanya untuk kebaikan dan menolong orang-orang yang membutuhkannya" prolognya mensugesti diri.

Sekarang masalahnya adalah dalam peraturan olimpiade tersebut, panitia menentukan 2 disiplin ilmu  yang dijadikan satu tema sekaligus

1. Cabang Biologi & Informatika
2. Cabang Fisika & Informatika
3. Cabang Kimia & Matematika

Ikhsan didaftarkan pada cabang Biologi & Informatika. Kini yang ia khawatirkan adalah untuk disiplin ilmu Biologinya karena pelajaran itu adalah pelajaran yang paling ia tak sukai dan tak ia kuasai.

Tiba tiba ia teringat akan perkataan wanita sipit asal Jepang.

 'Kamu tenang aja, aku akan bantuin kamu kok. Kebetulan aku sudah beberapa kali mengikuti Cabang OSN  Biologi. Dan Allhamdulillah selalu membawa juara untuk sekolahan ini. Nah.., untuk Informatika kamu jagonya kan? Pokoknya nanti aku bakal kasih tau kamu mulai dari tahap preparing, teknis perlombaan dan sebagainya'

Sesudah mengatakan hal tersebut, wanita itupun tersenyum yang mana membuat matanya ikut tersenyum dan nyaris tertutup sangking sipitnya ditambah ia juga tersenyum.

Lagi-lagi Ikhsan tersenyum sambil menatap brosur pemberian wanita bernama Fuji Ran itu. Bahagia tak bisa ia tutupi, hangat menjalar sampai kehati dan perasaan nyaman seolah mengalir pada setiap denyut nadi.

Diciumnya brosur itu, seraya berkata:

"U like the sun. Kamu menyinari penjuru bumi yang gelap dan menjadikannya terang benderang menebarkan asa kepada setiap makhluk semesta untuk terus hidup. Bulanpun tak akan bersinar jikalau kau tak ada. Thank's very much Fuji Ran u giving me a hope for to be a good boy"

Selaras dengan itu, bintang-bintang dilangit malam seakan berkedip genit kepada seorang insan tuhan yang ia belum menyadari akan perasaannya terhadap wanita asal Jepang tersebut. Dilanjutkan dengan bintang berekor yang hendak jatuh kebumi. Segera Ikhsan menutup matanya sambil membuat harapan diiringi dengan suara katak dan hewan-hewan malam yang heboh seolah sedang mengaminkan harapan Ikhsan tersebut.

Manakala ia selesai dengan harapan yang ia haturkan, ia membuka kembali jendela dunianya. Cipratan rintik air langit mengenai wajah tirusnya yang tampan. Rupanya pertunjukan langit malam tak hentinya stagnan sampai disitu saja. Rintik gerimis bertambah deras takala detik jam terus meringis. Diangkatnya kedua tangan Ikhsan seraya memanjatkan do'a kepada sutradara alam raya.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
 بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

"Ya rabbi, yang maha pemberi. Ya rahman yang maha penyayang. Hanya Kepada engkau  hamba bersujud, bersimpuh dan bersikukuh memanjatkan do'a dan harapan. Berikanlah hamba ridho mu untuk membenahkan diri hamba agar dalam hijrahku dipermudahkan jalan menuju jannahmu. Jauhkanlah hamba dan keluarga hamba dari macam macam kesukaran urusan dunya wal akhiroh"
 
"Ya Allah yang maha agung lagi maha bijaksana. Penguasa alam raya, penguasa lautan, samudra hingga daratan lindungilah hamba dan orang-orang yang hamba kasihi buatlah mereka selalu dalam keadaan bahagia dan selalu dapat mengulas senyuman"

 يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

"Wahai dzat mulia yang maha menguasai hati dan qolbu teguhkanlah hati hamba untuk terus selalu berada dijalanmu dan bukakanlah pintu hati Abi hamba agar ia mempercayai hamba kembali seperti dahulu. Ketuklah hatinya sebagaimana engkau mengetuk hatiku menujumu kembali"

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

"Wahai Tuhanku ampunilah aku dan kedua orangtuaku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangi aku di waktu kecil"

رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka"

 آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن...

Diusapnya kedua telapak tangan kewajahnya berharap tuhan sudi mendengarkan setiap do'anya. Selesai berdo'a Ikhsan menutup jendela kamarnya kemudian ia kekamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu.

Sebelum tidur ia mengibaskan tempat tidurnya sebanyak tiga kali seraya mengucapkan basmallah kemudian ia tidur menghadap kanan. Tak lupa ia melafalkan do'a ketika hendak tidur sebelum ia benar benar terlelap hanyut kealam bawah sadarnya.

Jam didinding masih menunjukan pukul 09:00 WIB  tapi Ikhsan tidur lebih awal agar ia dapat bangun lebih awal dan dapat menunaikan ibadah di sepertiga malam nanti.

⚫🌠🌠🌠⚫

Sinar Sunrise berdatangan disambut dengan kicauan burung yang kian bertebangan diperkarangan sederhana menemani remaja ringkih yang sedang bergelut dengan aktivitasnya membenahi perkarangan rumahnya.

Tetesan peluh menjalar mengalir pada setiap inci kulit coklat sang remaja itu menandakan ia sudah bekerja keras membenahi perkarangan rumahnya semenjak 1 jam lalu. Mulai dari menyapu halaman, menata perkebunan bunga sederhana, membersihkan sampah sampah dan sebagainya.

Kini remaja itu tengah beistirahat menikmati angin sepoi-sepoi yang kian kesana kemari bermain kejar kejaran bersama dengan debu jalanan. Tak cukup dengan itu, angin itupun seperti mengajak Ikhsan untuk ikut bermain bersamanya. Dengan jahilnya angin itu terus menyentuh surai gelap Ikhsan yang kini sudah mulai sedikit agak panjang.

Ikhsan yang menikmati belaian angin itu kemudian menata rambutnya "sebelum masuk sekolah nanti kayaknya aku harus potong rambut dulu nih" gumamnya.

20 menit seusai istirahat santainya, Ikhsan melanjutkan kembali aktivitasnya. Kini ia sedang memilah bunga bunga yang layu dan mati untuk ia ganti dengan yang baru dan segar. Tangannya sangat cekatan memilah dan mengganti bunga bunga itu. "Kira kira kamu suka bunga apa ya?" Gumamnya sambil memikirkan seseorang yang akhir-akhir ini terus memberikannya sebuah asa. Iksan menggeleng sambil tersenyum malu dan kemudian melanjutkan aktivitasnya.

Beberapa pot yang ia telah siapkan sebelumnya diisi dengan tanah berhumus tinggi dan ditanamkannya beraneka ragam bunga terkhususnya bunga mawar putih kesukaan sang bunda. Hari ini memang sengaja ia ingin memberikan bundanya sebuah surprise.

30 menit telah berlalu kini Ikhsan telah selesai dengan aktivitas berkebunnya. Ikhsan masuk kedalam rumahnya untuk membersihkan diri dan mandi.

🕙🕙🕙

Jam yang menunjukan pukul 10 tepat terus berdetak bersaing dengan suara cicak didinding ruang tamu. Walau seperti itu tak membuat fokus Ikhsan yang sedang membaca buku secara random entah itu novel, Kitab hadist, bahkan buku sekolahnya dulu tak luput dari manik jati nan tajamnya yang kian kemari membaca kata demi kata.

Keseriusan ekspresi yang dipasangnya ditambah manik jati nan tajamnya menambah kesan bak seekor elang yang mengawasi mangsanya.

Satu hal yang berhasil membuat fokusnya buyar yaitu suara Ketukan pada daun pintu diiringi salam sang bunda mengintrupsinya.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikummussalam... kok kepasarnya lama bun?" Jawab salam Ikhsan yang dilanjutkan dengan pertanyaan sambil membantu bundanya membawakan belanjaan yang tak bisa dibilang sedikit itu.

Bunda yang sedang membayar transportasi becaknya memberi jeda atas pertanyaan Ikhsan tersebut. Selesai membayar, Bunda Ikhsan duduk di sofa pada ruang tamu yang merupakan ruangan awal rumah sederhana tersebut. Ikhsan kembali keruang tamu dengan membawa satu gelas air minum untuk sang bunda. Disodorkannyalah gelas tersebut berharap penat sang bunda dapat hilang.

"Makasih ya nak..." diteguknya air tersebut hingga ludas tak tersisa. Kemudian lanjut berbicara manakala Ikhsan sudah duduk disampingnya.

"Habis dari pasar bunda mampir ke suatu toko. Makanya bunda lama pulangnya" terang sang bunda atas pertanyaan yang sempat kepending tadi.

"Owh... toko apa bun?" Kepo Ikhsan.

"Ada deh kejutan...  mau tau aja apa mau tau banget nih?" Canda sang bunda yang telak  membuatnya sendiri tertawa ringan.

Sambil tersenyum Ikhsan yang kelewat kepo menjawab antusias
"mau tau banget bun"

"Kalo gitu tolong ambilin plastik hitam dan kardus yang kamu tenteng tadi."

"Oke bun" Ikhsanpun bergegas mengambilnya.

"Plastik hitam sama kardusnya aja nak. Sayuran, buah-buahan dan belanjaan bunda yang lain jangan kamu bawa juga" lanjut bundanya.

Ketika Ikhsan kembali bersama plastik hitam yang besar dan kardus seperti yang diperintahkan bundanya, bundanya kemudian menyuruh dia membukanya.

Dengan antusias dan semangat 45 atas dasar kepo dan rasa keingin tahuannya yang teramat besar, Ikhsan membuka plastik dan kardus tersebut. Rupanya plastik dan kardus tersebut berisi....

























.
.
.
.

Plastik dan kardus itu berisi...

.
.
.


Berisi...



B
E
R
I
S
I









Kepo juga ya??? Wkwkwkwk

Reader: "gelud yuk thor gelud kuy?"
Author: "g ah... lagi puasa ntar batal wkwkwk"


Okeh... back to the story



Rupanya isi dari plastik tersebut adalah 1 set lengkap semua keperluan sekolah Ikhsan mulai dari tas, sepatu, seragam, alat tulis hingga buku buku semuanya ada.

"Sebentar lagi kamu kan sudah mulai sekolah kembali, jadi tadi bunda ketoko peralatan sekolah dan beliin kamu peralatan sekolahnya. Kamu sekolah yang rajin ya nak. Semangat belajarnya" Jelas sang bunda sambil tersenyum tulus.

Sambil mengangguk mengiyakan perkataan bunda, tatapan Ikhsan pun berubah menjadi teduh tangannya mengambil buku-buku itu mengelusnya perlahan, tak lupa ia juga mengulas senyumannya. Tak terasa manik jatinya yang teduh mengeluarkan sedikit air mata haru lantas saja ia cepat cepat mengelapnya sebelum bundanya mengetahui akan hal itu.

"Ikhsan juga punya surprise untuk bunda" beritahu Ikhsan secara antusias.

"Kejutan apa nak?" Tanya sang bunda

"Bunda tutup mata dulu dong" pinta sang anak.

"Okeh... sudah" beritahu bunda

Digapainya kedua tangan sang bunda lalu ia arahkan agar bundanya berdiri dan mengikuti sang anak secara lembut dan perlahan.

"Bunda ikutin Ikhsan ya. Pelan pelan aja bun"

"Pelan-pelan aja? Kek Judul lagu. Emang kita mau kemana sih nak?

Ikhsan terkekeh mendengar ucapan sang bunda. Sambil menggandeng tangan sang bunda yang saling berhadapa, Ikhsan berjalan mundur untuk membimbing jalan sang bunda. Ikhsan juga menjelaskan "Ketempat surprisenya. Bunda jangan ngintip loh ya"

"Iya deh iya..."

Ikhsan terus membimbing bundanya ke arah perkarangan belakang rumahnya. Ya, selain menata perkarangan depan rumahnya, Ikhsan juga mnyiapkan surprise diperkarangan belakang rumahnya. Bukan hanya satu saja tapi dua kejutan sekaligus ia ingin beri kepada bundanya hari itu siang itu juga.

"Oke bun, kita sudah sampai hitungan ke tiga bunda buka matanya ya"

 setelah mengucapkan itu Ikhsan melepas genggaman tangannya kemudian ia meminta bundanya untuk menhadap tepat kearah perkarangan belakang rumahnya atau berhadapan dengan kejutan sang bunda tepatnya. Lalu Ikhsanpun membelakangi bundanya sembari menyembunyikan kejutan di kedua ditangannya pada belakang tubuhnya yang ringkih.

Ikhsanpun mulai menghitung

 "1..., 2..., 3... buka matanya bun" pinta Ikhsan kepada bunda.

Betapa terkejut dan terharunya bunda ketika ia membuka matanya bahwa kejutan yang diberikan anaknya adalah:

Tak sampai disitu, manakala bundanya menoleh menghadap belakang dirinya sendiri, kearah Ikhsan tepatnya, tiba tiba Ikhsan menyodorkan setangkai mawar putih lalu mengucapkan

"Untuk malaikat tak bersayapku yang telah sangat sabar mendidik dan menghadapiku selama ini"

"Masya Allah... makasih ya nak" hanya itu yang bundanya sanggup katakan.

"Ikhsan yang seharusnya bilang makasih bun. Selama ini bunda sudah sabar menghadapi Ikhsan. Maaf kalo Ikhsan pernah buat bunda kecewa" tutur Ikhsan.

Tak dapat berkata kata lagi, dengan perasaan terharu bundanyapun langsung memeluk Ikhsan dengan erat. Air mata harupun tak mau ketinggalan untuk mendukung merayakan suasana haru tersebut.

"Kamu g pernah ngecewain bunda. sekalipun itu benar kamu akan tetap menjadi anak bunda sampai kapanpun. Kamu adalah anugrah terindah yang Allah titipkan kepada bunda dan Abi" bisik sang bunda ditelinga Ikhsan.

Tak terasa, perkataan bundanya mampu membuat air mata haru Ikhsan memaksanya untuk keluar. Langit kelabu juga seolah mau berpartisipasi atas peristiwa itu.

Segerombolan burung-burung yang terbang bebas pada langit kelabu pun menjadi saksi bisu atas peristiwa siang kala itu.


➖✴➖

To Be Continue...

Vote dan komennya ya manteman agar author merasa diapresiasi, untuk terus berimajinasi.

Di share juga boleh 😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top