prolog
PROLOG
Ghianna Bidadari Paling syantieeq
Datang. Kudu. Wajib. Mesti. Fardhu Ain. Kalau sekali ini lo kabur lagi, kita putus hubungan. Lo gue end. Selesai. Gak usah datang ke kawinan gue. Gak usah jadi bridesmaid gue. Gak usah ikut ngerumpi gimana hot and pop-nya malam pertama gue karena gue gak mau punya temen yang lebih peduli sama berapa kalori porsi makanannya pagi ini dibandingkan reuni kita.
Sakura Pradasari
Aku gak bisa, Gi. Flight penuh, ini musim liburan dan aku mesti nyelesain utang cuti aku kemarin. Mizuki gak bakal setuju. Kamu tahu kan gimana hectic-nya dia kalau menjelang liburan?
Ghianna Bidadari Paling syantieeq
Gak, gue kaga peduli. Datang plis, Caa. Gue mau lamaran juga itu. Kita dah berapa tahun gak ketemu, selalu lewat chat dan VC. Lu jahat banget sama gue. Sejak ninggalin Indonesia, lu lupa ama temen. Apa yang kao lakukan itu jahaaad. Aku tydac suka.
MelindaCintaSatuMalamAw
Ca, lu datang. Inget ini udah sepuluh tahun, say. Orang udah lupa lu dulu kayak gimana. Sok atuh ke sini, sekalian kita stalking cowok jomlo buat diterkam. Gue lihat ya IG lo. Gile itu body. Operasi di mana ampe gentong susu lu kayak kebanyakan ragi gitu? Beneran pakai ragi, coy?
Sakura tertawa membaca komentar Melinda, tentang ukuran payudaranya. Padahal, mantan penyanyi dangdut yang sempat fenomenal beberapa tahun lalu itu memiliki tubuh jauh lebih menarik. Tiga belas tahun bersahabat, sepuluh tahun terakhir hanya bisa ia lakukan lewat telepon, dunia maya, atau kunjungan keduanya karena Sakura menolak kembali ke Indonesia, tanah kelahiran papa yang lebih banyak membawa air mata daripada bahagia. Ia kehilangan mama dan papa di sana, juga cinta pertama—tak lama usai mereka pergi. Momen yang kemudian membuatnya tak pernah lagi sama, bahkan hingga saat ini.
Ketukan di pintu ruangan putih bersih tempat ia berada saat ini menyadarkan Sakura bahwa ia telah selesai dengan pekerjaannya. Dengan cekatan, ia membalas pesan kedua sahabatnya bahwa ia akan berusaha datang ke Indonesia.
Sementara wanita berusia dua puluh delapan tahun itu turun pelan-pelan, seorang pria tampan dengan seragam hijau gelap mendekat dan menuntun Sakura menuju ruang ganti pakaian, memastikan ia tidak terlilit kabel yang akan membuatnya jatuh atau terluka. Saat mencapai pintu ruang ganti, pria itu tersenyum kalem, menampilkan deretan giginya yang putih bersih, lalu mengelus kepala Sakura dengan lembut sebelum ia berlalu.
“Arigatou, Mizuki,” gumam Sakura yang dibalas lambaian tangan oleh pria itu.
Ia menghela napas. Sepuluh tahun, sudah cukup lama. Barangkali jika ia memutuskan pulang dan memberi kejutan, ia bisa membalaskan semuanya kepada pria itu. Pembalasan atas apa yang dilakukannya hingga Sakura kehilangan segala yang ia miliki dalam hidup.
Radja Tanjung Ibrahim, apa kamu masih bisa tersenyum saat aku datang lagi nanti? Aku bisa pastikan setelah ini kamu tidak bisa tersenyum lagi.
Sakura tersenyum. Ia lalu melepaskan kain terakhir di tubuhnya, meraih kamisol warna lembayung, memakainya dengan cepat, termasuk juga mengenakan celana jin ketat dan jaket kulit hitam. Sedikit make-up untuk menyamarkan wajah sembap dan kusam karena terlalu lama berada di sana. Bedak, pensil alis, eyeliner, maskara, blush on dan pemulas bibir warna gelap dalam waktu cepat mengubahnya menjadi wanita yang jauh berbeda dengan dirinya sebelum ini. Sakura tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.
Indonesia, aku datang. Dan kamu, Radja, tunggu aku. Kita akan buat perhitungan setelah ini.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top