Two
.
.
.
.
Aomine pov
'Kenapa tak ada warna sama sekali disini? Hitam putih? Dimana ini?' Aku bertanya-tanya.
Aku melangkahkan kakiku meski beberapa pertanyaan muncul di benakku. Jujur aku masih belum bisa mencerna hal ini, aku kebingungan. Namun aku terus melangkah, mencoba mencari jalan keluar dari tempat ini.
Kretek!
Aku terkejut saat kakiku menginjak sesuatu. Bulu kudukku meremang, apa yang sebenarnya terjadi?
Kulirik kesemua arah, tak ada apapun selain ruang kosong yang berwarna hitam putih.
"Hiks.. Hiks... Hiks..."
Suara seseorang? Tapi apa iya? Sejauh ini aku tak melihat apapun.
"Hiks.. Hiks.. "
Suara itu lagi, aku melangkah mencari sosok pemilik suara itu.
Meski aku tak yakin bahwa dia ada di sekitar sini.
Aku melangkahkan kakiku menjauh dari tempat awal aku terbangun tadi tapi aku merasa bahwa aku hanya berjalan di tempat yang sama , aku terus mencoba meski aku tahu apa yang aku lakukan akan gagal tapi setidaknya aku sudah berusaha.
Tak berapa lama aku menemukan sosok perempuan yang meringkuk di bawah pohon.
Tunggu!
Pohon? Aku tak pernah melihat pohon itu tumbuh di kota kelahiranku, aku mencoba mengingat tapi kalian tahu otakku yang pas pasan tidak bisa mengingatnya.
Wajahnya tak terlihat karena di telungkupkan diantara lutut kaki seerta tangannya.
Tapi aku yakin, sosok itu memiliki rambut pendek.
Semakin aku mendekatinya, pandanganku memburam. Aku berusaha keras agar bisa melihat sosok itu tapi semakin aku berusaha semakin sosok perempuan itu semakin transparan.
Ada apa denganku?
Kenapa? Kenapa aku tak bisa melihat dengan jelas.
Tap!
Aku tersentak dari mimpiku, tunggu! Tadi itu mimpi? Tapi kenapa sangat terasa nyata sekali?
Kuedarkan pandanganku, ini dikamarku. Tapi aku merasa ada di Majiba saat itu lalu..
Ah kenapa aku tak bisa mengingatnya?
"Dai-chan?" Aku hanya meliriknya sekilas, tunggu! Bukankah Satsuki ada diluar kota?"
"Satsuki? Kau disini?" tanyaku tanpa menyembunyikan sesuatu apapun yang janggal.
"Ya Dai-chan! Syukurlah kau sudah sadar." aku mengernyit saat mendengar nada itu, khawatir?
"Sadar apa maksudmu?" tanya ku lagi yang masih tak mengerti.
"Kau mengingat sesuatu?" tanyanya lagi, raut khawatir masih tercetak jelas di wajah Satsuki. Sebenarnya ada apa?
Aku menggelengkan kepalaku karena memang aku tak mengingat apapun.
"Tidak, hanya bayangan yang samar-samar itupun tak ku kenali." jawabku pada akhirnya.
"Eh?! Apa kau mau kubuatkan sesuatu Dai-chan?"
"Tidak perlu repot Satsuki, aku bisa melakukannya sendiri." tolakku sehalus mungkin.
"Untuk ukuran orang yang satu minggu tertidur apa bisa memasak sendiri?" aku mengerutkan dahiku, satu minggu katanya?
"Satu minggu? Kau bercanda?!"
"Apa aku terlihat sedang bercanda Dai-chan?"
Aku terdiam, tak mampu membalas kata-kata Satsuki.
'Satu minggu katanya?'
Kulihat Satsuki keluar dari kamarku, mungkin dia akan ke dapur.
Hei, sebenarnya ada apa denganku?
***
Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke kantor. Mengingat dari penjelasan Satsuki bahwa aku tertidur seminggu membuatku tak nyaman, hei ayolah kau tauhu kan bahwa aku seorang polisi?
Jalanan sedikit lenggang, mungkin karena hari ini sabtu jadi tidak banyak yang pergi beraktivitas.
Ada orang yang sedari tadi menatap ku aneh, apa hanya perasaanku saja? Atau memang ??
Kuputuskan untuk tidak memikirkan pandangan orang itu dan kembali melangkah dengan tenang.
Tapi perasaanku tidak enak ketika dia mengikuti jalanku, sedari tadi.
"Tunggu!"
Aku mengernyitkan dahiku, siapa yang dia panggil?
"Tunggu Nii-san!"
Aku berhenti dan membalikam badan ku untuk melihat orang itu dengan jelas.
Aku melihatnya tampak mengatur nafas, mungkin dia kesusahan untuk menyamai langkahku? Aku? Tidak perduli.
"Hn? Ada apa?" kuputuskan untuk bertanya agar masalah ini cepat selesai.
"Ada seseorang di balik punggungmu." suaranya datar, ekspresinya juga datar. Diam mengingatkanku pada Tetsu.
Seseorang di balik punggungku katanya?
Aku menoleh, tapi aku tak menemukan apapun. Mungkin dia hanya anak muda yang usil.
"Tak ada apapun di balik punggungku. Jika kau hanya mengerjaiku, lakukan saja pada orang lain. Aku sedang buru-buru permisi." ucapku lugas dan memang benar. Tidak ada siapapun di balik punggungku.
"Tapi Nii-san, Nee-san itu menangis sambil mengikutimu."
Nee-san? Seorang perempuan?
Kulihat pandangannya, dia menatap ngeri pada punggungku.
Ada apa sebenarnya?
"Bagaimana rupanya?" aku bertanya padanya. Kulihat dia tersentak sebelum menjawab.
"Dia nee-san yang sangat manis jika saja, tak ada darah di sudut bibirnya dan beberapa luka di wajahnya"
Tubuhku menegang saat mendengar jawaban itu.
TBC
###
Holaa, silahkan vote serta komennya di tunggu!
###
Nijimura Michiko
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top