Six.
=> Di Balik Kopi <=
.
.
.
Setelah Aomine berangkat, Chitose segera meninggalkan rumah Aomine. Ia pergi mencari taxi lalu mengikuti mobil yang di kendarai oleh pria itu secara diam-diam.
Berbagai rencana telah Chitose persiapkan untuk misinya kali ini.
"Semoga usaha ku berhasil.. aku tidak mau dia hidup lebih lama lagi. Dia harus membayar semuanya, semua yang telah dia lakukan." Gumam Chitose.
Pandangan Chitose tidak pernah lepas dari gerak-garik Aomine. Seolah Chitose tidak ingin melewatkan hal sekecil apapun dari targetnya.
/Jika saja kau mau mendengar ucapanku.. Aku akan membantumu./
Chitose terdiam, kata-kata itu terus terngiang di kepalanya.
"Apa maksud wanita itu, aku bisa membalaskan dendamku sendiri.. Hanya karena dia teman masa kecilnya, itu tidak akan membantu ku sama sekali." Desisnya pelan.
Chitose mengepalkan telapak tangannya hingga buku jarinya memutih.
"Permainan sebenarnya baru saja di mulai. Aomine Daiki."
Seringai kecil terbit dibibir mungilnya.
***
Tatapan Aomine lurus menatap jalanan yang sedikit lenggang, namun pikirannya kosong.
Ia masih sibuk memikirkan keanehan yang di lihatnya.
Seperti halnya, Aomine pernah melihat Chitose berbicara sendiri.
Bukan hanya itu, orang tua Chitose pun sama sekali tidak mencari gadis kecil itu.
Kemarin Aomine pergi ke tempat yang ditunjukan Chitose lewat kertas.
Alhasil, alamat rumah itu tidak ada. Lebih tepatnya, tak ada keluarga Chitose yang menempati rumah itu. Hanya ada seorang kakek tua yang mengaku sebagai Kagetora Aida.
Aomine masih ingat dengan jelas nama itu, karena nama itu adalah nama dari seorang pelatih basket yang terkenal saat ia masih duduk di bangku sekolah.
Dengan berani ia bertanya pada Kagetora Aida, apakah pria tua itu mengenal Chitose? Namun Aomine tidak puas karena jawaban yang didapatnya.
Kagetora tidak mengenal Chitose. Maupun keluarga gadis itu.
Ini yang membuatnya kebingunan.
("Sebenarnya ada apa dengan Chitose? Semakin lama kelakuannya semakin aneh.. Lalu dimana keberadaan keluarganya?")
Aomine memebatin.
TINN... TINNNNNNNN
Aomine terkejut dengan bunyi klakson dari mobil yang berada didepannya..
"S-sial..." desis Aomine.
Aomine mencoba membanting stir untuk menghindari kecelakaan tersebut namun...
Brrraaakkk!! Krakk.
Terlambat. Mobil Aomine berhasil menghindari truk yang ada di depannya tapi Aomine tidak bisa menghindar lagi dari pembatas jalan, karena tangannya sulit untuk di gerakan.
TRAAAAK!!!!
Mobil Aomine menabarak pembatas jalan dan mobil itu masuk ke jurang.
Ketakutan menghampiri Aomine, ia mencoba berpikir jernih meski nyawa nya sedang dalam bahaya.
"Aku harus.. keluar dari sini!!!"
Aomine pun memutuskan untuk melompat dari mobilnya.
Brugh..
Tubuh Aomine terlempar jauh dari mobilnya.
Tak lama kemudian, mobil itu meledak dan terbakar.
"S-syukur..lah.. ak-kuh.. masih selamath.. huh." Gumam Aomine lirih.
Luka yang di dapat Aomine tak sebanding jika di tukar dengan nyawanya yang hampir saja melayang.
"Bagaimana ini bisa terjadi.." batin Aomine.
Sedang sosok gadis kecil menatap murka pada Aomine. Karena lagi-lagi rencana yang dia buat gagal.
"Tak apa, setidaknya kehadiranku disini sebagai malaikat penghukum untukmu. Sebelum aku mencabut nyawamu.. hihihihi.."
Ucapnya di selingi tawa yang menyaramkan.
Kamudian sosok itupun pergi meninggalkan Aomine yang tak sadarkan diri sekarang.
***
Berita tentang polisi yang mengalami kecelakaan telah menyebar luas di kota Tokyo. Karena para wartawan berbondong-bondong mendatangi tempat kejadian.
Berita ini tak luput dari Satsuki. Wanita bersurai merah muda itu
menutup mulutnya dengan telapak tangannya setelah melihat mobil sahabatnya lah yang mengalami kecelakaan tersebut.
Namun keberadaan Aomine belum ditemukan.
Para polisi dan tim SAR masih mencarinya. Namun karena tempat kejadian di tebing jurang para tim SAR sedikit kesulitan.
"Dai-chan..." gumamnya lirih.
/Aku tidak membutuhkan bantuanmu! Biarkan aku membalaskan dendamku dengan caraku sendiri!/
"Chitose.. mungkin kah?" Air mata menuruni pipinya.
"Aku tidak percaya.. Chitose, benar-benar melakukannya." Gumam Satsuki.
Satsuki segera beranjak dari sofanya kemudian ia mencari keberadaan sang suami.
"Shoichi-kun!! Shoichi-kuuun!!" Teriak Satsuki ke seluruh penjuru rumah. Ia memanggil nama Imayoshi berulang kali.
Berharap sang suami mendengar suaranya.
"Dimana kau Shoichi-kun..."
Gumam Satsuki lirih.
***
Pagi berganti malam, posisi Aomine masih sama seperti ia terlempar dari mobil.
"Ugh..." Aomine meringis saat ia mencoba untuk bangun.
"Sakit sekali.." ia memegang kepalanya.
Saat Aomine berhasil duduk, ia mencoba meliat ke seluruh arah. Tempat ini gelap, tak ada cahaya selain dari gemerlap bintang dan cahaya bulan.
Aomine mencoba berdiri dan anehnya. Tubuhnya tak merasakan rasa sakit lagi.
"Ada apa sebenarnya.."
Gumam Aomine.
Aomine memutuskan untuk berjalan dari tempatnya tadi. Meski jalanan terjal Aomine mencoba untuk menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh.
'Ikutlah denganku..'
Langkah Aomine terhenti, ia menoleh ke kiri dan kanan.
"Tidak ada seorangpun disini.. Mungkin hanya perasaanku saja." Gumam Aomine pelan.
Jika dipikir lagi, memangnya ada orang malam-malam di tebing jurang yang curam ini?
Meskipun itu ada, dirinya sendiri.
Aomine menggelengkan kepalanya pelan. Ya, Aomine sempat berfikir jika mungkin saja itu suara hantu.
Namun ia tepis pikiran itu, menurutnya hantu itu tidak ada.
Hanya mitos belaka.
Ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
=>Skip time<=
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh menurut Aomine. Ia menemukan sedikit cercah harapan saat melihat rumah penduduk.
Aomine mencoba mendatangi salah satunya untuk meminta tolong.
Langkah Aomine terhenti ketika ia tepat berada didepan pintu. Aomine menatap pintu itu ragu, karena rumah yang di datanginya ini sedikit lebih kecil dan gelap jika dibandingkan dengan rumah penduduk yang lain.
Tapi hanya rumah ini yang dekat dengan tempatnya berpijak tadi.
Menghela nafas pelan Aomine pun mencoba untuk mengetuk pintunya.
Tok.. tok.. tok..
Hening..
Aomine mencoba untuk mengetuk pintunya lagi.
Tok.. tok.. tok..
"Sumimasen.." ucapnya pelan.
"Ya sebentar!!"
Tanpa sadar Aomine tersenyum setelah mendengar sahutan dari sang pemilik rumah.
Ceklek!
Pintu itu terbuka dan menampilkan sosok perempuan manis dan mungil. Menurut Aomine.
Tatapan mereka bertemu. Aomine seperti pernah bertemu gadis ini. Tapi dimana? Pikirnya.
"Ekhem!!"
Aomine tersadar, ia menatap gadis di depannya gugup.
"Maaf sebelumnya nona, perkenalkan saya Aomine Daiki anggota dari kepolisian Tokyo. Maksud kedatangan saya kemari, saya ingin meminta tolong kepada anda." Ujar Aomine sopan.
"Pfft.. hahahaha.."
Gadis itu tergelak setelah mendengar apa yang Aomine katakan. Ini membuat Aomine mengernyitkan dahi bingung.
("Apa ada yang salah dengan kata-kataku tadi?") Tanyanya dalam hati.
"Ehm.. maaf, kau tidak perlu bicara terlalu formal padaku. Lagi pula, mungkin saja aku lebih muda dari mu. Jadi jangan panggil aku nona, karena aku hanya orang biasa. Dan... bolehkah aku tau apa yang kau maksud dengan meminta tolong?" Ucapnya panjang lebar.
"Bolehkah aku menginap di tempat mu?" Tanya Aomine sedikit ragu.
"Hmm? Menginap?"
"Ya? Hanya sementara.. mungkin besok setelah keadaan ku pulih aku akan kembali ke rumah." Ujar Aomine pelan.
"Hmm.. perlu kau ketahui, siapa pun itu baik manusia ataupun binatang tidak bisa keluar dari tempat ini setelah mereka memasukinya." Ujar gadis itu.
"Apa maksudmu..?" Tanya Aomine bingung.
"Kau akan mengetahuinya nanti.. Masuklah, sebentar lagi para serigala akan datang. Aku tidak mau jadi korban." Ujarnya dingin.
Aomine masuk kedalam rumah tersebut, meski ia masih bingung dengan ucapan gadis mungil tadi.
("Tempat apa lagi yang ku kunjungi sekarang.") Batin Aomine.
'Kau takkan bisa keluar dari tempat ini..' ucapnya di selingi seringai.
Gadis itu menutup pintu lalu menguncinya.
"Ah ya. Perkenalkan, namaku Misaki.. aku hanya punya dua kamar. Kau bisa gunakan kamar itu.." ujarnya sambil menunjukkan kamar.
Aomine mengangguk pelan.
"Terimakasih.. Misaki."
"Ya, sama-sama."
Aomine pun masuk kedalam kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Sebelum ia kembali menempuh perjalanan yang jauh.
Misaki menghilang ketika Aomine sudah memasuki kamarnya.
#TBC#
Yo minna!!! Maaf baru sempet update lagi...
ADA YANG KANGEN SAMA RAN GAK?? *teriak pake toa*
GAK ADA RAN!! Kagak ada yang kangen sama lu - Aomine
Yaelah, jahat banget lu tem sama gue.. *pundung*
Emang gue pikirin.. hahaha *ketawa lucknut* - Aomine
Karena gak ada yang kangen sama Ran. Ran pamit undur diri..
Silahkan kritik serta sarannya minna..
sekian dan terima gaji
*bungkukin badan*
Nijimura Ran
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top