Four
.
.
.
Chitose melangkahkan kakinya pelan. Sebisa mungkin ia tak menimbulkan suara sekecil apapun. Ia tak mau ketahuan oleh Aomine.
Setelah Chitose berhasil keluar dari rumah Aomine, Chitose menghela nafasnya lega.
'Pria itu tidur tapi seperti orang mati.' Batin Chitose.
Kemudian Chitose beranjak pergi dari sana. Ia tak mau usaha yang dibuatnya gagal total.
**
Aomine menguap, matanya menatap jam yang terletak di dinding kamar.
02:09 a.m
Masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Kemudian Aomine memejamkan matanya lagi. Menuju alam mimpi yang baru di buainya.
**
"Ku kira kau tak akan datang." Langkah Chitose terhenti. Ia menoleh ke sumber suara.
"Aku tak mungkin melewatkan ini semua. Terlebih untuk membalas semua perbuatan yang pernah dia lakukan padaku!" Balas Chitose tajam.
Matanya menatap dingin pada sosok wanita dewasa yang ada di depannya.
"Oho~ santai lah sedikit manis. Jika kita terlalu terburu-buru. Bisa saja rencana kita malah gagal sebelum dilaksanakan." Ujar wanita itu santai.
Senyum mengejek ia perlihatkan pada Chitose yang masih menatap dingin padanya.
"Aku tak pernah gagal asal kau tahu." Balas Chitose dengan nada datar.
"Ya baiklah, karena aku masih sehat aku akan mengalah untukmu." Ujar wanita itu.
"Apa-apaan itu?!"
Wanita itu pergi meninggalkan Chitose sendirian.
Chitose mengepalkan telapak tangannya. Sampai buku jarinya memutih saking kesalnya.
'Apa-apaan itu?' Batin Chitose geram.
Chitose menatap datar pada tabung-tabung yang ada di depannya. Ia menghela nafas pelan.
Kemudian Chitose mengutak-atik cairan yang ada di depannya, menungkan cairan tersebut kedalam tabung kosong sedikit demi sedikit.
Setelahnya ia memasukkan cairan lain kedalam tabung tersebut. Ia melakukan semua itu secara bergantian.
"Okaa-san..."
Air mata Chitose keluar begitu saja tanpa bisa di cegah.
Ia mengerjkan pekerjaannya sambil di selingi isak tangis.
Momoi berdiri di balik pintu, menatap sendu pada sosok Chitose yang tengah terisak di depan tabung.
"Biarkan dia sendiri dulu Satsuki." Bujuk Imayoshi.
"T-tapi Soi-"
"Ssst, dia perlu waktu."
"Baiklah.."
Momoi pun menuruti kata-kata Imayoshi, ia hanya diam menyaksikan Chitose yang bermain dengan cairan itu.
'Kenapa semua ini terjadi padanya Tuhan?' Batin Momoi miris.
***
Mimpi Aomine.
Aomine menelusuri jalan setapak di tengah hutan, Aomine seperti mengenali tempat ini, apa aku pernah datang kemari?
'Tapi kapan?' Batinnya bertanya-tanya.
Ah! ia ingat sekarang, ini adalah jalan menuju penginapan sewaktu training camp musim panas saat ia masih duduk di bangku senior high dulu.
Tiba-tiba jalannya berganti, berubah menjadi jalan menuju SMA Seirin.
Dahi Aomine mengerut saat menyadari perubahan tersebut.
Kemudian matanya menagkap sosok wanita bersurai coklat pendek yang tengah berlari berkejaran dengan seekor anjing kecil.
Uggh
Aomine memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit.
Saat melihat kearah yang tadi. Ia tak menemukan sosok wanita itu.
Aomine merasa tubuhnya seperti tersedot, kepalanya semakin pusing karena berputar-putar.
Brughh
Tubuh Aomine ambruk ketanah.
"Jangan!"
Dahi Aomine berkerut, kemudian ia bangun mencari sumber suara tersebut.
'Tolong aku! Lepaskan! Hmmpt"
Suara itu terdengar lagi, namun Aomine belum bisa menemukan dimana asal itu.
Mengingat disini sangatlah gelap, ia hampir tak bisa melihat.
"Kyaaaaa tidak!"
"DIAMMM"
PLAKKK!!!
"UGhh.. hiks jangan. Kumohon jangan."
"Diam. KUBILANG DIAAM!"
Tubuh Aomine bergetar, matanya membelalak tak percaya.
Ia melihat sosok laki-laki yang sedang melakukan ahem dengan seorang gadis.
Tapi jika dilihat lagi pemandangan yang ada di depannya terlihat seperti..
Pemerk*saan
Sosok laki-laki itu tersenyum puas setelah melakukan hal bejat pada perempuan itu.
Yang membuat mata Aomine lebih membalak tak percaya adalah..
Sosok lelaki itu ternyata..
Dirinya sendiri.
"Hah hah hah.." napas Aomine memburu.
Dengan cepat Aomine menyambar gelas yang ada di depannya. Kemudian meminum air itu sampai tandas.
Aomine meraup mukanya yang di banjiri peluh. Jantungnya masih berdetak kencang.
"Apa maksudnya ini? Ini hanya mimpi kan? Ya ini hanya mimpi Daiki, mimpi hanya bunga tidur. Ya hanya bunga tidur." Gumam Aomine pelan.
Ia meremas rambutnya frustasi.
Kemudian memandang jendela kamar yang ternyata bulan sudah berganti dengan matahari.
Aomine beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sekaligus mendingin kepalanya yang mendadak panas.
Chitose menyeringai lebar saat melihat Aomine yang tampak begitu frustasi. Ia beranjak meninggalkan pintu kamar Aomine menuju dapur.
'Tunggulah sampai saat itu tiba Aomine Daiki..' batin Chitose.
#$$
TBC
$$#$&
Hollaaa
Untuk reader sekalian~ terimakasih sudah mampir ke ff ku yang abal ini.
Terimakasih juga untuk votenya..
Kritik serta saran aku tunggu~
Akhirnya bisa update setelah sebulan lamanya.
Bye bye
Nijimura Ran
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top