Five
.
.
.
Aomine keluar dari kamar mandi dan mengacak rambutnya pelan, ia menundukan wajah.
Termenung sambil memikirkan mimpinya semalam.
Mimpi itu terasa seperti nyata. Seperti ia lah yang mengalami semua itu.
'Bodoh.. Pasti itu hanya bunga tidur, semesum apapun diriku. Aku tak akan pernah memperkosa seorang gadis kan?' Batin Aomine.
Masih terdiam, Aomine mengingat-ingat siapa gerangan sosok gadis yang berada dalam mimpinya tadi.
Aomine merasa seperti ia pernah mengenal gadis itu.
"Etto.. Nii-san."
Aomine menoleh ke asal suara, ia menaikan sebelah alisnya bingung.
"Sarapannya sudah jadi.." ujar Chitose sambil tersenyum manis.
Aomine mengerjapkan matanya pelan kemudian mengangguk paham, Aomine segera keluar kamar dan mengikuti Chitose yang berjalan menuju ke dapur.
"Kau masak apa?" Tanya Aomine sedikit penasaran.
"Hm? Hanya memasak makanan yang sederhana." Jawab Chitose seadanya.
Berdehem pelan, Aomine menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal.
"Souka, tapi kau masih kecil." Gumam Aomine pelan.
"Memangnya kenapa kalau aku masih kecil hm? Tak ada salahnya kan?" Balas Chitose cuek.
"Tch... sudahlah."
Mengalah adalah pilihan terbaik untuk Aomine saat ini.
Kini mereka sampai di meja makan dan duduk dikursi masing-masing.
Pandangan Aomine tertuju pada masakan lezat yang tersaji dengan rapih di atas meja.
Ia menatap Chitose yang sibuk dengan buah-buahan.
"Kau memasak ini semua?" Tanya Aomine.
"Ya, aku yang memasak ini semua. Memangnya kenapa? Nii-san tidak menyukainya?" Jawab Chitose tanpa mengalihkan pandangan.
Air muka Aomine mendadak masam, ia menatap Chitose tidak suka.
"Ck.. aku hanya bertanya. Lagi pula aku juga belum mencobanya kan?"
"Ha'i Ha'i, kalau begitu makanlah~ aku sudah membuatnya susah payah loh~"
Firasat Aomine mendadak tidak enak, namun ia mencoba untuk berpikir positif untuk saat ini.
"Hm, baiklah. Ittadaimasu.."
Aomine pun mulai memakan masakan Chitose.
( "Masakan Chitose enak juga, tapi kok agak aneh ya? Kenapa dia dari tadi hanya diam? Padahal dia yang masak ini semua.
Tidak mungkin,, hah... jika di lihat lagi wajah Chitose mirip seseorang tapi siapa ya?
Sudahlah, yang terpenting aku makan dulu sekarang." ) Aomine membatin.
Chitose masih menyibukan dirinya dengan buah yang tengah di kupasnya.
Tapi Chitose menyempatkan untuk mencuri pandang kearah Aomine.
Tentunya tanpa di sadari oleh Aomine.
"Ayo makan yang banyak.. lalu habiskan kopi mu itu.."
Seringai keji terbit di bibir Chitose.
Mata Chitose membelalak tak percaya ketika melihat sosok perempuan di belakang tubuh Aomine.
"Kenapa kau ada di pihaknya?!" Teriak Chitose dalam hati.
Sosok itu hanya menatap datar kearahnya..
Darah segar keluar dari mata sosok itu.
"Semakin kau menyakitinya.. semakin jauh pula kau dari ku."
"Kenapa? Kenapa kau membelanya?! Aku tak akan mundur sampai disini sebelum aku mendapatkan apa yang ku mau."
Sosok itu terdiam. Tak berapa lama sosok itu lenyap tak berbekas seperti tak pernah ada disana.
Chitose menjambak rambutnya pelan.
"Bagaimana bisa? Bagaimana bisa kau ada di pihaknya?" Batin Chitose
Aomine menghentikan kegiatan makannya setelah melihat gerak-gerik aneh dari Chitose.
Sedangkan Chitose masih menjambaki rambutnya sendiri.
Karena geram, Aomine mendekati Chitose dan memegang tangannya untuk menghentikan Chitose.
"Cukup Chitose, kau menyakiti dirimu sendiri." Ujar Aomine pelan. Matanya menatap tajam Chitose.
"Eh? Tidak kok Nii, tadi kepala ku sedikit pusing dan biasanya kalau ku tarik rambutku maka sakitnya akan hilang hehe." Balas Chitose gugup.
"Alasan macam apa itu." Aomine menyipitkan matanya, curiga.
"Entah, tapi itu memang kebiasaanku." Ucap Chitose sambil mengerucutkan bibirnya.
"Kebiasaan buruk jangan di biasakan." Ujar Aomine dengan malas.
"Ha'i ha'i.."
Aomine pun kembali duduk di kursinya. Nafsu makannya mulai hilang.
Aomine melirik kopi favoritnya yang sedari tadi bertengger manis disamping kirinya.
"Ternyata dia tidak lupa.. syukurlah, pasti buatannya enak seperti kemarin." Batin Aomine.
Aomine pun meminum kopinya sampai tandas.
"Hah.. kopinya enak. Arigato Chitose, ah ya. Mengenai kaa-san mu, bagaimana dengannya?" Tanya Aomime sambil menaikan sebelah alis.
Chitose terdiam sesaat, ia berpikir untuk mencari jawaban yang tepat. Bagaimanapun ia tidak mau membuat Aomine curiga padanya.
Momoi Satsuki
Hanya satu nama yang terlitas di benak Chitose. Ya, Momoi.
"Etto.. nii-san, aku mau mencari tahu tentang kaa-san lewat temannya. Karena kebetulan baa-san ku sedang keluar kota." Jawab Chitose pelan.
"Baa-san?" Ulang Aomine.
"Ya,," Chitose menganggukkan kepalanya pasti.
Aomine terdiam sesaat kemudian menghela nafas pelan.
"Baiklah, terserah padamu saja. Tapi aku tidak bisa mengantarmu sekarang, karena aku dapat giliran ke luar kota." Ujar Aomine tak yakin.
"Iie.. daijoubu nii-san."
"Baiklah, aku berangkat sekarang.. hati-hati dirumah."
"Ha'i ha'i.."
Aomine beranjak bangun dari duduk nya lalu menyambar tas kerjanya.
"Aku berangkat.."
"Hati-hati dijalan.."
"Hn.."
"Semoga kau sampai di neraka sana.." batin Chitose.
TBC....
Gomen baru up, hehe..
Buat semua yang mengikuti cerita ini.. aku minta maaf karena updatenya ngaret.
Tapi makasih buat dukungannya ^^ sankyu~
By Nijimura Ran
13022018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top