DTA 1 - Ayudhisa

Angin sepoi membelai kulit para penghuni bumi. Memberikan kesejukan sebagai penenang hati.
Mentari yang masih malu-malu untuk menyapa dunia. Tampak indah dengan warna jingga kekuningannya.

Seorang gadis, kini sedang berdiri di balik jendela yang telah terbuka. Netranya menatap kagum ke arah timur, melihat indahnya langit pagi ini tampak jelas di atas luasnya sawah yang terhampar.

Namanya Ayudisha, gadis berkulit hitam tetapi manis. Tidak seperti harapan orang tuanya saat memberi nama, gadis itu tumbuh dengan kadar kecantikan yang minim. Namun, banyak orang terkesima dengan senyum manisnya. Memiliki postur tubuh tinggi dan kurus meksi banyak makan setiap hari.

Ayu juga memiliki sifat usil dan keras kepala, tetapi dibalik keusilannya, ia termasuk anak yang rajin membantu orang tua dibandingkan saudara laki-lakinya.

Pagi hari sebelum berangkat sekolah, merupakan momen ketenangan diri baginya, menikmati pemandangan indah nan menawan dari foto-foto cowok ganteng yang dikoleksinya dalam buku bersampul pink yang kini dipegangnya.

Bukan Kim Soo Hyun, bukan pula Park Seo Joon apalagi Song Joong Ki yang kini tertempel di dalam buku itu. Foto cowok ganteng tipenya, tidak setipe dengan kebanyakan cewek diluaran sana yang begitu mendamba artis luar tanah air itu.

Bagi Ayu, mendamba mereka itu percuma, karena terlalu jauh untuk digapai. Bukankah kita sebagai anak bangsa yang baik dan cinta NKRI, harus mencintai produk lokal? Begitulah menurut Ayu.

"Ayu, ayok sarapan!" Terdengar suara lumayan nyaring dari balik kamarnya yang memang tepat keberadaa
ruang makan.

"Iya, Mak!" jawab Ayu tak kalah nyaring dan buru-buru mengaitkan jarum pentul di jilbab bagian bawah dagu setelah meletakkan buku di meja, lalu keluar kamar.

Tumis kangkung, tempe goreng dan ikan panggang asap sudah tersaji rapi di meja makan. Nasi, sambal dan krupuk juga tak ketinggalan berjajar di pinggir.

"Asyeeekkk ... ikan panggang kesukaan, pagi ini kita bertemu," ujar Ayu dengan riang dan semangat langsung mengambil piring dan mengisinya dengan nasi yang lumayan menumpuk.

"Ish, ish, ish. Makan banyak, tetep aja kurus," ledek Bang Yusuf--kakak laki-laki ayu.

"Biarin," ujar Ayu cuek, lalu mengambil posisi nyaman di atas karpet, tepat di dekat sang Bapak.

Setelah semuanya duduk bersama dan siap dengan makanan masing-masing. Yusuf memimpin doa sebelum makan, lalu mereka memulai sarapan dalam suasana hening.

Memang tak salah dan tak diragukan lagi, jika makan saja mengikuti sunah Rasul maka kenikmatan lebih yang akan kita rasakan. Makan dengan tangan kanan, duduk di bawah dan bersama keluarga. Maka nikmat mana yang kamu dustakan? Mengharap berkah dengan meneladani Baginda Rasulullah.

"Bang, anterin Ayu ya, ke sekolah. Motor mau dipakai ayah katanya. Masak iya Ayu ke sekolah pakai motor butut ayah."

"Oke. Tapi bikinin Abang kopi ya. Jangan kemanisan atau terlalu pahit, harus pas."

"Aish ... pamrih amat," ujar Ayu kesal, ia beranjak dan membawa tumpukan piring yang siap akan dicuci.

Selang beberapa menit, Ayu muncul dengan secangkir kopi. Setelah diterima Yusuf, ia segera kembali ke kamar, hendak mengambil tasnya.

"Huf ... hampir saja buku kesayangan ini ketinggalan," ujar Ayu sembari mengambil buku bersampul merah jambu dan langsung  memasukkannya ke dalam tas.

Dasar Ayu, cewek pecinta cogan yang sudah mencapai taraf level tujuh itu. Jika ke sekolah, ia merasa wajib membawa buku itu. Karena saat bosan dan mengantuk, dengan melihat isi buku itulah yang akan menjadi obat mujarab baginya, penghilang rasa kantuk.

Baru saja akan keluar kamar, terdengar teriakan dari Abangnya. "Ayu! Awas kamu, ya."

Gadis yang kini melihat tatapan kesal abangnya dari balik pintu kamar sempat terkekeh dan menjulurkan lidahnya--meledek.

Menit kemudian ia langsung lari keluar ke arah kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang tamu. Menyalami keduanya dengan sedikit cepat, lalu kabur dengan membawa motor sang bapak.

Keusilannya pagi ini berhasil, ia sengaja membuatkan kopi asin buat Abangnya. Ayu kesal, karena Yusuf selalu pamrih saat ia meminta tolong.

---***---

Awan hitam menggumpal di bawah langit, bunyi guruh bersusulan terdengar bergemuruh, menyebabkan beberapa siswa yang baru saja bubar dari ruang kelas, menengok ke atas. Mereka tampak memastikan apa yang akan terjadi, agar cepat-cepat pulang sebelum genangan air yang tersimpan dalam awan itu tumpah menjadi tetesan hujan.

Tak luput juga seorang gadis bernama Ayudisha yang kini berjalan dengan kaki jenjangnya melangkah lebar. Tubuh tinggi sekitar 170 centimeter, menjadikan ia cewek berpostur paling tinggi di kelasnya.

"Ya ampun, Yu. Pelan-pelan, dong!" protes Oliv yang merasa kalah cepat dari langkah sahabatnya itu. Pasalnya tinggi Oliv tak sampai 150 centi.

"Keburu hujan lo, Liv. Kamu enggak lihat apa, mendungnya kayak gitu banget. Udah kamu tunggu sini aja, biar aku ambil motor di parkiran dulu," pungkas Ayu menanggapi keluhan Oliv, agar ia bisa lebih cepat sampai.

"Nah, gitu dong, Yu. Kan kamu beneran ayu kalau gitu, kayak nama kamu."

"Modusssssss," papar Ayu yang sempat menoleh sebentar--sebelum melanjutkan langkahnya agar lebih cepat. Oliv pun terkekeh sembari terus menatap punggung Ayu yang semakin menjauh.

Tak lama Oliv menunggu, Ayu sudah muncul dengan suara motor butut yang mengepulkan asap di bagian knalpotnya.

"Ha! Lo bawa motor siapa, Yu? Butut amat, Bapak lo nggak jatuh miskin, kan?" cerca Oliv begitu Ayu sampai di hadapannya.

"Ngawur aja, lo. Udah ayo buruan naik. Nggak usah banyak protes. Kalau nggak mau, ya udah gue duluan." Tangan Ayu yang siap hendak mengegas motornya, langsung dicegah Oliv.

"Eh, eh, eh. Ambekan amat sih, Lo. Iya-iya gue nebeng, nih." Oliv tampak buru-buru naik di belakang Ayu, tak pedulikan asap yang mengepul pun ia terobos.

Suara guruh seakan mengikuti perjalanan keduanya, awan mendung pun tampak tenang siap untuk menumpahkan cairan bening itu. Baru dua ratus meter jarak dari sekolah, rintik-rintik hujan langsung lebat membasahi penikmat jalan raya.

Ayu yang merasakan pakaiannya sedikit basah, langsung menepikan motor dan segera turun berniat untuk berteduh di bawah pohon besar.

Akibat Ayu yang terus di dorong Oliv dari belakang, ia pun berjalan tergopoh-gopoh, sehingga tak terasa kakinya menginjak kaki seseorang.

"Aw! Hati-hati dong, Mbak," protes seseorang yang bersuara berat, khas laki-laki itu.

"Eh ... maaf, maaf, Mas. Enggak sengaja," ujar Ayu langsung menggeser agak menjauh, kakinya yang sempat menginjak sebuah kaki berbalut sepatu warna hitam itu.

Netra Ayu pun menoleh, betapa terkejutnya ia, saat mendapati laki-laki itu begitu mengagumkan. Kedua kelopak mata Ayu membelalak, menelisik setiap ukiran indah ciptaan Tuhan itu.

"Wow ... ganteng banget," batinnya menatap laki-laki itu takjub, sehingga tak terasa bibirnya mengukir senyum lebar. Laki-laki yang terlihat begitu cuek itu pun tak peduli dengan tatapan Ayu.

Oliv yang menyadari tingkah Ayu itu pun langsung menyenggol bahu sang sahabat. "Kata Pak Iman, Ghodul Bashor, Yu," bisik Oliv selanjutnya.

Ayu yang mendengar teguran Oliv, tak lantas memalingkan wajah. "Setengah menit lagi, mumpung masih rezeki," ucapnya lirih.

"Hadeeehhh ... hukum syari'at kok di buat main-main," ujar Oliv kesal, karena ia sangat paham dengan apa yang dimaksud sahabatnya barusan.

Ia sangat ingat betul nasihat yang sering diingatkan ustaznya dulu, bahwa Nabi SAW bersabda : Wahai Ali janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir (pandangan yang kedua).

Jadi, Ayu mengatakan pandangannya itu rezeki karena tak sengaja. Ia enggan memalingkan wajah, karena jika mengulangi pandangan itu untuk kedua kalinya itu tak boleh dan berdosa.

💌💌💌

Yuk, jaga pandangan.
Karena bisa jadi sumber fitnah

💐💐💐💐💐

.
.
.
.
.

Bersambung.

Yuk ikutin cerita ini. Cerita kali sangatlah berbeda dengan cerita-cerita aku sebelumnya.🙂

Jangan lupa follow ya. Agar tak ketinggalan notifnya.

InsyaAllah kan ada pelajaran yang bisa dipetik dalam cerita ini nantinya.
Khusunya untuk para remaja.
Petik manfaat yg baik, buang jauh-jauh yang jelek ya sahabat.😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top