Telaga Memeluk Hujan

Rain: "Halooooo, assalamualaikum. Apa kabar fansnya aku?"

Bulan: "Idih, Ning Rain narsis! Emang ada yang ngefans? Pede amat."

Rain: "Ya udah deh, Lan. Gak usah iri gitu. Aku tahu kalau gak ada yang ngefans kamu."

Bulan: "Bundaaaaa, Ning Rain nyebelin."

Bunda Rumaisha: "Astaghfirullah, Bulan, kamu perempuan! Gak boleh teriak-teriak gitu. Kamu juga, Rain. Kenapa sih hobi ngisengin adiknya."

Rain: "Ih, Bunda, dari jaman dahulu kala semua orang juga tahu kalau Bulan yang suka ngisengin Rain." (Rain cemberut).

Buya Rasyid: "Ini ada apa, sih? Kenapa ribut-ribut?"

Bulan: "Ning Rain tuh, Buya. Ngejekin aku terus."

Rain: "Bungsu dan keahliannya mengadu memang kombinasi yang tepat untuk membangkitkan emosi seorang sulung."

Bulan: "Nah, tuh kan, Buya. Ning Rain tuh nyebelin, nyindirin Bulan terus."

Buya Rasyid: "Udah udah, kalian itu udah pada gede kok masih hobi berantem. Malu sama umur. Rain, itu kamu dicariin Naya, lagi di ruang tamu dia."

Rain: "Eh, Kak Naya main ke sini, Buya? Wah, seru. Makasih, Buya. Rain keluar dulu."

Buya Rasyid: "Iya, ada Aga, Dewa, sama temen-temen kamu juga."

Rain berjalan menuju ruang tamu, dan seketika bersorak riang menatap orang-orang di hadapannya.

Rain: "Ih, masyaa Allah, rame-rame ke sini pada ngapain, nih?"

Fina: "Temu kangen lah, gak kangen sama kami kau rupanya?"

Rain: "Ih, Finaaa, ya kangen dong."

Naya: "Dahlah, gak usah kebanyakan basa-basi kali, ya. Aku ngajakin mereka ke sini niatnya silaturahim sama ngasih kabar, kalau cerita kalian versi cetaknya udah bisa dipeluk."

Rain, Aga, Dewa: "Eh, serius, Kak Nay?"

Naya: "Kompak amat kalian. Iya, udah bisa dipesen. Bentar, aku kasih liat pamfletnya."

Rain: "Ih, masyaa Allah cantiknya. Wah, ada potongan harga spesial PO juga. Masih dapet bonus banyak pula. Keren ih."

Naya: "Iya dong, makanya kalian tawarin ke temen-temen kalian, deh. Versi cetaknya juga lebih seru dan greget dari versi wattpad. Banyak yang beda."

Aga: "Siap, Kak Nay. Ayo pada beli, biar bisa lebih deket sama aku."

Rain: "Kak Aga genit, deh!"

Aga: "Loh, Kakak kan lagi promosi, Hujan. Masak gitu aja salah?"

Rain: "Tauk ah!"

Aga: "Loh, kok ngambek? Kak Nay, gimana itu si Rain?"

Naya: "Dah ya, itu urusan kalian. Pokoknya aku gak mau tahu, kalian harus promosiin. Gus Dewa juga jangan lupa promosi. Fina, Ima, Mita, Laila, Kayla, Ning Bida, dan semuanya."

Dewa: "Siap, Kak Nay. Ayo pada beli lah, masak pada gak mau ketemu aku."

Rain: "Nah kan, promosi novel kok malah bikin orang-orang jadi genit sih, Kak Nay."

Naya: "Kamu lagi PMS ya, Ning? Perasaan sensi mulu. Mending bilangin ke Buya Rasyid sama Ummi Rum deh, Naya minta doa, semoga novel ini berkah manfaah. Jangan lupa disampein."

Rain: "Iya deh iya, ntar insyaa Allah disampein."

Naya: "Ini para pendukung gak pada lupa, kan? Promosiin."

Ima, Fina, Laila, Mita, Kayla, Ning Bida, dan semuanya:  "Siap grak, Kak Nay."

Rain: "Ya udah, yuk makan siang dulu kita. Mbak Rahma udah siapin banyak makanan tadi."

Laila: "Inilah yang kutunggu-tunggu dari tadi, Ya Allah."

Rain: "Ya udah, ayok ke ruang makan."

Semuanya: "Siap semangat 45, makaaaannnn."

Naya: "Eh, jangan lupa. Beli novel Dewa Hujan di Atas Telaga!"

Rain: "Kak Nayaaaa, udah promosinya ntar lagi. Ayo makan dulu."

Naya: "Iya iya."

Rain: "Eh lupa, belum kututup vlognya. Wassalamualaikum, Fansnya Raina. Makan siang dulu kita. Sampai jumpa di novel Dewa Hujan di Atas Telaga, ya. Salam cintaaaa."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top