Devotion 36 : Deal With Devil

Para antagonis tidaklah jahat, mereka hanya memenuhi peran mereka sebagai seorang penjahat

"Tsk, aku malas..."

America mendecak sebal, sebenarnya dia sangat tidak mood untuk hadir di meeting kali ini, ada banyak faktor yang mendasari kemalasannya.

Mulai dari Bill yang sedari tadi pergi tanpa tahu apa yang dia rasakan, udara dingin eropa yang sangat tidak bersahabat, hingga tuan rumah dari meeting kali ini yang menyebalkan.

Iya, Poland sangat menyebalkan bagi dirinya, pasalnya terakhir kali dia menghadiri meeting di negara ini, Poland dengan segala kelicikan yang dia miliki memeras para personifikasi negara yang terlibat dalam invasi wilayah netral untuk menghentikan tindakannya itu, lebih parah lagi karena dia juga dimintai denda!

"Setelah selesai meeting, kita bisa langsung pulang, jadi tolong sabar..."

Bill bersikeras membujuk persona dari negaranya itu untuk mengikuti meeting, dan kini dia mulai kehabisan stok kesabaran, andai saja meeting bisa dilakukan tanpa personifikasi negara, sudah pasti dia akan ke sana tanpa perlu memikirkan America!

"Oke, aku akan menuruti satu hal yang kau inginkan setelah pulang!"

"Aku mau tiga!"

Bill mendecak emosi, dia tidak suka dengan betapa rakusnya pria ini, tapi seketika dia teringat kepada Airlangga yang meminta dirinya untuk tidak terlalu kasar, mengingat America adalah sebuah harta karun ilahi-

Tunggu- bukankah aneh jika makhluk serakah ini disebut harta karun?

"Oke, tiga permintaan" ucap Bill yang sudah pasrah, dia membuka pintu mobil, mengisyaratkan America untuk segera masuk kedalam mobil, America pun segera masuk, mobil pun melaju, membawa mereka ke ke gedung pertemuan internasional.

Sementara America kini terdiam, apa yang sudah terjadi pada pria ini? kenapa dia yang sebelumnya sangat dominan dan keras kepala sekarang malah membujuknya dan menuruti permintaan yang dirinya berikan?

"Damn, mimpi apa aku semalam?"

America menatap Bill dengan tatapan tidak percaya, sementara Bill yang tak menyadari semua itu hanya fokus pada jalanan kota yang tampak senggang, sedang mengantarkan mereka pada lokasi yang akan dituju.

..............

Indonesia berdiri, sendirian di antara banyak orang, hatinya bergejolak di antara kedamaian, jiwanya kesepian bahkan saat berada di keramaian.

Namun dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya, dia akan berdiri di sini, menunggu sampai semuanya selesai, dia kehabisan tenaga untuk mengeluh pada siapapun saat ini.

Berbagai macam hidangan lezat disediakan diatas meja katering untuk menyambut para tamu kehormatan Internasional, tapi Indonesia tidak ingin makan, tidak ingin melakukan apapun, tidak ingin berada di tempat yang ramai ini.

Dia ingin pulang

Aroma minuman beralkohol yang tajam seakan menyengat hidungnya, Indonesia menurunkan alisnya dan menjauh, aroma alkohol membuatnya ingin muntah, dia ingat pernah dicekoki alkohol oleh Russia hingga muntah, dan minuman beralkohol khas para negara slavia ini sukses membuat memori buruk yang telah disimpannya itu naik kembali.

"Oh! Indonesia!!"

Beberapa personifikasi negara yang tidak dia kenal menghampirinya, pemuda itu memberikan senyuman kecil yang kaku, bahkan dia lupa caranya tersenyum dan bersikap ramah terhadap orang lain, padahal dulu dia dikenal sebagai negara dengan penduduk yang ramah- namun sekarang untuk menunjukkan dirinya ramah pun dia kesulitan.

"Kau masih ingat aku? Aku Mesir! sudah lama tidak bertemu, aku senang bisa bertemu denganmu lagi!"

Egypt, beberapa negara afrika dan timur tengah, lainnya segera berjalan mendekat, mereka tampak tersenyum melihat salah satu dari pendiri utama dari Gerakan Non Blok itu akhirnya kembali, rindu? tentu saja mereka rindu, Indonesia telah mengurung diri dan menghilang dari pergaulan Internasional hampir berpuluh puluh tahun lamanya, Indonesia kini mendapat gelar baru yaitu negeri berkabut karena dia ada tapi tidak pernah terlihat keberadaannya, mungkin jika Indonesia tidak segera keluar dari masa vakumnya dalam beberapa dekade kedepan, dia benar benar akan dikira mitos.

Melihatnya disini, kembali aktif sebagai salah satu negara superpower dunia adalah suatu keajaiban mengingat Indonesia sendiri hampir dianggap mitos karena keberadaan dirinya yang tertutup kabut.

"Apa kabarmu, Indonesia?"

"Kau tampak lebih pucat dari terakhir kali kita bertemu, aku hampir tidak mengenalimu, kau tahu?"

Indonesia tersenyum canggung, dia tidak menyangka jika masih ada yang mengenalinya bahkan setelah bertahun tahun dia vakum dari PBB dan tidak mengambil bagian apapun dari pergaulan internasional, dia terlalu sibuk menangani masalah di negaranya dan memulihkan kondisi kesehatan mentalnya pasca segala hal buruk yang dirinya alami saat itu.

"Iya- aku..."

"Kau terlihat kurus, tau tidak? sebaiknya kau jangan terlalu banyak bekerja, Indonesia, biarkan saja para manusia itu yang bekerja!"

UAE langsung mengelus kepalanya dengan gemas, Indonesia tersenyum kecil, dia menyadari jika dirinya kurus, seluruh tenaganya terkuras karena banyaknya masalah internal dan eksternal yang dia alami saat ini.

Selain itu, Indonesia juga takut, padahal dulu dia sangat antusias saat melihat personifikasi negara lain dan ingin berinteraksi sebanyak mungkin, tapi sekarang berdekatan dengan mereka saja membuatnya refleks mundur, Indonesia telah kehilangan sifat ekstrovert nya dan berubah menjadi seorang pendiam.

"Ehem..."

Sebuah deheman membuat beberapa personifikasi negara itu menoleh, China berdiri di hadapannya, sang mantan superpower asia itu melihat ke arahnya dan tersenyum kecil.

"Lama tidak bertemu, Indonesia..."

Indonesia mengambil satu langkah mundur, China kini telah berada di hadapannya, di belakang pria itu juga berdiri S.K, N.K dan juga Japan, Indonesia gemetar, inilah yang dia takutkan, namun dia menelan ludah dan berusaha bersikap tenang.

"Ada apa?"

China tersenyum canggung, dia tak menyangka Indonesia akan memberi respon yang dingin terhadap apa yang dia katakan, namun dia mencoba untuk tidak membawanya terlalu dalam dan kembali tersenyum.

"Kau banyak berubah, ya..."

Indonesia menatap China dengan tatapan menusuk, matanya tajam dan menusuk layaknya senjata, apa maksud dari perkataannya? bukankah dia dan juga dua negara adidaya sialan itu yang telah menghancurkan dan mengubahnya hingga menjadi seperti ini?

"Tapi aku disini bukan untuk mencari masalah, aku disini untuk mengucapkan terimakasih karena sudah memberikan bantuan untukku pasca perang berakhir, aku tidak mungkin tidak membalas kebaikanmu bukan? Jadi maukah kau menjalin hubungan bilateral denganku seperti sebelumnya?"

China tersenyum, Indonesia menatap personifikasi negeri tirai bambu di hadapannya dengan tatapan yang tidak dapat dijelaskan, dia kesini hanya untuk menghadiri meeting tidak untuk menjalin tali silaturahim dengan siapapun! Indonesia menghela nafas dan memberikan senyum yang terkesan dipaksakan

"Tidak, terimakasih... jika kau dan yang lain punya keinginan yang sama maka kalian bicaralah pada presiden, jangan padaku karena aku tidak ingin buang buang waktu untuk kalian..."

Indonesia kembali berjalan, kali ini dia keluar dari gedung dan menikmati dinginnya salju, meeting kali ini sangat tidak mengenakkan karena dia bertemu dengan banyak orang di saat dia masih belum ingin membuka dirinya, dia masih belum pulih sepenuhnya dari lukanya

BERSAMBUNG

Yo! Akhirnya saya muncul kembali setelah sekian lama ga ada kabar!

Mohon maaf atas Hiatusnya yang ga ngotak, saya sendiri yang bikin ini book hampir lupa book ini ada dan masih belum tamat sksksksk-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top