Devotion 10 : Step Back
Setelah rapat itu berakhir, Russia berjalan meninggalkan tempat itu dengan langkah gontai, ekspresinya sekarang terlihat seperti seseorang yang kehilangan semangat hidup, presiden Russia terlihat tak ada lagi didalam sana, dan hanya ada sosok personifikasi negara itu disini
"Kenapa kau?"
Tanya Poland yang kini berdiri di hadapannya, Russia tampak tidak peduli dan menyingkir dari pemuda slavia itu, seolah tidak ingin berbicara kepada mantan murid ayahnya itu
Hening, Russia tak memberi jawaban apapun, dan itu berhasil membuat Poland mendengus kasar karena kecewa dengan sikap bodoh Russia
"Cih, dasar bodoh kau, jika kebodohanmu itu bisa memberimu uang, mungkin negaramu sekarang ini sudah mengalami inflasi..."
Ucapnya dengan nada mengejek, namun Russia tidak peduli, dia terlalu sedih dengan pemikirannya sekarang, dia melewati Poland dengan langkah gontainya, ejekan pemuda itu membuat Russia makin badmood
Poland masih setia dengan senyuman sinisnya, meskipun kini Russia sudah menghilang dari pandangan
"Huh... dasar orang bodoh, ingin dihargai tapi tidak menghargai..."
Umpatnya sebal, kemudian dia pergi meninggalkan tempat itu, bersamaan dengan Indonesia yang berjalan pergi dari arah tempat rapat, melewatinya dengan secepat arus angin
Sreeet...
Poland kembali berhenti, berbalik sejenak kemudian ditatapnya punggung Indonesia yang menjauh dengan cepat darinya dan kembali menyunggingkan senyum misterius
"Hmm, aku ingin bicara dengannya..."
.
Indonesia telah keluar dari dalam gedung, sepasang matanya menatap ke arah garis langit senja yang membentang indah dan tersenyum.
Entah sejak kapan, namun Indonesia sangat menyukai langit senja, menurutnya siluet jingga di atas langit sangatlah indah, hanya hal itulah yang dapat dilihatnya sejak mengurung diri selama dua dekade
Butuh waktu bertahun tahun bagi Indonesia untuk melupakan semua kenangan buruk itu, dan butuh ribuan pil anti depresan yang harus dia teguk tiap malamnya agar bisa tertidur dengan tenang, semua yang dia alami di masa lalunya telah menghapus semua warna dan rasa kehidupannya di masa kini
"Indies?"
Indonesia menoleh, ternyata itu adalah Poland, pemuda manis namun misterius itu tersenyum penuh arti pada Indonesia, yang dibalas dengan geraman kesal oleh Indonesia.
"Berhenti menyebutku dengan panggilan menjijikkan itu, Poland..."
Indonesia mendesis sebal, sementara Poland tertawa kecil karenanya
"Lama tidak bertemu, apa kabar?"
Indonesia terdiam
"Hei? apakau marah juga padaku?"
Indonesia mendengus pelan, dia benar benar malas menghadapi sang mantan anggota EU ini, tapi mau tak mau dia harus menghadapinya
"Apa kau mau memerasku seperti halnya anggota EU yang lain?"
Poland tertawa hambar, menurutnya opini Indonesia sangatlah tidak masuk akal, siapa juga yang mau bermacam macam dengan negara adidaya? Poland memang gila tapi dia tidak bodoh, ada konsekuensi yang harus dia ambil jika dia salah dalam menangani lawan bicaranya ini
"Apa maksudmu?"
Poland tersenyum kecil
"Aku memang gila, tapi setidaknya aku tak pernah memasang muka seperti sahabat-sahabatmu itu..."
"Apa yang kau inginkan?"
"Apa kau butuh bantuan untuk membalas dendam pada Russia?"
Indonesia tertegun sejenak, kenapa personifikasi negara ini secara mendadak menawari dirinya sebuah kesempatan untuk balas dendam?!
"Aku tidak tertarik untuk membalas dendam pada siapapun juga..."
Jawab Indonesia dengan cepat, dia memang menginginkan sesuatu bernama balas dendam ini, namun dia bisa mengupayakan semua itu sendiri, dia tidak perlu bantuan dari siapapun, termasuk dari pria ini
Karena untuk sekarang, nanti, dan selamanya, dia telah kehilangan rasa percayanya kepada para personifikasi negara ini, termasuk dengannya
"Heh... munafik, aku melihat energi negatif dan kebencian di matamu pada mereka, aku yakin kau pasti punya dendam yang ingin dibalaskan, apakah kau sebodoh itu membiarkan para pengkhianat yang membuatmu menderita hidup dengan nyaman dan membuat rencana menghancurkan dirimu dan semua yang kau punya?"
Urat urat kesabaran seorang Indonesia menegang dan nyaris putus, Poland cukup berbakat dalam memancing amarah seseorang, dan kali ini, dia membuktikan semua itu.
Semua yang telah dia katakan benar adanya, dan Indonesia benci itu, apa jalan pikirannya sesimpel itu hingga bisa dengan mudahnya dibaca oleh orang asing seperti halnya dengan personifikasi negara ini?
"Bukan urusanmu..."
Ucap Indonesia kesal, dengan amarah yang sudah membuncah di hati dan kepalanya, dia meninggalkan Poland yang tersenyum miring padanya
Untuk kesekian kalinya, Indonesia pergi meninggalkan dirinya, pergi dengan ratusan teka teki dan tanda tanya dalam benaknya yang terus membuatnya makin penasaran
"Aku tidak yakin kau masih tidak mau balas dendam setelah apa yang sudah mereka lakukan pada dirimu..."
"Apa kau sudah tak lagi memiliki hasrat seperti personifikasi negara?"
Ucapnya entah pada siapa, matahari kini mulai terbenam, meninggalkan bumi yang kini mulai diselimuti oleh gelapnya malam dan lampu lampu yang kini sudah mulai menyala
.
"Huft... lelah sekali, kapan selesainya semua berkas berkas ini?"
Malang, salah satu statehumans di Indonesia yang terkenal dengan teknologi digitalnya itu menghela nafas lelah, menatap monitor yang terus menerus memunculkan berkas berkas virtual yang sialnya berharga ratusan milyar rupiah itu
Hal ini membuatnya merasakan stress luar biasa, karena jika ada secuil saja kesalahan yang dia buat, negara bisa merugi banyak karena turunnya harga saham dan Indonesia bisa saja memarahinya, meskipun dia belum melihat ayahnya itu marah sejak kejadian bocornya kabar bahwa negaranya tengah melakukan pengembangan senjata nuklir kepada dunia yang membuat seisi PBB mulai menaruh curiga pada Indonesi
Lagipula, siapa yang membocorkan berita itu untuk pertama kali? Malang tidak habis pikir, apakah ada musuh didalam selimut yang sudah menjual informasi negara pada 'mereka'?
"Ini aneh sekali... padahal area 43 itu sangat tertutup dan tidak ada seorangpun yang diijinkan masuk karena radiasinya sangat tinggi, jadi bagaimana informasi sedetail itu bisa sampai jatuh ke tangan 'mereka'?"
Gumam statehumans itu heran, dia memainkan keyboard di depannya secara random, memikirkan masalah yang kini sedang dia hadapi
"Malang, kau belum selesai?"
Tegur Surabaya yang melihat salah satu anak kebanggaan ayahnya itu tengah melamun sambil menatap monitor yang masih menyala
"Ya, dan aku lelah sekali sekarang..."
Keluhnya sedikit sebal pada berkas berkas didalam task listnya yang tidak kunjung berkurang sama sekali
Kota bersejarah itu menggelengkan kepala, dia kemudian menutup task list milik statehumans itu yang membuat Malang menatap ke arahnya dengan tatapan heran
"Ada meeting dadakan sore ini, kau bisa mengerjakan hal itu nanti, ayahanda meminta kita menyerahkan laporan kebersihan lingkungan minggu ini, dan kau harus hadir..."
"Ta-tapi!"
"Tidak ada tapi tapian, ikut aku sekarang! kau sudah tiga kali menjadikanku wakil ketika absen meeting dan itu membuatku repot!"
Ucap Surabaya kesal, pada akhirnya mereka pun meninggalkan tempat itu dan menuju ruangan meeting...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top