Devotion 08 : Forgotten

"Indo?"

Indonesia menoleh, dan melihat sesosok personifikasi yang menurutnya tidak asing, namun Indonesia benar benar lupa

"Kau siapa?"

Personifikasi negara itu terlihat syok mendengar perkataan Indonesia, namun dia akhirnya menghela nafas, Indonesia sudah mengurung diri selama dua dekade, tidak heran jika dia melupakan banyak hal.

"Kau lupa padaku? aku Palestine... saudaramu sesama muslim..."

Dahi Indonesia mengkerut, saudara? sesama muslim? Indonesia terlihat bingung, seingatnya dia tidak punya saudara, walaupun punya dia tidak sudi mengakui para anggota ASEAN yang telah mengeluarkan dirinya secara paksa dari keanggotaan sebagai saudaranya sendiri.

"Pa...Palestina?"

Pemuda itu tersenyum hangat, dia menghampiri Indonesia dan mengelus kepalanya dengan lembut

"Alhamdulillah, kau mengingatku..."

Indonesia meneteskan air mata tanpa dia sadari, hanya Palestine lah yang bisa membuatnya merasakan sesuatu di hati kecilnya yang telah terluka.

"Pales... hiks... hiks... aku rindu padamu, aku sendirian, aku sakit, aku kehilangan segalanya, hiks... hiks..."

Indonesia meracau di dalam tangis, selama dua dekade dia tidak pernah seemosional ini, dan sekarang dia menumpahkan segalanya pada Palestine yang kini dihadapannya

"Aku tahu Indo... aku tahu... jangan sedih, aku disini untukmu..."

Palestine mengusap kepala Indonesia, rasanya hangat sekali, Indonesia mulai merasakan tenang dan nyaman, setelah menumpahkan semua keluh kesahnya yang dia pendam sendiri

"Mereka menunggumu, Indo... kembalilah, tunjukkan kekuatanmu pada mereka, kau kuat Indo!"

Ucap Palestine memberikan semangat kepada Indonesia, yang membuat pemuda kecil itu merasa lebih baik.

"Terimakasih..."

Indonesia tersenyum, kemudian pergi meninggalkan tempat itu, tidak lama kemudian muncullah Aurora yang sudah mencarinya sedari tadi

"Master? kau darimana saja!? meeting pertamamu hampir dimulai!!"

Aurora berteriak panik, membuat Indonesia nyaris tuli karenanya, dengan susah payah Indonesia berjinjit dan menutup bibir wanita itu menggunakan jari telunjuknya

"Iya iya aku tahu..."

Aurora menggeleng pelan melihat tingkah laku masternya yang imut ini, wanita cantik itu mengambil sepasang sarung tangan dan jubah untuk Indonesia dan memakaikan jubah panjang itu ke punggungnya.

"Master imut sekali!!"

Indonesia tertawa pelan, dia sama sekali tidak mau menolak fakta itu, ya memang dia itu imut, kan? :)

Indonesia menghela nafas pelan, mungkinkah pilihannya untuk datang lagi ke tempat ini setelah sekian lama adalah sebuah pilihan yang salah?

Dia menggaruk tangannya yang gatal dibalik sarung tangan, tangannya benar benar terasa gerah dan gatal, sejujurnya Indonesia benar benar tidak menyukai sarung tangan, apalagi jika dia harus menggunakan benda itu dalam waktu yang cukup lama seperti sekarang ini

Dia menoleh, menatap Airlangga yang tengah menatap ke depan, sepasang mata berbeda warna itu menatap Airlangga dengan tatapan sendu.

Pria ini, dulunya adalah seorang bocah ingusan yang lugu dengan memar dan luka luka di sekujur tubuhnya, yang telah dia besarkan dengan kedua tangannya sendiri.

Indonesia sama sekali tidak menyangka bocah yang dulu dia besarkan kini telah berdiri dengan gagah perkasa, menantang seluruh dunia, memimpin Indonesia dan melahirkannya kembali sebagai sebuah negara adidaya baru, semua mata tertuju pada mereka sekarang, itu semua tidak luput dari usahanya yang pantang menyerah.

"Terimakasih karena sudah mau melindungiku, Airlangga..."

Airlangga menoleh, dilihatnya sang personifikasi negara sekaligus ayah angkatnya yang tengah menatapnya sendu, tatapan itu mengingatkan Airlangga ketika Indonesia menyelamatkan dirinya dari kejahatan orang orang yang ingin mencelakainya ketika masih kecil.

Airlangga bertekuk lutut, menyamakan tingginya dengan Indonesia yang tingginya seperti seorang anak SMP, kemudian meraih kedua bahu mungilnya

"Sudah tugasku untuk melindungi personifikasi negara ini dan juga ayahku sendiri, benar kan?"

Indonesia tersenyum, seburuk apapun harinya, setidaknya dia masih memiliki Airlangga yang setia dan selalu melindunginya meskipun terkadang dirinya sibuk, itu membuat dirinya merasa lebih baik

Airlangga beranjak, dia kembali menggandeng tangan mungil Indonesia, membuat kesan seolah Airlangga tengah menggandeng tangan anaknya sendiri, padahal posisi mereka terbalik

Ah, Indonesia benar benar malu saat menyadari fakta kalau dia adalah kakek kakek yang terjebak di tubuh seorang pemuda tanggung

"Ayo, kita akan memulai meeting pertama kita hari ini..."

Meskipun begitu, Indonesia sama sekali tidak menolak, kapan lagi dia mendapatkan perhatian lebih dari anaknya yang kerapkali sibuk bekerja memajukan negara ini? Airlangga tidak sedikitpun beristirahat bahkan ketika Indonesia telah menjadi negara yang maju seperti sekarang ini

Airlangga telah memberikan seluruh hidupnya untuk memajukan negara, dia bersumpah untuk melindungi Indonesia hingga dia mati, dan selama dirinya masih memimpin, dia akan menghabisi siapapun yang berpotensi mengusik ketenangan negaranya, apapun alasannya

Ah, bukan hanya negara maju, Indonesia adalah negara adidaya, sebuah negara yang begitu disegani dan dihormati oleh dunia, tercatat banyak negara yang berhutang budi karena Indonesialah yang membantu mereka memperbaiki infrastruktur negara yang hancur pasca perang.

Bahkan dengan masa lalu yang cukup kelam yang pernah ada itu, Indonesia tetap berusaha berbuat baik, dia hanya menginginkan satu hal saja, dia ingin orang lain menghargainya

Dulu, dia hanya dianggap sampah, rakyatnya hanya dipergunakan dan dimanfaatkan oleh oknum oknum yang hanya ingin menggeruk keuntungan dari kepolosan mereka, mereka semua bermuka dua, didepan memuji, dibelakang menghina

Tapi setelah semua yang dia lakukan, apa yang dia dapatkan? mereka bahkan tidak mengenali dirinya, seolah olah dia tidak punya eksistensi di mata dunia ini, mereka seolah menganggap dirinya tidak ada

Sudah cukup dia mengalah, sudah cukup dia dimanfaatkan atas alasan kepentingan bersama, sudah cukup mereka mengambil miliknya yang paling berharga, sudah cukup rakyatnya dipermainkan, sudah cukup dengan pemerintahan yang korup dan pejabat yang memakan harta rakyatnya, Indonesia lelah

Indonesia benci, dia muak dan bosan dimanfaatkan terus menerus untuk kepentingan anggota EU dan negara negara adidaya, dia muak

Tapi sekarang?

Indonesia tidak ingin melakukan apapun lagi, dendam hanya akan melukai hatinya semakin parah, dia akan mengunci hatinya untuk siapapun yang ingin masuk, tidak ada lagi yang bisa memanfaatkan dan memandangnya remeh lagi.

Dia telah terlahir kembali, bersamaan dengan dendam dan rasa sakit yang terus menerus bersemayam di hatinya untuk seluruh dunia ini, untuk saudara saudaranya yang telah mengucilkannya, untuk teman yang telah mengkhianatinya, dan untuk orang orang yang menghinanya

Indonesia akan hidup untuk mereka

Pintu ruangan meeting antar negara telah terbuka lebar, satu demi satu para presiden dan personifikasi negara memasuki ruangan itu, bersiap untuk memulai meeting bulanan rutin antar negara didunia

Indonesia memasuki ruangan meeting dengan ogah ogahan, mengingat semua hal buruk yang pernah terjadi di ruangan itu membuatnya ingin muntah, di tempat inilah harga dirinya sebagai seorang personifikasi negara dijatuhkan hingga ke titik terbawah

Tapi, Indonesia tetap akan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan, dia melangkah, mengabaikan tatapan mata mereka terhadap dirinya

Indonesia hanya bisa berharap, meeting kali ini bisa berjalan dengan baik, dia tidak ingin hal buruk terjadi lagi padanya, terlebih ini adalah yang pertama kalinya dia kembali

Dia melihat ruangan itu, banyak hal telah berubah setelah perang dunia ketiga usai, kursi dan meja yang yang sebelumnya ditata melingkar untuk berdiskusi antar personil kini telah dibuat berbaris satu demi satu

Inilah pertanda, bahwa semenjak perang dunia ketiga berakhir, para personifikasi negara tidak sedekat dulu lagi, mereka dengan sendirinya telah menciptakan sebuah sekat diantara mereka untuk menjaga jarak aman satu sama lain, sebuah sekat tak terlihat yang muncul dari ketidak percayaan diantara mereka kini

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top