21. Bad Feelings

Flashback : 23 November 2029, beberapa minggu sebelum WW3.

Suasana di ruangan pertemuan UN berlangsung gegap gempita, persona dari organisasi perdamaian dunia itu mengurut dahinya kesal.

"Jadi bagaimana? Kalian yakin?"

Ucap UN sambil menatap Iran dan America yang sudah babak belur, mereka tadi beradu fisik dan nyaris saling membunuh satu sama lain, untung saja beberapa negara netral langsung melerainya, meskipun akhirnya mereka juga ikut terluka.

"Aku akan menghentikan perang jika bajingan ini mau mengganti rugi atas kerusakan yang diciptakannya..."

"Sudah kubilang aku tidak sengaja!"

"Orang waras mana yang secara tidak sengaja menjatuhkan sebuah bom atom ke negara orang lain dan menyebabkan kerusakan parah?!"

"AKU ADALAH NEGARA ADIDAYA YANG TERKUAT DI BUMI INI! AKU TAK AKAN TERKALAHKAN, APALAGI DENGAN ORANG SEPERTIMU, AKU ADALAH SEORANG SUPERIOR!!!"

America terengah engah, tadi dia mengucapkan seluruh unek unek yang dia simpan hingga ke rasa takut terdalamnya atas posisi penguasa dunianya yang mulai tergeser.

Poland menghampiri America dengan tatapan polosnya, dia menyodorkan selembar tisu ke hadapan sang personifikasi negeri adidaya itu, yang disodori pun menatapnya heran.

"Untukmu... mulutmu pasti lelah setelah mengucapkan kalimat sampah berisi seluruh omong kosong dan keinginan tidak bermoralmu, kan?"

Ucap Poland dengan senyuman culas, America merasa kesal, dia langsung menepis tangan pemuda tersebut hingga tisu tersebut jatuh ke atas lantai, Poland terkekeh, mengabaikan anggota UN lain yang sudah gemetar ketakutan karena tindakannya.

Bisa bisanya didalam situasi segawat ini dia masih meroasting seseorang!

"Eh? Kalian kenapa diam? kenapa kalian harus takut pada pengadu domba berkedok pendamai dunia macam sampah ini? huh, dasar kalian semua pengecut! tidak asik!"

"POLAND! JAGA MULUTMU!!"

EU menjadi berang, dia menunjuk salah satu anggotanya itu dengan penuh amarah, tapi bukannya takut Poland malah tertawa girang dengan nada yang cukup mengerikan.

"Pfftt... Ahahahaha! lelucon yang lucu, ayahanda! kau menyuruhku untuk diam? apa kau takut jika seluruh dunia tau fakta jika kau adalah seorang penjilat yang bekerja sama dengan sampah ini untuk kehancuran dunia dan generasinya? jangan khawatir ayah, seluruh dunia ini sudah tau faktanya, kau hanyalah seorang pemeras yang menjadi parasit untuk negara berkembang!"

Poland menunjuk balik EU dan mengucapkan kalimat untuk melawan ayahandanya itu, EU yang merasa sangat emosi berniat mengarahkan pukulan ke Poland.

Tep!

Indonesia menahan tangan organisasi negara itu, dia tertunduk, menahan kepahitan yang sekarang sudah berada di ambang bibirnya, pahit yang sangat dibenci olehnya.

"Tidak... jangan sampai terjadi lagi kekerasan di tempat ini..."

Indonesia menahan rasa sesak di dada, rasa sesak yang membuatnya ingin meledak ini diperparah dengan America dan Iran yang terlihat sama sekali tidak mau mengakhiri perang kecil diantara mereka, perang yang berpotensi besar mendatangkan perang yang lebih besar lagi.

Indonesia maju ke depan, berhadapan langsung dengan Iran di kanan dan America di kiri, dia menetralkan rasa takutnya, dia harus bertindak, ini tidak boleh berakhir dengan pertumpahan darah, sejarah tidak boleh terulang kembali sekarang.

"Jadi, metode pendamaian ini gagal?"

Poland menatap Indonesia jengah, oh ayolah! kenapa pemuda ini mati matian berusaha meredam konflik diantara dua makhluk bodoh ini?! mau sidang ini berakhir dengan baik pun America akan tetap menyerang Iran, dan sekarang posisi Indonesia tengah dalam kondisi terpojok.

Lagipula, dia hanyalah personifikasi negara kecil dengan penduduk yang berada dalam konflik, bagaimana bisa UN menyerahkan tampuk dewan keamanan pada negara yang sedang kacau kacaunya macam Indonesia?

Indonesia gemetaran, darah terus mengucur di kepalanya yang terluka, namun dia tetap berdiri, personifikasi lain memandanginya dengan rasa takut bercampur jijik, tapi sekali lagi dia tidak peduli, tidak masalah bagi dirinya untuk dipermalukan, asal perang yang memakan korban nanti tidak akan pernah terjadi.

"Jadi, bagaimana sekarang?"

Indonesia mengusap memar pada sudut bibirnya, dia memandangi dua calon persona negara pencipta konflik itu dengan perasaan campur aduk.

Iran menatap Indonesia, ada rasa kasihan menelusup di hatinya saat melihat personifikasi negara yang malang itu terluka parah, namun dia masih berdiri walaupun gemetar.

"Aku hanya akan menghentikan perang jika America mau mengakui kesengajaan dirinya dan membayar ganti rugi atas kerusakan negaraku..."

"Heh... aku tidak salah, kenapa aku harus minta maaf kepadamu?"

America menatap sinis kepada Iran, membuat personifikasi lain menjadi gundah gegana, mereka tidak sangka America akan menjadi sekeras kepala itu, egonya mempertahankan posisi sebagai negara adidaya membuat dirinya tidak sudi melakukannya.

"Oh, jadi semuanya akan berakhir dengan peperangan, huh?"

Iran mendesis emosi, semuanya berjalan dengan begitu cepatnya, hingga dua personifikasi negara itu resmi mengibarkan bendera perang.

"Aku dan aliansiku resmi menyatakan perang terhadap America dan tiap negara yang menjadi sekutunya!"

"Aku dan sekutuku resmi menyatakan perang terhadap Iran dan tiap pihak yang berpihak kepadanya!"

Indonesia memegangi kepalanya yang berdenyut hebat, dunianya seakan runtuh, telah terbayang di matanya segala jenis kehancuran yang akan terjadi akibat semua konflik ini.

Dia telah gagal, dia gagal.

"Pftt... Bwahahahah! sudah kuduga ini pasti terjadi, kehancuran dunia yang sesungguhnya telah dimulai disini, dunia akan hancur dan kita semua akan menjadi abu! berterima kasihlah pada dua orang bodoh ini!"

Poland tertawa terbahak bahak, dia melepaskan pin EU di dadanya dan melemparkan pin itu ke hadapan EU yang telah membatu karena syok.

"Aku keluar dari organisasimu yang payah itu, sekarang mari kita menyaksikan kehancuran dunia!!"

"TIDAAAKKKK!!"

Indonesia masih belum menyerah juga, dia meraih pergelangan tangan America, menatap personifikasi negara itu dengan tatapan memelas.

"Kumohon, jangan lakukan ini, perang tidak akan menghasilkan apapun, kumohon jangan! jangan!"

Brukk!

Tanpa rasa empati sedikitpun, America langsung menghempaskan tubuh Indonesia ke lantai hingga membuatnya tersungkur dalam keadaan yang menyedihkan.

Indonesia bangkit dan mencoba untuk meraih America lagi, namun Switzerland dan beberapa negara yang memutuskan untuk netral pun menghalanginya, memberikan Indonesia keputusasaan dalam menghentikan peperangan ini.

Satu demi satu, personifikasi negara yang yang telah bersekutu baik dengan Iran maupun America pergi, mempersiapkan tentara dan senjata yang mereka butuhkan untuk segera berperang, suasana seketika sunyi.

UN terdiam, dia merasa sangat tidak berguna di situasi ini, perkataan Poland yang menusuk relung hatinya membuat organisasi itu tercekat.

"Kau hanyalah organisasi tidak berguna, apa saja konflik yang sudah kau selesaikan, Tuan UN? Palestine dan Israel tidak kunjung berdamai, konflik di Somalia masih belum usai, apa tujuanmu berada di sini? ah, aku baru tahu sekarang, selain buta kau juga tidak berguna..."

Sial, dadanya menjadi sesak, keadaan menjadi sangat buruk, dia tidak bisa apa apa lagi, muncul sebuah retakan di jari jarinya, retakan itu akan semakin besar dan menghancurkan organisasi yang teramat rapuh itu.

"UN, kau retak..."

ASEAN menatap UN dengan prihatin, sebentar lagi organisasi penjaga perdamaian dunia itu akan runtuh.

"Biarkan aku seperti ini..."

Bersambung...

Hai! maaf kalo updatenya jarang, saya sibuk bersekolah, dan maaf buat readers yang ngechat saya di wa dan saya ga bales bales, itu karena hape yang saya pake disita ortu :(

Oh iya, terimakasih udah tetep stay dan baca cerita ini, meskipun saya terbilang jarang banget updatenya dan udah kayak innactive (╥﹏╥)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top